Napas Raja Nogo Awan semakin melemah. Sebelum dia benar-benar mati, terdengar ucapan lirihnya yang membuat Bara termenung."Terlepas dari kau menipu atau tidak...Aku ingin meminta sesuatu padamu sebelum aku mati...Anggap saja, ini permintaan terakhir dariku Dewa Obat...Aku mohon...Sampaikan permohonan maafku kepada Batara Geni...Entah kenapa, aku merasa yakin kau adalah utusan darinya...Aku minta maaf karena tidak menjadi hamba yang baik...Aku tidak menyembahnya sesuai aturan yang berlaku...Aku tidak bersyukur pernah diberi kesempatan untuk hidup di dunia ciptaannya...Aku mohon...Jangan lupakan permintaanku ini anak muda..." kata Raja Nogo Awan dengan suara lemah."Tanpa aku berkata padanya pun dia sudah tahu permintaanmu ini. Tapi jika aku kembali bertemu dengannya, aku akan sampaikan apa yang menjadi permintaanmu. Mengenai putrimu...""Nogo Salindri...Itu namanya...Aku pasrahkan dia padamu anak muda..." potong Raja Nogo Awan."Kau sudah hampir mati atau masih lama? Masih bisa memoto
Seorang prajurit Naga bernama Nogo Wungkal mengantar Bara dan kedua wanitanya menuju ke Curug Nogo Pitu. Dimana tempat itu katanya telah dijadikan sebagai tempat pengasingan Putri Nogo Salindri yang memiliki keanehan bagi para naga di Benteng Kerajaan Naga.Kabar kematian Raja dan 6 pejabat Agung di istana Naga pun menyebar luas di bukit tersebut. Banyak dari mereka yang ketakutan dan tak berani keluar rumah. Lebih dari seribu prajurit Naga berlutut saat Bara keluar dari istana. Mereka menyebut Bara sebagai Utusan Dewa yang datang untuk menghukum Raja Nogo Awan dan para pengikut setianya. Perjalanan menuju ke lembah dibawah bukit tersebut tidak memakan waktu yang lama. Dari atas lembah, Bara bisa melihat kubah putih raksasa yang katanya tercipta dari seratus pilar penyegel. Akhirnya mereka pun sampai di kubah tersebut."Jadi ini tak bisa ditembus dengan mudah?" tanya Bara kepada prajurit Naga yang mengantarnya."Kubah ini sangat kuat Tuan. Anda bisa mencobanya..." kata Nogo Wungkal.
Manusia setengah macan tutul itu melompat ke tanah dan berdiri di depan Bara Sena. Kedua matanya menatap pemuda tersebut."Sepertinya kau tidak tahu mengenai Putri Nogo Salindri. Apa tujuanmu datang kesini Tuan?" tanya makhluk tersebut."Kau sekarang mulai mengorek alasan aku datang kesini. Katakan saja padaku, siapa yang membunuh prajurit Naga ini," sahut Bara."Aku sudah katakan padamu, bukan aku pelakunya. Tapi aku bisa membantumu menemukan siapa pembunuh prajurit Naga ini dengan hidungku." kata manusia setengah macan tutul tersebut."Katakanlah, dengan begitu kau baru bisa dinyatakan tidak bersalah...Dan mengenai wanita cantik yang kau katakan tadi, apakah sebelumnya kau pernah melihat dia?" tanya Bara. Manusia setengah macan itu mengangguk."Sejak lama wanita cantik itu dikurung di tempat ini oleh Raja Naga. Tak ada yang bisa melawan kekuasaan Raja lalim tersebut. Beberapa kali aku melihat wanita cantik itu. Sayang sekali, dia diperlakukan aneh oleh rasnya sendiri hanya karena di
