Bara Sena yang tengah bertahan dari tekanan kekuatan Dewa Yu Sha berteriak keras mengerahkan semua kekuatan yang dia miliki. Empat sayap cahaya miliknya bergerak mengepak memberikan dukungan kepadanya.
Disaat yang sama, dampak dari Ledakan Cahaya Matahari yang dia ciptakan membuat pemuda itu merasakan siraman kekuatan yang sangat berlimpah. Gelombang cahaya yang seharusnya menghancurkan apa pun itu justru membuat Bara merasakan hal lain. Kekuatanya miliknya meningkat pesat setelah sebelumnya hampir terkuras habis."Kekuatan cahaya dari Pukulan Matahari Pembakar Semesta tidak berdampak apa pun terhadapku? Jadi begitu ya...? Kekuatan cahaya matahari itu juga bisa menjadi sumber untukku," batin Bara sambil berteriak keras untuk bisa bangkit berdiri.Dewa Yu Sha yang berada di tengah ledakan Matahari itu cukup terkejut melihat Bara yang berhasil menahan tekanan darinya. Tubuh Dewa Pedang itu diselimuti aura putih kebiruan yang merupakan perisai tenaga dalam mPangeran Balavan dan ribuan prajurit nya menatap kearah wanita cantik yang duduk di atas tameng Angkara tersebut dengan pandangan mata takjub tepesona. Amarah yang sebelumnya meluap saat itu juga padam oleh kecantikan sang Dewi yang begitu memukau. Apalagi posisi duduk dari wanita berambut perak itu membuatnya semakin terlihat anggun. Belum lagi dengan lirikan mata yang membuat jantung semua orang berdebar."Siapakah wanita cantik ini...? Aku sangat ingin menjadikan dia sebagai istriku..." batin Pangeran Balavan yang tidak tahu sama sekali siapa adanya wanita cantik tersebut.Panglima Dharmendra dan Arkhaz yang ada di barisan belakang pun juga melihat kemunculan wanita cantik tersebut meski jarak mereka sangat jauh. Pancaran pesona dari wanita itu memang sangat kuat. Mereka belum menyadari, kekuatan dari wanita yang tak lain adalah Dewi Merak Bulan tersebut bisa saja memusnahkan mereka semua dengan sekali serangan saja.Pangeran Balavan adalah orang yang paling terpengaruh oleh pesona
Resi Darma membawa Bara dan Dewi Amaira terbang menuju ke tengah danau dimana terlihat kubah emas raksasa yang mengartikan bahwa di dalam kubah tersebut terdapat sesuatu yang sangat berharga."Selama ribuan tahun, aku menjaga tempat ini semenjak Raja Anorang dipercaya merawat Pohon Jiwa. Perisai ini diciptakannya saat dia masih berada di puncaknya..." kata Resi Darma."Apakah selama ini tidak ada yang tahu keberadaan Pohon Jiwa ini?" tanya Bara. Resi Darma mengangguk."Pohon ini sangat rahasia. Tapi, beberapa ratus tahun yang lalu, ada pemberontakan yang terjadi di Kerajaan ini. Beberapa dari pemberontak adalah tetua Kerajaan yang tidak setuju Raja Anorang tetap memimpin setelah sang raja mengalami kemunduran ranah..." kata Resi Darma."Oh? Mereka merasa Raja kalian tidak akan bisa melindungi Kerajaan ini lagi dan mereka menginginkan tahta Itu secara halus, begitu?" kata Bara. "Benar sekali Tuan. Berdasarkan apa yang aku dengar dari Yang Mulia Raja Anorang, para tetua yang berhianat
Wusss!Sinar ungu raksasa menderu ganas kearah Bara Sena yang nampak tenang menanti datangnya serangan. Meski tenang, pemuda itu sudah bersiap dengan pertahanan Terkuat yang dia miliki."Waktunya mencoba kekuatan Ranah Alam Nirwanaku," batin Bara Sena.Dia mengangkat tangannya lalu menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Saat itu juga, dari dalam tanah muncul letupan besar disusul keluarnya sepasang tangan raksasa berwarna merah keemasan. Dua tangan tersebut menutupi tubuh Bara Sena saat cahaya ungu raksasa datang menyambar.DUAR!Ledakan besar tercipta setelah cahaya ungu menghantam dua tangan raksasa milik Bara Sena. Gelombang dari ledakan tersebut membuat tanah di pinggiran danau itu hancur berantakan. Asap membubung tinggi ke langit.Dengan napas yang terengah-engah, Resi Darma menatap kearah depan sana berharap serangan tersebut telah mengakhiri pertarungan. Tapi tiba-tiba saja, dari dalam asap yang tebal muncul cahaya emas yang melesat dengan cepat kearahnya. Tentu saja h
