Home / Romansa / Gara-Gara Parfum / CHAPTER 4: AROMA KHAS

Share

CHAPTER 4: AROMA KHAS

Author: TARIN
last update Last Updated: 2022-03-24 16:38:57

Eugene masuk ke dalam ruangan kantor dengan interior modern yang sangat bersih dan setiap sudutnya sangat rapi tanpa cacat sedikitpun, ia mengerutkan keningnya menatap pria dengan rambut hitam, mata sipitnya terpejam, kerutan kecil tampak menghiasi keningnya, kacamata dengan bingkai besi berwarna perah tergantung di hidungnya yang tinggi, dan bibir merahnya tertutup rapat tidak seperti biasanya. Melihat pemandangan aneh itu Eugene menunduk lalu mengetuk keras meja kaca di hadapannya membuat pria yang tidak menyadari kedatangannya membuka mata tajamnya kaget

“hey, Hong Ni El ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini?” Tanyanya curiga.

Ni El hanya menghembuskan nafas besar dari mulutnya lalu kembali memejamkan matanya mengabaikan Eugene. Ia mengayunkan tangannya pelan “jika yang ingin kau bicarakan tidak penting, lebih baik pergilah!” Usirnya halus. Tawa kecil Eugene pun pecah mendengar hal yang seakan sudah biasa baginya itu, ia meletakkan map hitam yang di bawanya ke atas meja Ni El

“baiklah, bacalah laporan ini! Jika ada masalah hubungi aku, aku pergi dulu,” pamitnya santai.

Ni El pun membuka matanya cepat “tunggu!” Tahannya cepat, ia menggerakkan dagunya ke arah meja tamu di seberang meja kerjanya “urus itu untukku, gantikan aku nanti!” Perintahnya. Eugene pun menoleh ke arah meja tamu lalu duduk di sofa depan meja itu, ia membaca satu persatu lembaran biodata itu teliti. Matanya melebar melihat lembar biodata seorang wanita yang tak lain adalah aku

“dia berhasil lolos rupanya,” sahutnya bangga.

Ni El mengerutkan keningnya lalu mengangkat pandangannya menatap Eugene “ada yang kau kenal?” Tanyanya penasaran, Eugene pun mengangguk kecil “hmm, Sophie,” sebutnya sambil menunjukkan lembar biodataku.

Kening Ni El berkerut semakin dalam menengar namaku “siapa? So Hee?” Tanyanya lagi.

Tawa Eugene pecah mendengar Ni El yang salah menyebut namaku “Sophie, S-O-P-H-I-E nama asing, dasar bodoh!” Timpalnya menghina.

Ni El hanya mengangguk kecil “orang asing rupanya, dari mana kau mengenalnya?” timpalnya sambil kembali memejamkan matanya menenangkan diri, Eugene kembali menatap fotoku di lembar biodata “dia adik kelasku saat aku sekolah di Indonesia, dia sangat cantik dan baik,” ungkapnya bangga. Senyum kecil mengembang di ujung bibir Ni El, ia menggeleng kecil lalu menghembuskan nafas besar dari mulutnya

“pokoknya urus itu untukku,” perintahnya santai.

Eugene mengangguk kecil lalu mengumpulkan lembar biodata di atas meja itu, ia bangkit dari duduknya “baiklah, aku akan mengurusnya,” sahutnya santai lalu meninggalkan ruangan Ni El cepat.

Kerutan di kening Ni El terlihat semakin dalam semakin keras ia berusaha mengingat wanita yang meninggalkannya begitu saja. Aroma yang di tinggalkan wanita itu tak bisa hilang dari ingatannya, hidungnya terus mencium aroma itu, aroma yang hanya ia cium dari tubuh wanita misterius yang menghilang bagaikan mimpi ketika ia membuka matanya.

000

Ni El berjalan dengan sekertarisnya di Lobi perusahaan menuju pintu utama, semua yang melihatnya lewat langsung menghentikan kegiatan mereka dan membungkuk sopan meskipun ia tidak menghiraukannya. Eugene yang berjalan dengan para karyawan baru dari arah berlawanan pun menghadangnya cepat lalu menoleh ke belakang

“ini rekan kerja saya, sekaligus pemilik DeRoz, Hong Ni El,” jelasnya memperkenalkan.

