Naga Merah dengan mata emas milik Yao Ling itu keluar dari dalam lingkaran merah yang tercipta oleh kekuatan putra Dewi Ling. Nawang Geni benar-benar dibuat takjub karena dia berpikir hanya dia yang bisa mengerahkan binatang jiwa. Tak disangka, saudaranya tersebut juga bisa melakukanya.Dan akhirnya, dua makhluk raksasa saling bertemu. Mata emas Naga Merah menyala terang sebelum mengeluarkan bola api dari mulutnya yang terbuka. Wooosssh!Ular Hijau raksasa dengan gesit menghindari dan mendekati lawan. Lalu pada saat jarak hanya tinggal beberapa tombak, ular tersebut menyemburkan sesuatu kearah tubuh Naga Merah.Crsssss!Sesuatu seperti cairan hijau mengenai tubuh Naga Merah tersebut hingga mengepulkan asap putih tebal. Naga tersebut nampak bergerak liar seolah tengah kesakitan. Yao Ling menatap tajam kearah cairan hijau yang mengeluarkan asap."Cairan asam...?" batinnya tak menyangka.Nawang Gen tersenyum. Matanya yang menyala hijau menatap kearah Yao Ling."Cairan itu bisa membuat h
Semua orang menatap kearah dua sosok pemuda tampan yang tertawa setelah keduanya saling tatap di atas panggung arena. Tentu saja hal itu membuat semua heran termasuk Dewa Pelindung Anoman yang tidak begitu tahu siapa mereka berdua adanya. "Ada apa dengan kalian?" tanya kera putih tersebut. "Mereka berdua itu kakak beradik guru," Ganesha menjawab pertanyaan Anoman melalui telepati. Karena dua pemuda itu masih tertawa dan tak pedulikan Dewa berwujud kera putih tersebut. "Jadi kalian berdua kakak beradik?” tanya Anoman lagi. Kali ini dua pemuda itu menoleh dan mengiyakan pertanyaan Dewa Pelindung tersebut. "Benar Dewa Pelindung Anoman. Kami kakak beradik dari ibu kami Dewi Lanjar. Tidak aku sangka, pertarungan ini malah mempertemukan kami berdua," kata sosok pemuda berpakaian hijau tanpa lengan tersebut. Dia bernama Segara Geni alias sang kakak. "Apa yang harus kita lakukan kakang Segara?” tanya pria satunya lagi yang tidak mengenakan baju alias telanjang dada. Hanya selendang hijau
Semua orang yang ada di gelanggang raksasa itu sama-sama terkejut dengan kekuatan petir yang tiba-tiba muncul di tengah arena membuat Brama Geni terpental hingga beberapa tombak. Mereka semua tahu, kekuatan petir yang menyambar pemiliknya adalah salah satu ajian kuat yang dimiliki oleh Mahadewa Jaka Geni. "Aku merahasiakan kemampuan ini sejak lama Brama. Maafkan aku, karena kali ini aku tak bisa mengalah untukmu. Turnamen ini sangat berarti untuk diriku," kata Segara Geni. Brama tersenyum lebar mendengar ucapan kakaknya tersebut. "Tak perlu ragu padaku kakak. Aku malah merasa kau berbuat jahat padaku karena kau menyembunyikan kekuatanmu itu dariku. Apakah kau berpikir aku lemah sehingga kau merahasiakannya?" tanya Brama sambil menatap sang kakak yang terlihat berbeda saat ini. Tubuh Segara Geni dipenuhi kekuatan petir yang menjilat-jilat. Aura kekuatannya pun sangat berbeda dengan sebelumnya. "Aku tidak berpikir kau lemah adikku. Hanya saja, aku tak perlu menggunakan kekuatan in