Bara Sena menatap kearah Resi Darma yang tiba-tiba terdiam. Sementara itu, di Langit sana pertarungan antara tiga Naga es melawan dua Naga Putih masih berlangsung dengan suara bergemuruh dan getaran yang mengguncang danau besar tersebut. Dewi Amaira yang menjauh dari area pertarungan hanya bisa menatap Bara dan Resi Darma dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan. Satu sisi dia merasa khawatir dengan Pohon Jiwa yang tidak tahu akan digunakan untuk apa oleh pemuda itu, di lain sisi lain dirinya terpesona oleh wujud tampan sang Dewa Cahaya. "Anak muda, aku akui kau memang hebat. Bahkan bisa mengerahkan kekuatan es hingga membentuk wujud makhluk hidup yang bisa mengimbangi dua binatang jiwa miliku. Ini sungguh di luar nalar. Tapi, aku belum selesai... Aku akan mengerahkan kekuatan yang belum pernah aku kerahkan seumur hidupku. Aku tak tahu kau bisa menahannya atau tidak. Jika kau bisa bertahan dari serangan ini, maka...Tak ada yang bisa aku lakukan lagi untuk Pohon Jiwa itu dan hany
Mendengar jawaban dari Bara Sena, Resi Darma nampak terdiam namun kedua mata emasnya terus menatap ke arah pemuda tersebut dengan pandangan penuh selidik. Sementara Dewi Amaira sudah tak peduli dengan penyamaran Bara yang sempat membuat dirinya curiga. Yang dia tahu saat ini adalah, sosok Ki Sena ternyata bukanlah orang tua. Itu yang dia tak sangka-sangka sama sekali. Dalam hatinya jelas gadis itu merasa sangat senang melihat kenyataan tersebut."Jadi kau datang karena untuk Kerajaan ini? Anak muda, aku masih belum percaya dengan apa yang kau katakan. Karena ada banyak orang yang mengincar Pohon Jiwa ini. Apakah kau sudah tahu, kalau pohon ini diambil, Angkara Murka yang tersegel di gunung itu akan terlepas dan menciptakan bencana di dunia ini?" tanya Resi Darma."Sebagian besarnya aku sudah tahu itu dari Raja Anorang. Juga mengenai makhluk yang tersegel di gunung yang ada di belakang istana ini. Tapi, aku datang kesini bukan hanya untuk membantu kalian. Selain pohon jiwa, aku datang
Raja Anorang terlihat panik setelah tahu benteng yang dia anggap sebagai pertahanan Terkuat kini telah hancur dan musuh mulai berhamburan masuk ke dalam. Sementara, kedua putrinya dalam keadaan terluka parah karena perang tersebut meski keduanya sudah sama-sama berjuang keras membantai ribuan musuh."Ki Sena, kau tetaplah disini. Aku akan menghalau mereka semua. Amaira putriku, kau berjaga disini dan jangan biarkan pasukan musuh masuk ke dalam istana." kata Raja Anorang."Ayah...Apakah kau yakin akan menghadapi mereka?" tanya gadis cantik tersebut. Raja Anorang mengangguk. Dia menatap kearah Ki Sena yang nampak diam sambil mengelus jenggotnya."Orang tua ini, dia terlihat sangat tenang seolah tak terjadi apa-apa...Haaah, bagaimana pun dia hanyalah orang tua biasa yang tak seharusnya ada di medan perang. Putriku bisa menjaganya dengan baik," batin Raja Anorang kemudian dia melayang menuju ke pintu gerbang istana.Saat gerbang terbuka, para Pengawal yang sebelumnya berjaga di taman ista