Semua yang ada di barisan itu hanya membungkuk sopan, tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka termasuk aku. Setelah ia berjalan mewati kami, aku pun ikut menengakkan tubuhku kembali lalu berbaik mengikuti arahan Eugene. Langkah Ni El terhenti mencium aroma yang tidak asing setelah ia berjalan melewatiku, ia menoleh cepat menatap punggungku lurus terdiam di tempatnya.

Aku dan para pekerja baru duduk di sebuah ruang kaca besar dengan map hitam polos masing – masing di hadapan kami. Eugene menepuk tangannya sekali memecah keheningan membuat kami kompak menoleh menatapnya lurus

“di hadapan kalian sudah ada kontrak kerja yang harus kalian tanda tangani, kalian bisa membacanya lebih dulu, jika ada pertanyaan atau ada yang tidak sesuai dengan pembicaraan sebelumnya kalian bisa langsung menyampaikannya padaku,” jelasnya tenang. Eugene membuka tangannya “silahkan membacanya lebih dulu!” Tambahnya. Kami pun menggerakkan tangan kami kompak membuka map di hadapan kami, tiba – tiba pintu kaca ruangan itu terbuka cepat membuat kami langsung menoleh serentak ke arah pintu. Semua orang langsung berdiri secepat mungkin dan membungkuk sopan menyapa pria yang datang itu.

Mataku melebar kaget melihat wajah yang masih sangat segar di ingatanku itu, tiba – tiba telah terpajang di hadapanku. Aku pun lanngsung mengangkat map di tanganku cepat menutupi wajahku sambil memejamkan mataku rapat

“kesialan apa ini?” Tanyaku dalam hati mengutuk nasibku.

Mata tajam Ni El langsung terguling ke arahku, keningnya semakin berkerut tajam melihat tingkah anehku. Eugene pun mengikuti arah pandangan Ni El lalu menunduk di depanku

“Sophie, ada apa? Turunkan mapmu, dia partner yang aku kenalkann tadi, dia atasanmu,” bisiknya cemas.

Mendengar kata “atasanmu” itu aku memjamkan mataku dan menunduk dalam mengutuki diriku semakin keras. Eugene pun menoleh panik sambil tertawa kecil ke arah Ni El, ia berdeham kecil lalu kembali menatapku “Sophie, apa yang kau lakukan? Turunkan mapmu!” Bisiknya mendesakku, aku menggeleng kuat sambil terus menutupi wajahku menolak permintaan Eugene. Ia pun berdeham kecil lalu mengulurkan tangannya menarik map yang menutupi wajahku, aksi tarik menarik konyol itu terus terjadi sampai akhirnya map yang menjadi perisai itu terlepas dari tanganku. Eugene menyunggingkan senyum panik ke arah Ni El sejenak lalu kembali menatapku

“angkat wajahmu, rapikan rambutmu dengan benar lalu berdirilah dan membungkuk sopan,” desaknya panik.

Aku pun melipat mulutku dengan nafas besar terhembus dari hidungku, aku mengangkat wajahku tegak mulai merapikan rambutku lalu berdiri menghadap pria itu membungkuk sopan sesuai permintaan Eugene.

Mata kami akhirnya bertemu, kerutan kecil yang perlahan semakin mendalam di wajah pria itu membuat jantungku semakin berebar cepat. Perasaan campur aduk memenuhi hatiku, ruangan yang awalnya terasa biasa saja, kini terasa panas bagaikan Neraka untukku. Hatiku kini membisikan harapan

“semoga saja, ia tidak mengingatku!” bisikku berulang kali bagaikan doa yang mengambarkan keputus asaanku.

Tapi mata itu, entah kenapa? Mata itu menatapku seakan ia mengingat semuanya, seakan ia mengenaliku.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 136: DIAM

    Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 135: ANGIN LALU

    Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 134: RASA BERSALAH

    Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 133: KESEPAKATAN

    Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 132: OPINI

    Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa

  • Gara-Gara Parfum   CHAPTER 131: MEMBALIKAN BADAN

    Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status