INICIAR SESIÓNGandi menatap ibu jari kanannya dimana cincin hitam pemberian Batara Geni itu tidak ada disana. Merasa penasaran, dia pun memutar tubuh untuk melihat tubuh kasarnya yang masih duduk bersila di dalam goa. Matanya menatap kearah tangan kanannya.
"Jadi begitu, saat aku menggunakan ilmu Raga Sukma, cincin itu tidak ikut terbawa oleh tubuh jiwa ini. Bukankah itu berarti..." Gandi tak melanjutkan kalimatnya. Dia langsung mengerahkan kekuatan jiwa miliknya. Di telapak tangan kananya terlihat bola air yang berputar-putar memancarkan kekuatan yang besar. Pemuda itu tersenyum lebar."Ini adalah dunia pedang, aku yakin, apa pun itu, aku tidak melanggar apa yang Kitab Nagapala katakan. Apalagi diluar sana adalah Dunia bawah Kerajaan Watu Ungu, bukan dunia manusia." batin Gandi lalu dia pun kembali menatap ke depan sana dimana Sarasvati dengan tubuh Dewa miliknya tengah berhadapan dengan Raja Iblis Gua Barong dengan Raksasa Iblis Merah miliknya.Pemuda itu berencana uRaja Naga Hitam Melandros menyeringai tipis sambil menatap kearah Sun Wukong yang ketakutan di hadapan mereka bertiga."Bunuh saja dia," ucapnya.Tigreus tertawa kecil kemudian tangannya mengarah ke tubuh Sun Wukong. Raja Kera Iblis itu nampak ketakutan. Namun saat nyawanya dalam bahaya, dia memilih untuk melawan meski dia tahu betul, bahwa perlawanannya hanyalah sia-sia belaka."Hiaaah!" teriak Sun Wukong sambil mengeluarkan tongkat emas miliknya. Namun belum juga dia menyerang, tubuhnya tiba-tiba saja jatuh ke tanah. Sesuatu yang tak terlihat mencengkram tubuhnya dengan sangat kuat. Darah muncrat dari dalam mulut Sun Wukong saat tulang di tubuhnya hancur disusul organ-organ bagian dalamnya. Pada akhirnya kepala Kera Iblis itu jatuh menggelinding di tanah setelah tubuhnya hancur lebur menjadi serpihan daging kecil."Aaahh...Sayang sekali, Kera kecil yang imut itu harus mati secara mengenaskan..." kata Ratu Lamia. Raja Tigreus menyeringai puas karena pada akhirnya Kera itu memang har
Sosok manusia bertubuh kekar berkepala harimau itu menatap Sun Wukong dengan sorot mata yang membuat Raja Kera Iblis itu surut beberapa langkah. Hanya dengan sorot mata saja Sun Wukong sudah tahu, bahwa dia bukanlah lawan makhluk tersebut."Benar apa yang dikatakan bocah itu...Sial...apa yang harus aku lakukan sekarang?" batinnnya."Kau yang membuat kekacauan di tempat ini, Kera mungil?" tanya sosok tersebut dengan suara yang berat menggetarkan tanah.Sun Wukong tercekat merasakan sesuatu yang begitu menindas dirinya."Sial...Hanya mendengar suaranya saja sudah membuat tubuhku gemetar ketakutan...Makhluk ini, dia berada di Ranah Alam Semesta..." "Tak mau bicara ya...? Atau kau sedang ketakutan melihat diriku?" bertanya sosok itu lagi. Sun Wukong menelan ludahnya."Maaf...Mengenai kekacauan ini...Bukan aku..." ucap Kera Iblis itu dengan penuh perjuangan. Kedua mata makhluk yang ada di depannya menyala merah. Lalu tiba-tiba tangan
