Bruukkk
Sembako yang diangkat Farhan sudah mendarat sempurna di atas mobil pelanggan.
"Ini Mas." Seorang pelanggan menyelipkan uang pecahan dua puluhan ke dalam genggaman Farhan.
"Makssih Bu." Ucap Farhan sambil menundukkan kepala sopan. Berlalu kembali kedalam toko.
Bekerja di pasar membuat Farhan kewalahan, mungkin karena belum terbiasa. Juragan Entis -nama panggilan bosnya- melihat kinerja Farhan cukup menakjubkan. Kentara kalau Farhan seorang yang cekatan dan pekerja keras. Terbukti dengan para pelanggan yang senang minta tolong Farhan untuk membantu membawakan belanjaannya ke dalam mobil. Tak jarang dari mereka yang memberikan uang fee untuk Farhan, hal biasa bagi mereka yang sudah dimintai tolong.
"Ayo istirahat Far, capek dari tadi banyak yang belanja," ajak Arif.
"Iya Mas. Apa boleh istirahatnya barengan?" Tanya Farhan sambil mengekor dibelakang Arif.
"Boleh. Kamu bawa bekal? Besok lagi nggak usah bawa, disini dapat jatah makan siang." beber Arif sambil mengambil bungkusan jatah makan siangnya.
Mendapat juragan dan teman yang baik merupakan rejeki. Membuat Farhan betah dan nyaman menjadi kuli. Meskipun hanya kuli, Farhan bersyukur. Bukan tidak ingin kerja di pabrik yang gajinya besar, Farhan hanya mengikuti kemana alur kehidupan membawanya. Jika suatu saat ada lowongan atau pekerjaan yang lebih baik, Farhan pasti mau. Bagi Farhan, dimanapun tempat bekerjanya, yang penting halal dan berkah.
Hari pertama ia lalui dengan perasaan was - was. Adaptasi dengan juragan dan tempat kerjanya membuat Farhan selalu berhati - hati dalam mengerjakan setiap perintah. Badannya pegal semua. Tapi Farhan tidak mengeluh. Senyum Emak terlintas diingatannya kala peluh membanjiri dahi. Pekerjaan baru sudah didapat, gelang emas untuk emak akan segera terbeli. Farhan tersenyum.
***
"Mari Mas bantu angkat belanjaan saya ke mobil di seberang sana," perintah Bu Sari.
Bu Sari adalah pelanggan tetap di toko milik Juragan Entis. Hari itu Bu Sari datang bersama seorang gadis berkerudung abu - abu, kelihatan anggun menurut Farhan. Wajahnya kalem. Cantik. Namun Farhan hanya bisa memandang, merasai diri yang hanya seorang kuli.
"Baik Bu." Jawab Farhan sambil mengangkat karung beras. Membawanya ke mobil di seberang jalan.
"Sudah semua Mas?"
"Sudah Bu."
"Makasih ya Mas." Ucap Bu Sari sambil menyelipkan sesuatu ke dalam genggaman Farhan. Farhan mengangguk sopan.
Lima bulan menjadi kuli panggul dan mendapat banyak fee dari pelanggan membuat tabungan Farhan cepat terisi penuh. Sepulang dari pasar, Farhan iseng membuka celengannya. Menghitung jumlahnya. Alangkah terkejutnya melihat jumlah lembaran ditangannya mencapai dua juta lebih. Jumlah yang besar baginya. Mengumpulkannya pun penuh perjuangan.
Gegas Farhan keluar rumah, memacu kuda besinya menuju toko emas. Tak sabar rasanya ingin segera memberikan Emak gelang emas dari hasil jerih payahnya. Pasti Emak bahagia, pikirnya.
"Ada yang bisa dibantu Mas?" Seseembak menghampiri Farhan.
"Iya Mbak, mau cari gelang. Uang saya ada segini, tolong carikan yang sesuai dengan uang saya." Ucap Farhan sambil menunjukkan uang ditangannya.
"Iya, kalau uang segini dapatnya emas kadar 375!" Ucap Mbak pelayan ketus sambil menunjukkan berbagai model gelang.
Farhan yang datang dengan perasaan senang jadi melongo melihat respon pelayannya. Farhan lalu melihat dirinya dari atas ke bawah, rupanya ia tidak sadar dengan pakaian yang dikenakan. Kaosnya banyak lubang kecil - kecil, semacam bekas dimakan rayap, celananya menggunakan celana basket usang yang sudah banyak jahitan tangan dikanan dan kirinya. Pantas saja seseembak pelayan agak ketus. Farhan tersenyum lirih. Menyadari kebodohannya.
Ya sudahlah, terlanjur basah, nyebur aja sekalian, batin Farhan. Yowes pede aja. Biar dikata baju jelek, yang penting ke toko bawa pulang gelang emas. Bener ga Mak?
Selesai deal dengan model, lalu pembuatan nota dan dilanjut dengan transaksi pembayaran, Farhan menerima gelang emas baru miliiknya. Bangga sekaligus terharu. Emaakk kubelikan gelang untukmuuu! Batin Farhan berteriak.
Senyum sumringah tak lepas dari wajah polos Farhan. Bayangan wajah bahagia Emak menerima gelang darinya menari - nari dikepala. Membuatnya tak konsentrasi, motornya hampir saja menabrak seseembak pejalan kaki.
