Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alf beserta rombongan jalan-jalan sudah diantar pulang ke kosan oleh si 'supir cantik', Inn.
"Makasih, ya, Alf! Utangnya lunas!" kekeh Inn.
"Aku yang harusnya makasih, karena kamu udah mau ngejemput kita," jawab Alf.
"Santai aja, Alf! Lain kali jalan lagi, yuk! Bareng Willy juga boleh," celetuk Inn yang tentu saja disambut dengan senyum merekah dan tangan terbuka oleh Willy.
"Nih orang emang hatinya bagai bidadari! Emang pantes buat sohib gue yang hatinya bagai bidadara. Hihi..." batin Willy.
Tapi, tidak dengan respon Alf. Alf malah mencebik. "Kalau sama Willy yang ada tekor!"
Mulut Willy refleks manyun. "Ralat! Hati iblis!" batin Willy mengumpat.
Inn tertawa kecil melihatnya. "Ya, udah! Aku pamit dulu, ya! Sampai ketemu lagi Mak!" ujar Inn sambil menciumi tangan emak.
"Hati-hati di jalan, ya, Nak," sahut emak. "Salam buat orang tua kamu."
"Iya, mak. Emak ju
Suasana laboratorium hari ini terlihat cukup sibuk, dengan sampel baru yang masuk. Masing-masing karyawan, tampak serius menyiapkan alat dan bahan untuk uji sampel nanti. Beberapa labu ukur, gelas erlenmeyer, dan pipet tetes terlihat sudah memenuhi meja uji. Tidak lupa juga beberapa bahan kimia."Eh, btw, ini ph-nya gak diuji, kan?" Willy menunjuk ke sampel air yang ada di dalam coolbox."Gak! Pengukuran ph kan *in situ," jawab Ellen yang sibuk menyiapkan filter kertas dengan hati-hati."Jadi, lo mau nguji apaan, nih?" tanya Alf pada Ellen."*TSS-nya," jawab Ellen singkat.Alf hanya menganggukkan kepala."Kenapa mereka gak nguji sendiri, ya? Kan mereka punya lab sendiri?" timpal Merlin."Lah, emang lo gak tau? Lab mereka kan lagi direnovasi," jawab Willy."Tapi, bukannya kalau beginian, mereka harus dateng sendiri, ya? Setidaknya ngelihat gitu prosesnya," timpal Alf."Ka
Yang masih membaca cerita ini, meskipun garing, TERIMA KASIH!Kalian luar biasa!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sudah selesai mengisi formulir permohonan untuk membuka rekening baru, saat Karlinda tiba di lab bersama seorang anak perempuan. Gadis kecil berambut kepang dua, dengan seragam Paud berwarna putih berpadu oranye, menggenggam erat jemari Karlinda. Wajah gadis itu sangat mirip dengan Karlinda. Kulit sawo matang, mata bulat dengan bulu mata lentik, bibir mungil berwarna merah muda, dan pipi tembemnya, sungguh menggemaskan. Anak itu tampak ceria karena berada di sisi ibunya. Bukan hanya anak itu saja, wajah Karlinda pun terlihat serupa. Tak ada lagi kegelisahan terlukis di sana."Halo, Alf... Mbak... Maaf, ya udah nunggu lama... Tadi masih ketemu sama gurunya," sapa Karlinda dengan senyum ramahnya.“Gak papa, mbak,” jawab Alf.Jessy yang sangat menyukai anak kecil, terlebih kalau anaknya imut dan menggemaskan,
Buat yang masih setia... Jangan jemu-jemu, ya... Alf dan Inn selalu menantikan kehadiran kalian. Buat yang belum setia, aku selalu setia menanti kesetiaan kalian. Eaa... Gombal unfaedah!Buah kedondong, buah mangga,Kalau dimakan, asam rasanya.Jangan lupa berikan reviewnya,Kalau kakak-kakak sudah selesai baca.Eaa... Pantun gak jelas, eaa...🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sedang berbaring dengan tangan kanan menumpu kepala, di atas kasur yang dibeli dengan gaji pertamanya, dan dilengkapi seprei bunga matahari. Yupz! Saat emak datang di hari pertama, emak langsung mengganti seprei mawar merah Alf dengan motif bunga matahari."Biar lebih fresh dan ceria kamar suram kamu ini!" Begitu kata emak saat sedang mengganti seprei. Saat itu, Alf hanya mengiyakan saja. Tak berniat membantah, bisa-bisa urusannya bakal panjang sampa
Minggu biasanya dihabiskan Alf dengan tidur panjang hingga matahari naik di ubun-ubun, tapi tidak dengan minggu ini. Alf bangun lebih pagi, dan langsung melesat dengan sepatu olahraga yang dulu dibelinya untuk pajangan saja. Tapi, entah kesambet apa, hari ini Alf melakukan joging! Wow!Dia berlari mengitari jalanan depan kos hingga bundaran yang berjarak sekitar 2 kilo dari kosnya, sebanyak lebih kurang empat sampai lima putaran. Setelah itu, Alf beristirahat sejenak, melepas lelah karena tubuhnya yang baru mengecap olahraga setelah sekian lama. Napasnya memburu, dengan peluh berjatuhan. Bahkan kaos yang digunakan sudah basah semua."Gila! Cape juga!" Suara Alf terdengar parau. "Demi punya badan mirip Cayunwo (read : Cha Eun Woo)!" Alf menambahkan."Pokoknya, harus bisa!" ujar Alf sekali lagi dengan tatapan membara.Alf pun segera mengambil langkah seribu, menyelesaikan satu putaran lagi. Setelah itu, kakinya kembali melangkah, menuju ke