Brama Geni menangis kencang di hadapan tubuh Segara Geni yang tergeletak di depannya. Dia sama sekali tak menyangka, kakak yang dia anggap serius bertarung demi memperebutkan kemenangan masih saja mengalah untuknya. Betapa besar rasa kasih sayang Segara Geni kepada sang adik. Hal itu membuat Jaka Geni yang tahu penyebab Segara Geni kalah tersenyum tipis. "Ada satu anakku yang memiliki sifat pelindung dan penyayang. Segara Geni, kau memiliki sifat yang sama dengan ibumu..." batin Jaka Geni. Anoman segera memanggil beberapa orang untuk membawa keluar Segara Geni menuju ke tempat Dewi Chang Yun berada. Sementara, Brama Geni mengikutinya dari belakang dengan mata basah karena menangis. Di atas tribun sana, Dewi Lanjar tak bergeming dan hanya menatap apa yang terjadi pada kedua anaknya. Dia tetep terlihat tenang. Padahal dalam hatinya cukup cemas memikirkan kedua anaknya terutama anak sulungnya. "Tak perlu cemas istriku, Chang Yun sudah turun tangan. Tak ada yang tak bisa dia obati. Ja
Bayu Jaga Geni tersenyum kecil melihat tatapan mata Xia Ling yang menyorot tajam kearahnya. "Kenapa? Apakah kau masih belum puas dengan luka itu? Aku masih belum mengerahkan semua yang aku miliki..." kata Bayu sambil tetap tersenyum kecil seolah tengah mencibir adiknya tersebut meski tidak melalui ucapan. "Aku belum kalah! Aku hanya masih tak percaya ternyata kau memiliki petir merah...! Siapa menyangka kau bisa memiliki petir itu Bayu..." kata Xia Ling sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan luka di tangannya. "Selama ini aku akui, aku terlalu pecaya diri dengan kemampuanku sendiri. Tanpa aku sadari, aku justru memiliki banyak kekurangan. Dan setelah aku sadar akan kekurangan itu, aku mendapatkan pencerahan dan berhasil membangkitkan kekuatan Petir Merah milikku sendiri," kata Bayu Jaga Geni membuat semua orang terlihat takjub padanya. Bara Sena mengelus dagunya sambil menatap Raja Probo Lintang tersebut. "Hm... Kemampuannya tidak berada di bawah Lu Xie. Tapi juga ti
Raja Probo Lintang Bayu Jaga Geni keluar sebagai pemenang setelah Xia Ling Geni kalah cukup telak. Yao Ling yang melihat adiknya babak belur dan terluka parah hanya bisa mengepalkan tinjunya karena marah. Muncul tekad yang kuat untuk lolos kembali dan membalas kekalahan sang adik. Yao Ling memiliki kesempatan jika dia berhasil lolos dari 9 saudara yang lainnya. Tubuh Xia Ling Geni yang terlihat mengenaskan langsung dibawa ke tempat Dewi Chang Yun berada. Saat melihat keadaan gadis tersebut, Dewa Chang Yun sempat terdiam dan prihatin. "Banyak sekali luka di tubuhnya. Ini akan memakan waktu sedikit lebih lama." ujarnya kepada Dewi Ling yang juga berada disana. "Tidak masalah, aku meminta bantuanmu adik Chang Yun," ucap Dewi Ling. Dewi Chang Yun menganggukkan kepalanya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Bersabarlah," sahutnya lalu dia pun mulai mengobati Xia Ling Geni yang sudah tak sadarkan diri dan terlihat sangat lemah tersebut. Semua orang tak menyangka kekuatan Bayu Jaga Geni
Chang Hao memasuki ruangan untuk memulihkan diri. Setelah mendapat perawatan dari para tabib bawahan Dewi Chang Yun, dia pun berniat untuk memulihkan kekuatan. Luka yang dia derita tak begitu berarti. Tapi karena dia mengerahkan kekuatan yang sangat besar, itu cukup membuatnya merasa lelah. Baru sedetik dia memejamkan mata, terdengar suara halus yang membuat dia membuka kembali kedua matanya. Sontak saja kedua mata Chang Hao langsung membesar melihat siapa yang ada didepannya. "Ayah...! Bagaimana kau bisa datang kesini?” tanya Chang Hao dengan perasaan yang tidak enak. "Tak perlu panik. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal saja padamu." ucap Jaka Geni dengan suara tenang. "Apa yang ingin ayah tanyakan padaku?” tanya Chang Hao merasa sedikit aneh dengan kedatangan sang ayah. "Sejak kapan, kau berguru padanya?" tanya Jaka Geni. "A... Apa maksud ayah...? Berguru pada siapa...?” tanya Chang Hao dengan suara tergagap. Jaka Geni melirik kearah anaknya dengan mata berkilat merah. "Ka