Pedang Es raksasa itu pun menghujam tepat di bagian tengah kubah raksasa. Suara keras menggelegar terdengar hingga membuat tanah bergetar hebat. Kubah Putih masih bertahan dari hantaman pedang Es meski di bagian bawahnya telah terpotong. Tapi tetap saja, Pedang Es yang sebenarnya adalah kemampuan Lian Xie itu terlalu kuat hingga membuat kubah putih raksasa itu pun hancur.Blaaaarrr!!!Ledakan yang sangat keras diiringi badai dingin membuat Bara, Sukma dan Zhou Yin terpental jauh. Kubah itu hancur berantakan. Aura aneh menyeruak ke segala arah. Bara tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya. Ledakan besar tersebut membuat dirinya tak sadarkan diri. Pun begitu dengan Sukma Geni dan Zhou Yin. Mereka sama-sama tak sadarkan diri setelah terhempas hingga puluhan tombak jauhnya. Dalam keadaan tenaga dalam terkuras habis, dihempas gelombang ledakan memang bukan hal yang bisa mereka lawan.Setelah keadaan kembali tenang, terlihat pedang Es raksasa yang menancap di tanah dan menjulang tinggi
Putri Nogo Salindri terkejut setelah mendengar pengakuan Zhou Yin dan Sukma Geni bahwa mereka adalah Putri Batara Geni. Banyak hal yang mengejutkan datang secara tiba-tiba di hari itu membuat gadis berparas ayu itu tak tahu lagi harus berkata apa."Ka...Kalian anak Batara Geni...Bagaimana mungkin...Mustahil anak Batara Geni turun di dunia ini...Untuk apa...?" tanya Salindri dengan suara terbata."Kau sudah tahu apa tujuan kami dari dia. Seharusnya itu sudah cukup. Sekarang, kembali lah ke Kerajaan Naga dan benahi apa yang telah membuat Kerajaan itu hancur. Ayah kami masih memberimu kesempatan untuk membenahi Ras Naga di benteng kalian. Jadi, manfaatkan itu baik-baik, Salindri." kata Sukma Geni.Salindri menatap wajah jelita Sukma Geni. Sesaat lamanya dia hanya diam menatap wanita tersebut sebelum kemudian dia berlutut di atas tanah sambil menangis."Aku...Aku pernah bermimpi bertemu dengamu...Apakah kau...Ratu Jagat Sukma Geni..?" tanya Salindri. Sukma Geni cukup terkejut gadis itu me
Tubuh Gandi Wiratama dan Lu Xie sama-sama terpental setelah ledakan dari Tongkat berwarna kuning tersebut. Keduanya sama-sama jatuh bergulingan diatas tanah. Tak lama kemudian muncul sosok yang hampir sama dengan Ulo Ijo. Hanya saja makhluk ini memiliki sepasang Tanduk kecil yang menyala kuning di keningnya. Dan lidah panjang menjulur layaknya ular. Dia yang disebut sebagai Ulo Kuning. Salah satu dari dua tetua di Istana Siluman Ular yang menjaga Gerbang masuk ke istana tersebut. Kemampuan Ulo Kuning tak kalah hebat dengan Ulos Ijo yang saat ini tengah bertarung melawan Yao Ling.Melihat kehadiran kawannya, Ulo Ijo pun menjadi semakin bersemangat. Bahkan dia tertawa-tawa saat Yao Ling menyerangnya. Tangan merah raksasa menderu kearah Ulo Ijo yang segera menghentakkan tongkat hijau miliknya ke tanah. Brak!Aura hijau membentuk pusaran membubung tinggi ke langit lalu melesat menahan tangga merah raksasa milik Yao Ling.Bumm!Dentuman dahsyat menggelegar membuat semua mata beralih meman
Gandi Wiratama menghentikan langkahnya saat serombongan prajurit datang menghadang. Mereka tidak mengenakan pakaian apa pun kecuali kain yang menutupi bagian kemaluannya saja. Namun berbeda dengan dua penjaga gerbang yang memiliki tubuh kerempeng, para prajurit istana itu memiliki tubuh yang kekar berotot."Penyusup! Bunuh dia!" teriak para prajurit tersebut lalu menyerang Gandi secara bersama-sama. Melihat dari kemampuan mereka, Raja Naga Air tersebut tak mau menganggap remeh lawan karena meskipun dia bisa menghadapi para prajurit itu, mereka menang jumlah yang tentunya akan sedikit menyulitkan dirinya.Pedang berkiblat hingga mengeluarkan cahaya putih. Dengan cepat Gandi menghindari serangan. Pedang besar tersebut lewat tepat di sebelah tubuhnya. Sambaran angin dari pedang tersebut bisa Gandi rasakan dengan jelas bahwa serangan itu mengandung tenaga dalam tinggi."Bahkan setingkat prajurit saja memiliki tenaga dalam yang cukup tinggi!" batin Gandi lalu memanfaatkan kesempatan setela
