Share

Bab 3

Pagi yang cerah membuat Farhan bersemangat untuk bangun pagi. Tak lupa menunaikan dua rakaat subuh. Setelah keluar dari kamar rupanya Emak sudah selesai masak makanan kesukaan Farhan. Ada nasi jagung, sayur lodeh nangka muda, ikan asin, tempe goreng dan sambal terasi. Membuat perut Farhan mengeluarkan bunyi pertanda minta segera diisi.

"Keras sekali bunyinya! Buruan makan kasian perutnya wes bunyi - bunyi gitu," sahut Emak setelah mendengar bunyi perut Farhan.

"Hehehe iya Mak."

Gegas Farhan mengambil piring, lalu diisi dengan satu centong penuh nasi jangung beserta lainnya.

"Mak mari makan sini sama Farhan," ajak Farhan sambil menyuapkan sesendok nasi jagung ke mulutnya.

"Iya kamu makan duluan saja, tambah lagi makannya Le, biar kenyang," jawab Emak sambil duduk dikursi sebelah Farhan.

"Hemm masakan Emak emang paling nikmat, Farhan sampai mau nambah dua kali," ucap Farhan sambil menambah lagi porsi dalam piringnya.

"Iya dong, biar kamu makin semangat kerjanya. Habis makan kamu siap - siap berangkat kerja biar piringnya nanti Emak yang bereskan," perintah emak sambil mengusap lembut punggung anaknya.

"Siap boss." Ucap Farhan sambil meletakkan tangan di samping dahinya, bergaya ala murid yang sedang hormat.

Seulas senyum terbit dari bibir Emak melihat tingkah lucu anak semata wayangnya. Padahal hanya menu sederhana tapi sudah membuat anaknya makan dengan lahap. Membuat Emak merasa bahagia. Ya, bagi Emak bahagia sesederhana itu.

***

Farhan sampai di tempat kerja lebih awal. Ada dua orang temannya yang juga sudah datang, yang lainnya masih belum kelihatan. Daripada hanya duduk - duduk tak jelas, Farhan mengajak Dio dan Mas Arif menyiapkan peralatan yang akan digunakan nantinya.

Dari arah pintu masuk, terlihat mobil pak Roni masuk ke halaman lokasi proyek. Wajah Pak Roni tampak lesu setelah turun dari mobil. Lalu berjalan menuju tempat dimana tiga anak buahnya  sedang berkumpul.

"Pagi Pak." sapa ketiganya bersamaan.

Hanya dibalas anggukan olehnya sambil berlalu ke dalam bangunan yang masih setengah jadi itu. Farhan merasa tidak biasanya bosnya demikian. Pasti ada sesuatu batin Farhan.

Setelah melihat - lihat kondisi bangunan, Pak Roni kembali ke tempat dimana anak buahnya berkumpul. Kali ini dengan formasi yang sudah lengkap. Segera meminta semua anak buahnya untuk meletakan alat yang sudah siap mereka gunakan sejenak untuk mendengarkan apa yang akan ia sampaikan.

"Pertama saya mohon maaf atas berita yang akan saya sampaikan. Mungkin akan mengejutkan kalian semua, tapi saya tidak punya pilihan lain. Bahwa ini hari terakhir kalian kerja disini, karena ada kendala dengan proposal pengajuan dana yang saya ajukan membuat saya kekurangan modal untuk melanjutkan pembangunan ini. Kalian saya liburkan dulu, baru akan saya hubungi lagi kalo semuanya sudah beres. Sepertinya akan lama, saya sarankan kalian cari kerjaan yang lain dulu." Tampak wajah - wajah mereka menegang mendengarkan info ini karena harus kehilangan mata pencaharian.

"Sekian info dari saya, silahkan lanjutkan kerjaan kalian kembali, setelah ini selesai kalian bisa pulang."

"Baik Pak." Jawab mereka serentak sambil membubarkan diri. Kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing - masing.

Kepala Farhan langsung terisi penuh oleh banyak pertanyaan. Kemana ia akan mencari pekerjaan lagi. Bagaimana dengan gelang untuk Emak bisa terbeli kalau setelah ini ia tak punya pekerjaan.

"Jangan dipikir terlalu rumit Bro, masih banyak kerjaan diluaran sana." Tepukan di lengan Farhan menyadarkannya dari lamunan.

"Iya Mas, nanti coba cari di tempat lain. Mas Arif mau kemana setelah dari sini?"