Setelah pertarungan Chang Hao dan Sua Ning berakhir, pertarungan kembali dilanjutkan. Dan pertarungan ke 10 ini menjadi penutup di hari itu. Karena 10 pertarungan lainnya akan dilanjut keesokan harinya. Dua wanita yang sangat tidak asing lagi berdiri di atas arena dan saling berhadapan. Sosok cantik yang tak lain adalah Chang Mei dan satu sosok bercadar yang tidak lain adalah Lu Xie. Mereka berdua sama-sama mengenakan pakaian hitam. "Adik Lu Xie, aku sempat mendengar sepak terjangmu dalam perang kemarin. Kau sudah jauh berbeda," kata Chang Mei memuji. Lu Xie tersenyum dibalik cadarnya. Sejak dulu dia tak pernah ada masalah dengan anak Dewi Chang Yun tersebut. Malah, justru wanita itu cukup perhatian padanya. Sifat baik Chang Mei memang sudah terkenal di kalangan anak Jaka Geni. Sikap dewasa yang diwarisi oleh ibunya itu membuat semua anak Jaka Geni baik kepadanya. Apalagi Chang Mei memiliki kebiasaan minum teh yang akhirnya menjadi daya tarik sendiri bagi saudara-saudaranya. "Aaa
Keadaan Lembah Kabut Biru itu sangatlah lengang karena tak ada satu makhluk Hidup pun yang ada disana. Gandi dan Nagini nampak masih bersemedi di dasar kolam di bawah Batu Kuno yang memancarkan cahaya biru. Di saat keadaan terasa sangat tenang, dari arah tubuh Gandi tiba-tiba saja muncul cahaya biru yang melesat kearah langit hingga membelah awan. Nagini yang tengah bersemedi di sebelah nya segera membuka mata saat dirinya merasakan kekuatan yang luar biasa terpancar dari tubuh Sang Raja Naga Air tersebut."Dia naik ke tingkat 11 hanya dalam waktu yang begitu singkat!" batin wanita tersebut takjub. Cahaya biru itu pun memudar secara perlahan dan akhirnya lenyap begitu saja. Gandi pun membuka kedua matanya sambil menghembuskan napas keras. Lalu kemudian dia menoleh ke samping kanannya dimana Nagini tengah menatap dirinya."Nagini..." ucapnya lirih.Yang dipanggil pun mengulum senyum sambil membalas tatapan mata pemuda tersebut."Ada apa, kang mas Gandi..." sahut nya dengan suara lemb
Dewi Nagini membuka kedua matanya. Awalnya pandangan matanya terasa kabur. Namun secara perlahan dia bisa melihat kembali dengan jelas apa yang ada di hadapannya. Dia pun bangun dan duduk sambil menatap sekeliling. Kedua bola matanya yang biru menatap kearah Gandi yang duduk bersila dibawah Batu Kuno. Aura di tubuh pemuda itu nampak menyala biru."Gandi..." lirih wanita itu lalu dia pun menatap kedua tangannya yang tidak lagi dipenuhi noda darah. Merasa penasaran dengan Alam Jiwa miliknya, Nagini pun duduk bersila dan mulai bersemedi. Dia mulai memasuki alam jiwa miliknya sendiri. Tak lama setelah itu, kedua matanya terbuka. Wajah cantiknya nampak berseri-seri. "Aku sudah sembuh! Alam Jiwa milikku juga sudah membaik. Bahkan hutan kering itu sudah mulai tumbuh menjadi pepohonan yang rindang. Istana Kerajaan Jiwa milikku juga mulai kokoh kembali. Apakah ini berkat Mata Air Suci atau karena hal lain?" batin Nagini sambil tersenyum. Tiba-tiba ada desiran angin yang membuat Nagini merasa