Para prajurit Siluman Ular terpental setelah dihantam Naga Air milik Gandi Wiratama. Pemuda itu pun berhasil menerobos pertahanan prajurit tersebut dan dengan mudah memasuki halaman istana yang megah."Akhirnya...Sampai juga di Istana ini...Aku merasakan adanya kekuatan yang mengerikan dari dalam istana....Apakah dia Ratu Siluman Ular yang dimaksudkan?" batin Gandi sambil perlahan melangkah memasuki halaman istana tersebut.Baru saja dia memasuki halaman istana, tiba-tiba dari arah langit datang serangan yang membuat Gandi melompat kesamping. Serangan itu menghantam lantai batu yang ada di dekatnya.Duaaar!Terkejut Gandi melihat ledakan tersebut. Dia pun segera bangkit berdiri dan mengawasi keadaan di sekitar. "Serangan yang tidak jelas asalnya...Apakah penyerang ini menggunakan Jurus Misterius hingga membuatnya hilang dari pandangan?" batin Gandi.Tepat seperti dugaan pemuda tersebut, seorang wanita berparas cantik dengan pakaian terbuka dan hanya menutupi sedikit bagian tubuhnya m
Gandi melayang turun dan mendarat di depan Nagini. Pemuda itu menatap sejenak wajah cantik tersebut membuat wanita itu sedikit canggung. Namun dia pun membalas tatapan mata tajam Raja Naga Air sambil menahan senyum."Apa kau baik-baik saja?" tanya Gandi sambil terus menatap wajah Nagini yang memang sangat cantik. Wanita Naga Air itu mengangguk pelan. Gandi menarik napas lega."Aku tak tahu kenapa Ki Ageng merahasiakan cara untuk membuat wanita ini kembali pulih dengan cepat...Apakah cara itu mempunyai dampak yang sangat buruk?" batin Gandi."Aku baik-baik saja. Tapi, kenapa kau menghentikan pertarungan kami? Aku belum puas sebelum memberinya pelajaran!" kata Nagini dengan suara yang sedikit meninggi. Sambil berucap, jarinya menunjuk ke arah pilar emas raksasa dimana Empu Jagat tengah duduk dan uncang-uncang di atas pilar raksasa tersebut. Gandi tersenyum sambil menoleh kearah Empu Jagat. Pria tambun itu pun melayang turun dan mendarat beberapa langkah di belakang Gandi. Tiba-tiba saja
Nagini mendekati Empu Jagat Martapura yang masih melotot kearahnya. Wanita berparas cantik itu menatap pria tambun tersebut dengan seksama sambil berpikir siapa sebenarnya pria bertubuh gemuk itu. Dan kenapa dia bisa berada di Alam Jiwa milik Gandi."Siapa kau? Kenapa di alam jiwa pemuda itu ada pria tua seperti dirimu? Kau juga bukan hanya seorang pria tua, tapi kau memiliki jiwa yang sangat kuat. Sayangnya, jiwamu suda sangat tipis. Mungkin, usiamu tidak kurang dari 1000 hari lagi," kata Nagini ketus membuat Empu Jagat terkejut."Bagaimana bisa kau tahu berapa lama lagi aku hidup!? Bahkan Dewa pun tidak bisa melihatnya meski menggunakan teropong masa depan! Darimana kau mengetahuinya!? Katakan!" seru Eyang Jagat. Nagini tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala."Itu rahasia. Aku tidak mengenal dirimu, untuk apa aku mengatakannya?" sahut wanita itu yang lagi-lagi dengan suara ketus membuat Eyang Jagat menggaruk-garuk kepala."Uh...Memang benar, aku juga belum tahu siapa dir
