Share

4. Bukan Gadis Lemah

Nadia langsung masuk ke dalam mobil Lala. Nadia tidak akan menangis, semua  percuma saja kan? Sudah terjadi. Nadia hanya mengikuti alurnya. 

Nadia menyalakan lagu dengan seenak jidat nya. Membuat kedua sahabatnya memekik dengan apa yang dilakukan Nadia. Yang benar saja, Nadia menyalakan lagu dengan suara yang dapat membuat telinga mereka ikut bergoyang.

"Gila lo Nad, lo mau bunuh kita juga?? Kalau lo mau mati jangan ajak-ajak gue," Pekik Lala mengecilkan volume suara itu.

Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku, sakitnya tuh disini melihat kau selingkuh.

Nadia bernyanyi sesuka hatinya. Kedua sahabatnya hanya menggeleng frustasi melihat tingkah laku Nadia yang seperti ini.

 "Kalau gue jadi lo. Gue udah jambak tuh rambut sampai botak," kesal Lala mengepalkan tangannya.

Nadia mematikan lagu yang ia nyalakan tadi. "Gue juga maunya gitu," sahut Nadia mulai merapikan tempat duduk nya dengan elegan.

"Gue sih gak mau kotorin tangan gue. Langsung kasih dia racun, biar mampus," Maya tersenyum miring.

Nadia dan Lala melirik ke arah Maya yang ada di belakang nya. Apa ini yang di nama kan ice girls yang sadis. "Parah lo, sekali bicara langsung buat gue ketakutan," ucap Nadia terkejut dengan perkataan Maya.

"Lo mau bunuh anak orang?"

"Di dunia ini, pelakor harus dimusnahkan!" 

"Lo serem amat May. Gue gak nyangka punya teman sesadis lo. Kalau gue jadi pelakor, gue sih ngak mau pelakorin lo. Bisa tamat riwayat hidup gue."

Papa dan mamanya tidak pernah mengajarkan dirinya jahat ke orang lain. Apalagi ini orang yang tidak mereka kenal dengan baik, bisa mencak-mencak mamanya kalau tahu Nadia ingin mencelakakan anak lain. 

Nenek sihir itu saja selalu menyakiti Nadia dari kecil, mama papanya selalu melarang Nadia membalasnya. Nadia bisa saja kan, membuat nenek tirinya itu bertekuk lutut, tapi apalah daya Nadia. Anak yang berbakti ke orang tua.

Ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu pada diriku. Kau dua kan cinta ini, kau pergi bersamanya....

"Sejak kapan nada panggilan lo lagu gituan?" tanya Lala.

Nadia sedang mengecek ponselnya. Panggilan masuk dari Bara. Nadia langsung mematikan ponselnya. Biar tahu rasa tuh Bara.

"Oh ini... Tadi beberapa jam sebelum kejadian," ungkap Nadia misterius.

"Kapan?" tanya Lala penasaran. Perasaan tadi mereka melihat Nadia dan Bara bertengkar.

"Itu loh, pas gue bertengkar sama Bara. Kan gue lagi main ponsel. Ya gue sebenarnya mau nyalain lagi itu pas gue bertengkar, tapi gue urungkan. Jadi, gue hanya ganti nada panggilan gue aja. Kalau Bara nelpon, gue jadi ingat pernah di sakitin sama dia."

"Lo mau nyalain lagu pas lagi bertengkar tadi? kenapa lo gak suruh gue aja sih? Gue yang nyalain lagu, lo yang drama. Maya yang atur kameranya.  Kan keren, bisa trending topik tuh."

"Lo akan jadi artis dadakan Nad."

"Udahlah, gue mau happy-happy sekarang. Dan lo berdua harus nemenin gue ke mall," Nadia langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi. Satu yang ada di benak Nadia.  Bara tidak pernah memberikannya menyetir. Nadia sih bodo amat. Kalau Nadia yang mati, pasti tuh Celina bahagia dunia akhirat.

"Yoi. Kita pergi shopping!!" teriak mereka bersama. Itulah sahabat selalu membuat kekonyolan ketika kita bersedih. Dan Nadia sangat menyayangi kedua sahabatnya. Maya yang ice girls dan Lala yang lebay bin Alay.

***

"Makasih ya Bar!" ucap Celina tersenyum lalu membuka pintu mobil Bara. Kalau kalian beranggapan Bara akan membukakan pintu untuk Celina, seperti yang dia lakukan ke Nadia, itu salah besar.

Bara tidak akan melakukan hal itu. Celina wanita yang paling spesial untuk Bara. Orang yang berani mendekati gadis nya maka bersiaplah untuk menghadapi Bara.

Bara hanya menganggap Celina sebagai sahabat bukan lebih. Namun, terkadang Celina yang terlalu berharap ke Bara. Yang Bara tahu Celina mempunyai penyakit yang mematikan.

Hidupnya tidak akan lama lagi. Itulah alasan Bara selalu bersikap baik ke Celina. Sampai dirinya tidak sadar hubungan nya dengan Nadia renggang.

Bara melajukan mobilnya mencari keberada Nadia. Satu tujuannya sekarang rumah calon mertuanya. "Tunggu aku sayang, aku merindukanmu Nadia!" gumam Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***

"Sebenarnya tante Bella ada salah apa sama Mama?" tanya Dimas menahan emosinya. Dimas mendengar semua perkataan mamanya dan neneknya. Mereka merencanakan untuk membunuh  tante Bella, mama dari Nadia dan menguasai perusahaan kakek Nadia. Entah mungkin ini kesekian kalinya mereka merencanakan melakukan hal ini dari dulu.

Prang!

"Ini juga demi kebaikan kamu Dimas!!" sentak nenek Tiara. Membanting sebuah piring yang ada di sampingnya. Makanan di atas piring itu berhamburan begitu saja.

"Aku, gak akan biarkan kalian menyakiti tante Bella dan sekaligus adikku Nadia."

"Nadia bukan adikmu!!"

"Dia udah aku anggap adikku sendiri. Aku gak akan biarkan dia tersakiti sedikitpun, karena ulah kalian."

Detik berikutnya, Dimas meninggalkan meja makan. Berlalu begitu saja tidak menghiraukan kedua orang yang berarti di dalam hidupnya, terus memanggil.

"Dimas!!"

"Dimas!! Dengarkan penjelasan Mama!!"

Nenek Tiara langsung menghubungi seseorang. Seseorang yang akan memperhalus rencana jahatnya.

"Hallo."

"Kamu ada di mana?" suara nenek Tiara dari balik telpon.

"Saya sedang mengikuti gadis itu."

"Saya mau kamu secepatnya bertindak. Celakai anak itu. Kalau bisa sampai anak itu meninggal."

"Baik nyonya. Saya akan laksanakan."

Nenek Tiara tersenyum licik. Sebentar lagi anak itu akan mati di tangan anak buahnya. Tidak akan ada lagi si pengganggu tengil yang akan mengacaukan semua rencananya.

Andai kamu tahu mas. Sebenarnya akulah yang meracuni istri tercinta. Semudah itukah kau mempercayai ku menjadi istrimu, batinnya tersenyum licik.

Nenek Tiara sudah merencanakan semuanya dari awal. Dan selalu saja ada penghalang dalam hidupnya. Tiara yang meracuni istri dari mama Bella. Sekaligus almarhumah nenek Nadia.

Setelah nenekmu meninggal, sekarang giliran kamu dan mamamu tercinta.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status