Tubuh Nagini terlihat gemetaran setelah menahan serangan Bilah Angin Dewa untuk kedua kalinya. Darah mengucur deras dari luka baru yang ada di tubuhnya. Namun wanita itu tetap bertahan di atas sana sambil mengernyit menahan rasa sakit yang luar biasa. Dia sempat melihat kearah Gandi dan melempar senyum pada pemuda tersebut seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Padahal Gandi sendiri melihatnya dalam keadaan begitu mengenaskan.Dan senyuman wanita Naga Air itu seketika lenyap saat terdengar suara berdesing dari arah langit. Nagini pun langsung kembali menoleh ke atas dan bersiap untuk menahan serangan dari ujian ketiga yang akan menentukan keberhasilannya. Jika serangan ketiga dari Bilah Angin Dewa sanggup dia tahan, maka jalannya menuju ke Ranah Alam Semesta akan menjadi lebih mudah.Sring!Kekuatan yang tak terlihat itu melesat dengan dahsyat kearah Nagini yang sudah cukup tegang menghadapinya. Wanita tersebut mengumpulkan tekad yang kuat untuk bisa bertahan dari serangan.Srakk
Dewi Naga Nagini membuka kedua matanya saat ujian kedua berhasil dia lewati. Tubuhnya terlihat merah membara karena sambaran bola api dari atas langit sana. Dia kembali menatap kearah Langit dan melihat pusaran awan hitam mulai bergerak lagi pertanda ujian ketiga atau ujian terakhir akan dia lalui. Ujian kali ini adalah yang terberat karena yang akan dia hadapi merupakan ujian paling mematikan bagi siapa pun yang akan menerobos ke Ranah Alam Semesta dengan cara pintas.Gandi yang ada di bawah sana nampak harap-harap cemas menyaksikan pusaran awan yang semakin membesar. Dewi Aretha yang berada di samping pemuda itu pun tak lagi senyum-senyum seperti biasanya. Ternyata dia pun cukup tegang karena untuk pertama kalinya dia akan melihat sosok Dewi Naga yang akan menembus Ranah Alam Semesta menggunakan Mata Air Suci miliknya. Bagi wanita itu, apa yang ada di depannya adalah suatu pertunjukan yang sangat langka. Karena saat dirinya menembus Ranah Alam Semesta, tak ada fenomena aneh seperti
Wanita cantik berpakaian bak seorang Ratu itu sepertinya mengetahui semua yang Gandi Wiratama pikirkan. Tanpa ditanya, wanita tersebut pun menjelaskan tentang sumber yang sebelumnya dia katakan."Sumber itu merupakan harta Karun bagi para Dewa yang menginginkan jalan pintas untuk naik ke Ranah Alam Semesta. Yang menjadi permasalahannya adalah, tidak mudah bagi mereka untuk menemukan Sumber yang cukup langka. Karena ternyata di Tiga Dunia hanya ada beberapa Sumber yang Dewa Pencipta turunkan. Dan itu adalah hadiah termahal bagi kita yang di ciptakan olehnya. Sumber itu bernama Sumber Kehidupan dimana bentuknya juga cukup beragam. Ada yang berbentuk Batu Kuno seperti ini, ada juga yang berbentuk pohon dan lain-lain." kata wanita cantik yang belum diketahui namanya tersebut.Gandi yang mendengar itu langsung menatap kearahnya. Dia cukup kaget karena wanita itu bisa mengetahui semua isi hatinya seperti Batara Geni dan Sukma Geni yang memang memiliki kemampuan mendengarkan suara hati dan p
Tubuh Dewi Nagini memancarkan kekuatan yang luar biasa besar. Bahkan tak hanya satu saja tornado air yang tercipta karena kekuatan dari tubuhnya tersebut. Ada sepuluh tornado air raksasa yang muncul dengan suara bergemuruh dahsyat di kawasan Lembah Kabut Biru. Kabut yang ada di sana pun ikut terseret oleh pusaran air raksasa itu. Dan ternyata, fenomena luar biasa itu tak cukup sampai disitu saja.Dari arah langit di atas Lembah tersebut, muncul pusaran awan hitam raksasa. Gandi yang melihat hal itu tak mengerti apa yang ada di balik pusaran awan hitam tersebut. Dia justru menyamakan pusaran awan hitam itu dengan fenomena saat kemunculan Pedang Guntur Saketi miliknya. Disaat dia tengah memusatkan pandangan matanya kearah langit sana, tiba-tiba pemuda itu merasakan desiran angin dari arah belakang."Tak perlu khawatir anak muda...Kekasihmu sedang menghadapi ujian sebelum dia menembus Ranah Alam Semesta. Ujian ini biasa di alami oleh Dewa yang akan naik ke tingkat selanjutnya menggunakan