"Belum tahu, mungkin besok atau lusa coba cari ke pasar, barangkali ada yang butuh kuli panggul. Apapun deh yang penting dapat kerjaan"

"Iya Mas, kepikiran buat ngojek tapi motorku terlalu butut. Mana ada yang mau ku bonceng pake ini?" Farhan tersenyum kecut.

"Hahaha kamu bisa aja, ngojek ya ngojek aja, ngapain mikir ada yang mau apa enggak! Atau kita sama - sama ke pasar aja jadi kuli panggul."

"Boleh lah, nanti Mas kabari aku ya?"

"Siipp" ucap Arif seraya mengacungkan jempol sambil berlalu dari samping Farhan.

***

Hati Farhan mendung, berbanding terbalik dengan suasana hatinya tadi pagi. Kali ini ia tak ingin langsung pulang. Farhan berhenti di sebuah taman pinggir kota, tak jauh dari jalan raya. Farhan duduk bersandar dikursi, sambil memainkan ponsel pintar digenggamannya. Mencari lowongan pekerjaan disitus online. Nihil. Farhan tak menemukan pekerjaan yang sesuai untuknya. Lanjut dengan membuka aplikasi biru miliknya, mencari grup lowongan pekerjaan. Nihil juga. Sepertinya memang belum ada lowongan. Sebaiknya besok ikut Mas Arif ke pasar aja, batinnya.

Setelah dirasa penat dikepalanya lumayan hilang, Farhan berdiri, mengambil kuda besi miliknya. Masih belum ingin pulang juga, Farhan memacu motornya mengelilingi kota. Melihat di sepanjang jalan yang ia lewati, mencari inspirasi. Apa yang akan dilakukannya setelah ini. Ia banyak melihat bermacam - macam pedagang. Ada bakso, gorengan, cilok, juga macam - macam es.

'Ya sudahlah, sebaiknya pulang dulu. Berunding dulu dengan Emak' batin Farhan.

Dengan berat hati ia harus membawa kabar kurang menyenangkan ini untuk Emaknya. Batinnya tak mau merepotkan sang Emak, namun sisi hati yang lainnya mengatakan bahwa ia harus terbuka dengan Emak. Karena bagaimanapun doa Emak adalah kekuatan terbesar untuknya.

"Assalamualaikum,,"

"Waalaikum salam,, kok tumben baru pulang Nak?" jawab Emak sambil menutup Al Quran ditangannya.

Farhan meraih tangan Emak, diciumnya takzim, sambil kakinya bersimpuh di hadapan Emak.

"Mak, ada kabar buruk, proyek di tempat Farhan kerja sedang ada masalah, semua tenaga kerjanya diliburkan sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan. Farhan nganggur Mak sekarang." ucap Farhan lirih.

"Berarti rejeki kamu kerja disitu sudah habis. Masih ada ditempat lain. Jangan putus asa Nak. Allah maha pemberi rejeki, dari arah yang tak disangka - sangka."

"Mandi dulu gih sana! Terus sholat! Emak mau ke musholla, udah mau magrib ini," usir Emak.

Bersyukur Farhan memiliki emak yang hatinya seluas samudra. Tidak pernah menuntut Farhan harus memberinya banyak uang, selalu menerima berapapun pemberian Farhan. Melihat respon emak membuat hati Farhan bersemangat kembali, ia yakin besok pasti ada jalan.

***

"Tumben Nak Farhan masih dirumah? Belum berangkat?" sapa bu Tejo ketika melihat Farhan sedang melap motornya. Meskipun butut, motor Farhan selalu bersih terawat. Semakin terlihat antik.

"Hehehe iya Bu." Disenyumi ajalah. Tak etis jika harus bercerita.

Dering panggilan diponselnya membuat Farhan beranjak dari halaman rumahnya. Melihat nama "Mas Arif" dilayar membuatnya segera menekan tombol gagang telepon warna hijau.

"Far gimana, sudah dapat kerjaan apa belum?"

"Belum Mas, ini td rencana mau ke pasar, cari toko yang butuh kuli panggul sesuai kayak yang Mas bilang kemarin."

"Waah kebetulan sekali Far, ini aku sudah ada di toko sembako milik Bu Entis, masih butuh tenaga satu orang lagi. Kalo mau buruan kesini, mumpung masih pagi" seru Arif.

"Baik Mas, saya berangkat sekarang"

'Alhamdulillaahh' batin Farhan berucap.

Bersambung🌷🌷🌷

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status