Alf meraih ponsel dan mengetikkan pesan wa ke kontak Karlinda. Alf sudah terlihat necis dengan kemeja kotak-kotak merah berpadu hitam, berukuran big size-punyanya Willy, dan dalaman kaos putih yang disisip dalam celana jeans hitamnya. Tak lupa sepatu Sneakers, hasil mengutang di tante Ismi. Rambut comma style-nya juga sudah tampak rapi. Tak ketinggalan, kacamata dengan lensa bundar, biar gak ambyar-kalau gak dipakai. Alf : Udah di KeEfCe, mbak? Alf kembali mengamati dirinya di cermin. Sesekali dia terlihat merapikan alis tebalnya, juga ujung poninya. Emak yang baru selesai mandi sore, dan nyelonong ke kamar, mengamati tingkah anaknya dengan penuh curiga. "Mau ke mana kamu udah dandan... macam anak milenial," Emak membuang pandangan dari ujung rambut hingga ujung sepatu Alf. Alf membalikkan tubuhnya dengan gaya boyband kalau dance putar badan. Tsah! "Mau ketemu... S
Terima kasih selalu aku ucapkan buat semua yang masih mengikuti cerita ini, hingga saat ini. Jangan lupa untuk selalu memberikan komentar terbaik kalian, demi perkembangan tulisanku yang “masih polos” ini. Terima kasih! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf pulang ke kosan dalam keadaan hati yang berkecamuk. Maksud hati ingin membuat Inn terpesona dengan gaya barunya, yang ada malah dicuekin sama Inn. Ditambah lagi, gandengan Inn membuat Alf insecure. Pengennya sembunyi di kolong mobil aja! Emak dan Willy yang sedang ngobrol, menatap Alf dengan beribu tanya. Keduanya berpandangan dengan alis saling terangkat. Wajah Alf benar-benar tidak membawa damai sejahtera. Kusut, macam pakaian yang belum diseterika, dan gak dikasi pewangi. Eh?! Alf melepas kemeja kotak-kotak milik Willy, dan langsung menyerahkan pada si empunya, yang hanya menerima dengan wajah melongo. Setelah itu, Alf menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar, dan langsung me
"Alf... Besok kan emak udah balik ke kampung. Jadi, pesen emak, kamu jaga diri bae-bae di sini. Jaga makan minum kamu. Jangan kebanyakan ngutang," Emak sedang duduk menikmati malam bersama Alf, di teras kosan. Alf merengut. Kusut hatinya. Emak menepuk paha Alf. "Jangan pasang tampang gitu, dong... Emak jadi gak tenang mau pulang." Alf merajuk, memeluk tiang penyangga atap. "Gak bisa emak lebih lama di sini, apa? Udah datengnya cuma setahun sekali, nginepnya gak nyampe dua minggu!" Bibir Alf sudah panjang lima senti. "Yah... Abis gimana... Si Nola gak mungkin bolak-balik terus ngurusin bapak. Karena mertuanya lagi masuk rumah sakit. Dia harus jagain mertuanya, belum lagi ngurusin anak-anaknya," tutur emak dengan desahan panjang. "Emangnya kemana adiknya si Decky?" dengus Alf masih dengan tampang macam bocah yang lagi ngambek. "Kamu gak tau kalau adiknya udah dapet kerjaan di Bali?" Emak balik bertanya. "Udah dari bulan lalu adiknya di Bali. Mak
"Jadi? Kalian gak lagi ngapa-ngapain, kan?" Emak menyipitkan mata, menatap tajam Alf dan Willy bergantian. "Ya, ampun, mak..." Alf mendesah dengan suara berat. "Udah dijelasin berkali-kali juga masih mikir negatif aja!" Emak mencebik. "Habisnya... Emak gak mau ya, kamu belok sama Willy...!" tegas emak tak peduli dengan bibir dan mata Willy yang sudah melebar. "Seriusan? Emak pernah kepikiran kalau aku sama Alf pacaran?" sela Willy dengan mimik muka 'apakah saya kelihatan seperti seorang pecinta jantan di mata emak?' "Eh... Orang tua kalau khawatir kan wajar. Siapa suruh juga si Alf waktu itu ngomong, tidur sama kamu! Ya emak neting (read : negative thinking) dong! Secara kan yang ngomong makhluk jomblo abadi!" "Mak... Alf udah punya gebetan..." "Baru gebetan, kan?! Homo-homo di luar sana juga ada yang menikah sama perempuan! Jadi, gak salah dunkz, emak curigesyen (read : curiga)! Huh!" Emak