Gandi dan Nagini berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan aneh yang menyeret tubuh mereka berdua. Namun usaha itu sia-sia saja. Karena Gandi dan Nagini sama-sama merasa kalau kekuatan jiwa keduanya tersegel dan tak bisa digunakan. Alhasil mereka pun diseret oleh kekuatan aneh hingga ke dasar kolam dengan mudah. Dan ternyata, kolam itu sangatlah dalam.Keadaan di dalam dasar kolam sendiri cukup gelap karena semakin tak ada cahaya masuk. Kekuatan aneh yang muncul dari dasar kolam pun semakin Gandi rasakan. Itu adalah kekuatan yang sangat besar seolah-olah mereka berdua berada di atas telapak tangan sosok raksasa."Nagini, sepertinya Mata Air Suci ini memang sengaja menuntun kita untuk masuk lebih dalam hingga ke dasar kolam ini. Mungkin ada sesuatu yang menarik di bawah sana." kata Gandi melalui telepati. Nagini menoleh kearah pemuda itu."Tapi Mata Air Suci ini menyegel kekuatan kita. Untuk apa dia melakukan itu Jika memang memiliki tujuan yang baik?" tanya Nagini yang sudah cukup p
Gandi dan Nagini keluar dari dalam Istana HItam milik Mayadwipa. Setelah sekian lama terkurung di dalam tungku hitam raksasa, akhirnya wanita cantik itu bisa menghirup udara bebas di luar istana yang menyeramkan tersebut. Istana hitam itu nampak lengang dan sepi. Tak ada kehidupan sama sekali di tempat tersebut. Sudah tak ada lagi pengikut Mayadwipa yang tersisa di Istana karena sebelumnya semua pasukan telah dikerahkan untuk berperang."Keadaan di tempat ini sudah sangat berubah sejak aku datang. Istana itu, sebelumnya aku tak pernah melihat istana hitam setinggi ini." ucap Nagini sambil menatap kearah menara istana hitam yang menjulang tinggi ke langit. Gandi tersenyum melihat Nagini yang tengah bahagia. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang sebelumnya sempat mereka bahas di dalam Istana hitam tersebut."Nagini, apakah ada petunjuk mengenai Mata Air Suci itu? Mungkin kau masih mengingatnya dari peta harta Karun milik mantan kekasihmu dulu?" tanya Gandi.Nagini menatap kearah pemuda i
Sementara itu di Dunia Penyimpanan...Bara Sena bangkit berdiri dengan napas yang terengah-engah. Aura petir merah nampak membungkus tubuhnya. Wajahnya mengernyit menahan rasa sakit karena kekuatan Batara Geni tersebut. Namun kekuatan petir itu tak membuatnya terluka parah."Meski kedua Iblis telah berhasil di murnikan menjadi kekuatan sejati milikmu, ternyata jurus-jurus dan pukulan Sakti milik mereka masih bisa kau gunakan walaupun inti kekuatan itu berbeda dari yang aslinya," kata Batara Geni yang masih melayang di udara sambil menatap kearah Dewa Cahaya yang baru saja keluar dari reruntuhan batu.Bara mengusap darah yang keluar dari sela bibirnya. Tubuhnya saat ini masih dalam wujud Dewa Cahaya dengan dua pasang sayap berukuran besar. Cahaya terang juga terpancar dari tubuhnya. Jika lawannya bukan Batara Geni, mungkin saja cahaya itu bisa mengelabui lawan karena silau."Tak kusangka, menghadapimu menjadi semakin sulit meski kekuatanku sudah kembali sepenuhnya. Kau memang luar bias