Sun Wukong membuka kedua matanya secara perlahan. Begitu dia melihat Bara Sena di depan matanya, dengan cepat Raja Kera Iblis itu bangun dan duduk. "Bara!" serunya dengan wajah berseri. Bara Sena tersenyum."Ada apa ini? Kera Iblis terkuat yang pernah menjadi lawanku, terluka parah oleh Rajawali..." cibir Bara membuat Sun Wukong menoleh kearah Jia Li.nnn"Kemana makhluk itu?" tanyanya pada wanita tersebut."Dia telah mati di tangan Tuan Bara. Aku yang menyaksikannya sendiri," sahut Jia Li membuat Sun Wukong terkejut. "Apa!? Dia mengalahkan makhluk itu dengan tanganya sendiri!? Mustahil!" seru Sun Wukong sambil menoleh kearah Bara yang pasang wajah kesal."Jadi kau meremehkan kemampuanku ha? Aku bisa membunuhmu sekarang dengan sentilan jariku." kata Bara membuat Sun Wukong terkejut. "Sungguh aneh sekali...Makhluk tadi, dia berada di Ranah Alam Semesta...Sedangkan kau masih berada di Ranah Alam Dewa...bagaimana bisa kau meng
Bara Sena menatap tak berkedip kearah Dewi Sarissa yang baru saja muncul dari dalam Tombak bermata merah tersebut. Tubuhnya yang indah dengan lekuk memukau, ditambah dengan rambut pirang nya yang semakin membuat Bara terpesona."Tak kusangka, roh senjata ini tak kalah cantik dengan Dewi Naga Azure Tian Zu Ning..." batin Bara sambil terus menatap kearah wanita tersebut.Ditatap sebegitu rupa membuat Sarissa merasa malu. Dia pun menunduk dengan wajah memerah."Kenapa Tuan menatap ku seperti itu...?" tanyanya dengan suara lirih."Aku tak menduga kau akan secantik ini. Sungguh diluar dugaan sama sekali...Aku mengakui itu. Tapi, aku penasaran dengan jati dirimu yang kau bilang adalah seorang Dewi Matahari. Jelaskan padaku, kau Dewi yang seperti apa. Dan kenapa kau bisa ada di dalam Tombak menjadi roh senjata...Apakah ada yang membunuhmu?" tanya Bara."Mengenai itu...sebenarnya aku tewas bukan karena dibunuh. Saat aku akan menerobos ke Ranah Al
Bara Sena menatap perubahan pada tubuh Aetoros setelah Tombak Sarissa menyatu dengannya. Dia sama sekali tak pernah berpikir senjata bisa menyatu dengan tubuh pemiliknya."Mungkin aku juga bisa melakukan itu dengan Golok Iblis. Menarik juga, hehe..." ucap pemuda itu yang tak terlihat kaget sama sekali dengan perubahan kekuatan Aetoros setelah bersatu dengan senjata dewa miliknya. Padahal kekuatan Dewa Penghakiman tersebut hampir menembus Ranah Alam Nirwana.Tubuh Aetoros diselimuti kekuatan emas dan merah saat dia bersiap untuk menyerang. Langit yang biru mendadak berubah menjadi merah keemasan karena kekuatan darinya. Lalu dengan sangat cepat dia melesat kearah Bara Sena yang berada di bawah sana. Dewa Cahaya itu menyeringai lebar."Datanglah...Mangsaku..." Tubuh Aetoros menyala terang tepat di saat dia melayangkan tinjunya kearah Bara Sena. Pemuda itu mengangkat tangannya menangkap tinju pria tersebut tanpa pikir panjang.Dbb!
Para Dewa yang tengah menyaksikan turnamen Dewa terlihat gelisah. Pasalnya mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam Dunia bawah gurun dimana Bara dan yang lainnya berada. Seolah-olah tempat itu tertutup semacam tabir yang bahkan sulit di tembus dengan mata Dewa.Sehingga apa yang terjadi disana, tak ada satu pun yang tahu. Mereka pun menjadi curiga bahwa semua itu adalah rencana Kahyangan Barat. Namun mereka tak bisa asal menuduh tanpa adanya bukti dan hanya bisa menunggu kabar dari mereka yang sudah masuk ke dalam Dunia di bawah gurun pasir tersebut, dimana Bara Sena tengah bertarung melawan Dewa Penghakiman Aetoros.Panah cahaya raksasa meluncur dengan cepat kearah Aetoros. Ditambah lagi dua tombak cahaya yang juga di lemparkan kearahnya. Dewa Penghakiman itu berteriak kesal karena tak menyangka dirinya justru akan bertemu dengan lawan yang sangat kuat melebihi dari apa yang dia bayangkan.WUSSS!BLAAARRRR!!!Panah cahaya mel