Gandi melayang terbang ke arah pulau yang gersang tersebut. Pulau itu cukup besar dan banyak ditumbuhi pepohonan. Tapi entah mengapa pohon-pohon itu kering sehingga tempat tersebut lebih cocok disebut hutan mati. Pemuda itu pun menyusuri hutan kayu mati tersebut dengan terbang rendah. Sepanjang perjalanan, dia melihat tengkorak-tengkorak yang berserakan di tanah dalam keadaan setengah hancur. Hal itu menandakan banyak sekali makhluk hidup yang mati disana karena sesuatu yang besar. Ki Ageng Samudra Biru tiba-tiba keluar dari tubuh Gandi dan terbang di samping pemuda tersebut."Saat semua pemilik Alam Jiwa sekarat dan kehabisan kekuatan jiwa, di Kerajaan Jiwa ini akan terjadi bencana mengerikan yang bisa menewaskan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya. Karena disaat itu, pemilik Alam Jiwa akan menggunakan kehidupan yang ada di Alam Jiwa untuk memulihkan tubuhnya. Hal ini juga sama dengan apa yang terjadi pada muridku. Keadaan Nagini yang mengenaskan membuat Kerajaan Jiwa miliknya m
Ki Ageng Samudra Biru tersenyum melihat tekad yang begitu kuat dari dalam jiwa Gandi."Kelak kau akan melebihi diriku anak muda...Kau sudah memiliki semuanya dan usiamu masih sangat muda. Mungkin, apa yang sebelumnya tak bisa kau raih, kau dapat mencapainya..." batin Ki Ageng.Aura biru terang masih melayang di depan Gandi dan Naga Kuno tersebut. Sepertinya penyerapan Pil Pemulih Jiwa cukup lama."Ki, sebelumnya kau pernah berkata bahwa di dalam Lautan Jiwa milikku telah tumbuh sebuah pulau. Bisakah kau jelaskan sekarang, apa maksud dari pulau itu?" tanya Gandi."Hm...Benar juga. Aku hampir melupakan hal itu anak muda. Mengenai pulau itu, namanya adalah Awal Kehidupan. Pulau itu akan menjadi semakin berkembang dan membesar seiring dengan perkembangan dirimu. Lebih mudahnya, itu adalah cikal bakal Kerajaan Jiwa sama seperti yang dimiliki oleh Batara Geni. Besar dan tidaknya itu tergantung pada kekuatan dari pemilik Kerajaan Jiwa. Seperti yang kita lihat, Kerajaan Jiwa milik Batara Geni
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ki Ageng Samudra Biru membuat hati Gandi Wiratama tersentuh. Dia tak menyangka, Naga Kuno itu begitu menyayangi muridnya. Pandangan matanya kembali ke arah Nagini yang masih bersimpuh di atas lantai sambil menunduk. Hati Raja Naga Air itu pun tergerak untuk menolong wanita tersebut."Aku akan mencoba menciptakan sesuatu...Semoga ini berhasil," batin pemuda itu.Gandi segera duduk bersila lalu menyatukan kedua telapak tangannya didepan dada. Saat itu juga muncul aura biru dari dalam tubuh pemuda tersebut. Aura biru itu perlahan melayang di udara dan berkumpul menjadi satu lalu membentuk sesuatu seperti bola. Perlahan aura biru yang merupakan kekuatan jiwa milik Gandi itu mengecil dan memadat menjadi sebesar kelereng.Ki Ageng pun dibuat tertegun melihat apa yang dilakukan oleh Gandi. Dia segera melesat dan mengelilingi benda bulat kecil yang nampak bergetar hebat tersebut. Matanya menatap tajam sambil memeriksa."Pemadatan kekuatan jiwa yang diberikan
Tangan hitam raksasa itu menyapu tubuh Ki Ageng Samudra Biru. Namun anehnya, tangan tersebut tak mengenai tubuh Naga Kuno itu seolah menembusnya. Gandi yang sudah panik pun bernapas lega karena melihat Ki Ageng dalam keadaan baik-baik saja."Dasar orang tua...tahu ada bahaya kenapa tak menghindar...! Untung kau hanyalah tubuh jiwa!" batin Gandi sambil menatap tangan raksasa yang masuk kembali ke dalam ruangan."Kau tak perlu cemaskan diriku. Cepat masuk dan selamatkan Nagini muridku anak muda!" seru Ki Ageng sambil melotot kearah Gandi.Karena penasaran dengan tangan hitam itu sekaligus berniat menyelamatkan Nagini, Gandi pun segera melesat dengan cepat menggunakan tubuh petir Trikala. Gerakannya sangat cepat dan dalam satu gerakan sudah berada di dalam ruangan luas dengan pemandangan yang membuat jantung pemuda itu berdebar keras."Apa-apaan ini...!?" geram Raja Naga Air tersebut setelah dia melihat banyak sekali mayat yang tergantung dalam keadaan sangat mengenaskan. Mayat-mayat ter
