Di suatu tempat yang penuh dengan pohon persik, seorang wanita berpakaian dan bercadar serba putih nampak berjalan sambil sesekali berhenti untuk memetik buah berwarna merah muda tersebut. Keranjang yang dia bawa mulai penuh berisi buah persik. Wanita itu berjalan menuju ke arah gubuk kayu di tengah perkebunan. Dia meletakkan keranjang berisi buah tersebut di atas meja kecil. Kedua matanya yang indah menatap kearah sungai kecil yang berada di samping gubuk tersebut. Sungai itu terlihat jernih dan menyegarkan.Dari arah seberang sungai, datang seorang pria berpakaian hijau. Sambil membawa kipas hijau di tangan, dia melompati sungai tersebut dengan mudah dan melayang di udara. Pria tersebut mendarat di depan wanita bercadar sambil tersenyum."Bagaimana kabarmu Nona Qing Yue? Sudah hampir satu purnama sejak aku datang kesini, kau masih terlihat begitu anggun..." kata pria tersebut sambil menatap liar kearah wanita yang ada di depannya.Wanita b
Bara Sena menyentuh pipi Tian Zu Ning dengan lembut. Aura keemasan keluar dari tangannya yang kemudian merasuk ke dalam tubuh Dewi Naga Azure tersebut. Beberapa saat kemudian, kedua mata wanita cantik itu pun terbuka. Begitu dia melihat sosok yang ada di depannya, dengan wajah cemas dia bangkit berdiri kemudian memeluk Bara dengan erat tanpa mempedulikan adanya orang lain disana.Dewi Indira dan Luo Zhen sama-sama terkejut melihat Tian Zu Ning yang sudah sembuh dalam waktu yang sangat cepat. "Dia menyembuhkan luka Tian Zu Ning dengan mudahnya...Memang luar biasa bocah satu ini," batin Luo Zhen. Sementara Indira hanya terdiam namun dia tersenyum melihat Tian Zu Ning bertingkah seperti anak belia yang baru saja ditinggal lama oleh kekasih pujaan hatinya."Cinta seorang Dewi Naga, sepertinya rumor itu benar. Naga yang jatuh cinta, meski langit runtuh pun tidak akan mengubah perasaan itu..." batin Indira.Setelah cukup lama berpelukan, Tian Zu Ning p
Bara menatap Indira yang baru saja berkata mengenai keluarganya. Dari wajah wanita itu, dia bisa melihat kalau sang Dewi Merak Bulan memang tengah mengalami hal yang begitu pahit di masa lalu."Apa kau begitu yakin bahwa aku adalah salah satu keturunan Keluarga Matahari?" tanya Bara."Aku yakin sekali Tuan. Mata Dewa milikku tak akan pernah salah melihat seseorang... Untuk meyakinkan tuan dengan mata ini, aku akan memberitahu apa yang paling tuan senangi..." kata Indira membuat Bara menjadi semakin penasaran."Oh? Apa itu? Aku penasaran ingin mendengarnya darimu," sahut Bara sambil tersenyum.Wajah Indira nampak memerah dan sedikit ragu. Namun dia sudah terlanjur basah untuk mundur. Dia pun berkata dengan sedikit pelan."Tuan suka bercinta dengan wanita...Bahkan istri Tuan sangat banyak..." kata Indira membuat kedua mata Bara terbelalak."Ahhhh! Yang itu tak usah kau ceritakan. Nanti banyak orang yang akan memaki diriku. Kalau be
Luo Zhen dan Dewi Indira sama-sama terkejut saat mereka berdua merasakan tekanan luar biasa dari atas langit setelah Bara Sena membuka kedua matanya."Gila...! Kekuatan ini, bisa membuatku merasa tertekan!" batin Luo Zhen yang bertahan dari tekanan tersebut menggunakan setengah kekuatan jiwa miliknya. Padahal secara nalar, kemampuan Bara yang masih berada di bawahnya tidak mungkin bisa menekan dirinya yang sudah berada di Ranah Alam Nirwana. Namun kenyataannya memang seperti itu.Sementara itu, Dewi Indira malah justru tersenyum meski dirinya juga berada dalam tekanan. Bara Sena yang duduk di atas kepala raksasa Dewa Bertangan Delapan menatap kearah bawah sana. Matahari yang dia ciptakan sebesar gunung sehingga keberadaan Luo Zhen dan Indira terlihat cukup jauh darinya.Tangan pemuda itu mengarah ke depan menunjuk ke arah Indira yang terlihat sedikit membungkuk karena kekuatan tekanan darinya."Kemarilah," ucapnya dengan suara yang berat.
Sosok Bima yang berdiri di atas Golok Iblis memperkuat pijakan kakinya sehingga membuat senjata tersebut semakin melesak ke tubuh Bara dan menancap lebih dalam ke tanah. Pemuda itu berteriak keras setinggi langit merasakan kesakitan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan sekuat tenaga, Bara berusaha menahan Golok Iblis itu menggunakan kedua tangannya. Namun percuma saja karena Bima terus menekan tanpa ampun sama sekali. Hingga akhirnya, bagian gagang dari senjata itu telah sampai di depan wajahnya. Dengan jarak sedekat itu, Bara bisa melihat sosok sang ayah yang menyeringai seram kearahnya seolah puas telah menindas dirinya."Kau memang seharusnya mati di tempat ini sebagai hukuman atas apa yang telah kau lakukan kepadaku dan juga Iblis Sasaka... Jadi, tak perlu melakukan perlawanan yang sia-sia anak durhaka." berkata sosok tersebut.Keadaan Bara Sena menjadi semakin lemah karena tak bisa berbuat apa pun untuk melawan Bima Sena. Golok Iblis berh
Beberapa saat sebelum terjadi ledakan cahaya...Bara Sena yang terperangkap di dalam medan ilusi ciptaan Dewi Indira berdiri di atas tanah berpasir. Dia menatap sekeliling dan entah mengapa dirinya merasa tidak asing dengan tempat tersebut. Tiba-tiba saja dari arah langit mendarat satu sosok bertubuh kekar tepat di hadapannya.Sosok tersebut membawa sebilah senjata besar yang dia panggul di bahu kanannya. Kedua mata Bara pun melotot melihat senjata yang tak lain adalah Golok Iblis miliknya tersebut."Bagaimana bisa Golok Iblis milikku berada di tangannya? Siapa orang ini?" batinnya.Kedua mata pria bertubuh kekar yang ada di hadapannya menyala merah lalu dari dalam tubuhnya keluar pusaran api yang menyambar kearah Bara Sena. Dengan cepat pemuda itu melompat mundur untuk menghindari sambaran api. Namun belum sampai dia mendarat di tanah, tiba-tiba saja sosok bert3lanjang dada itu sudah ada di depannya dan langsung mencengkram wajahnya dengan tangan