Gandi yang sudah tak bisa menahan lagi luapan kekuatan jiwa yang terlalu berlimpah pun akhirnya membiarkan aura kekuatan tersebut meledak dan menciptakan gelombang biru. Namun anehnya ledakan kekuatan itu tak menciptakan kehancuran sama sekali. Bahkan, ledakan itu membuat Ki Ageng Samudra Biru yang terkena ledakan kekuatan menjadi merasa lebih segar."Hm...Kekuatan yang sangat murni...Setelah kau menguasai Tombak Banyu Biru, kekuatan lain yang masuk ke dalam tubuhmu akan langsung dimurnikan selama Tombak itu ada di dalam tubuhmu. Dan kelebihan kekuatan ini menjadi uap kecil yang cukup menyegarkan bagi tubuh jiwa seperti diriku. Yang lebih hebat lagi, karena kau memiliki tiga inti kekuatan, maka kau bisa memurnikan tiga kekuatan yang berbeda secara bersama-sama." kata Ki Ageng sambil menghirup udara seolah dia berada di tempat yang sejuk segar padahal saat itu merasa ada di tempat yang gelap dan lembab."Tapi Ki, aku merasa ada yang aneh dengan diriku..." kata Gandi sambil membuka tela
Semua orang yang baru saja keluar dari Dunia Penyimpanan ternyata kembali lagi ke dalam Istana Abadi yang saat ini sudah menjadi milik Gandi Wiratama. Terdengar beberapa ucapan dari mereka yang masih penasaran alasan Bara mengusir mereka semuanya.Sementara itu, Gandi nampak lebih memilih untuk menyendiri di bawah pilar raksasa dan duduk bersila. Kahiyang Dewi yang melihatnya sangat ingin mendatangi pemuda tersebut. Namun dia memilih untuk tetap berada di tempatnya karena satu alasan. Dia tak ingin membuat Raja Naga Air itu semakin terluka hatinya. "Memang seharusnya aku segera pergi dari tempat ini. Lebih cepat lebih baik. Keberadaanku di antara dua pemuda ini malah akan semakin memperkeruh suasana," batin Kahiyang Dewi lalu dia pun menghela napas dalam-dalam. Bukan hanya dua pemuda itu yang akan terluka hatinya karena keputusan dirinya memilih menjadi Pertapa Suci untuk mewarisi pemimpin Naga Suci. Tapi hatinya juga sangat terluka karenanya.Tiba-tiba Gandi bangkit berdiri dari dud
Gandi tak berkata sepatah katapun. Dia mengepalkan tinjunya untuk menenangkan perasaannya yang sangat kacau. Ucapan Ki Ageng Samudra Biru memang benar adanya. Jika sampai dia lepas kendali dan mengamuk, bukan tidak mungkin dirinya akan di segel oleh ayah mertuanya sendiri. Pemuda itu pun mendongak kan kepala menatap kearah Bara Sena yang masih melayang dan tanpa ekspresi padahal dia juga baru saja mendengar keputusan Kahiyang Dewi. Harusnya Dewa Cahaya itu juga merasakan sakit yang sama dengan dirinya. Tiba-tiba satu tangan menepuk bahunya. Gandi tahu, itu adalah tangan Batara Geni. Dia bisa merasakan adanya kekuatan yang menakutkan dari tubuh ganda Mahadewa tersebut."Bangunlah. Seorang pria tidak pantas berlutut hanya karena cinta. Gandi, aku pernah terpuruk sama sepertimu...Tapi bedanya, aku membuat keputusan yang salah hingga membuat wanita yang aku cintai mati. Kau harus bisa menerima apa yang sudah terjadi. Karena ini demi kebaikannya dan juga kebaikan bersama." ucap Batara Gen