Ciiiitttt..
Bunyi rem motor Farhan, berhenti mendadak. Menghindari tabrakan. Beruntung jalan raya dalam keadaan sepi. Tubuh seseembak tadi oleng, hampir terjatuh namun gagal karena berhasil meraih tiang lampu disebelahnya.
"Mbak nggak apa - apa? Maafkan saya Mbak, saya nggak fokus!" Ucap Farhan sambil menelungkupkan tangan.
"Ga apa - apa Mas, lain kali hati - hati biar ga membahayakan orang lain". Ucap mbaknya sambil berlalu. Mungkin masih marah pikir Farhan. Farhan mengamati tubuh mbaknya tadi, kayak pernah ketemu tapi lupa dimana.
Sesampainya dirumah Farhan segera membersihkan diri. Memakai pakaian terbaiknya lalu menghadap sang Pencipta, menyampaikan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang sudah Tuhan beri.
"Kamu dari mana Le? Nggak pamit tadi sama Emak?" tanya Emak.
"Eh Emak..duduk sini dulu Mak. Ada yang mau Farhan tunjukkan." Jawab Farhan sambil menarik tangan Emak untuk duduk di tempat tidur miliknya. Rumah Farhan kecil, tidak memiliki musholla, kalau tidak sholat di mushalla kampung ya harus shalat dikamar.
"Mau tunjukin apa? Makan dulu sana! Pulang kerja kok malah kluyuran, mestinya itu mandi terus makan, baru boleh main!" Gerutu Emak.
"Sesekali kan nggak apa - apa Mak? Yang penting kan nggak setiap hari. Sini Mak tanggannya, Farhan mau pakaikan sesuatu!" ucap Farhan sambil menarik tangan Emak. Membuka resleting dompetnya lalu mengambil gelang emas didalamnya. Dipakaikannya ke pergelangan tangan Emak. Cantik.
Emak tak kuasa menahan buliran bening dari matanya. Diciumnya pucuk kepala Farhan sambil tak henti - hentinya ia ucapkan terima kasih. Terima kasih karena sudah berbuat baik kepadanya. Sudah jadi anak yang patuh dan taat. Semoga kelak mendapatkan yang terbaik. Tak henti - hentinya bibir Emak mendoakan putra semata wayangnya.
Bulir bening juga terjatuh dari manik cokelat Farhan. Terharu atas respon yang diberikan Emak. Padahal hanya sebuah gelang. Farhan janji Mak, akan terus membahagiakan Emak semampu Farhan sampai akhir hayat Emak, batin Farhan.
Bersambung 🌷🌷🌷
"Tambah cantik aja Mak," ledek Mbak Narti, tetangga depan rumah. "Bisa aja kamu Ti." "Baru ya gelangnya? Waahh diem - diem Emak banyak uang ya, bisa beli gelang bagus gitu," puji Narti sambil menarik tangan Emak, melihat dengan teliti gelang dipergelangan tangan Emak. Urung melanjutkan kerjaannya, menyapu halaman. "Walah ini dibelikan sama si Farhan, tabungannya selama kerja di proyek sama nguli dipasar. Diam - diam aku dibelikan ini. Ya tak terima aja, biar seneng atinya," terang Emak. "Ya nggak apa - apa to Mak, buat apa juga uangnya kalo bukan buat Emak. Mumpung belum punya istri, uangnya buat Emaknya. Kalo sudah menikah ya beda lagi." "Iya juga sih. Eh kamu mau kemana pagi - pagi gini?" "Beli telur Mak, buat sarapan anak - anak di rumah." "Yowes ati -ati," jawab Emak sambil melanjutkan pekerjaannya. Dibalik jendela Farhan tersenyum melihat mereka berdua. Sepeninggal Bapak, hidupnya pas - pasan. Boro - boro buat beli gelang, buat makan aja susah. Kini roda sedang berputar, d
Tok..tok..tok... "Assalamualaikum.." sapa sesorang di luar rumah. "Waalaikumsalam.." jawab Emak seraya membuka pintu. "Maaf cari siapa ya Mbak?" tanya mak. Membukakan pintu lebar - lebar lalu mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu. "Maaf Bu mengganggu waktunya, Saya Airin. Saya hanya ingin menyampaikan pesan almarhum Bapak saya untuk menyerahkan uang ini. Sebelum meninggal Bapak berpesan bahwa dulu punya hutang ke suami ibu. Uang ini sudah disiapkan jauh hari, namun Bapak keburu sakit jadi belum sempat menyerahkannya. Saya hanya dibekali alamat ini." Terang Airin sambil menyerahkan amplop cokelat berisi uang tersebut. Ragu - ragu tangan Emak menerima amplop itu. Sekelebat ingatan muncul dikepalanya. Pernah suatu hari ia dan suaminya bertengkar hebat. Membahas soal tabungan yang sudah dikumpulkannya tiba - tiba hilang, namun ternyata uang itu dipinjamkan ke seorang teman oleh sang suami tanpa seizinnya. Mungkin inilah ora
Gelang Emas Untuk Emak part 7"Selamat pagi sayang ... yuk bangun, mandi dulu trus sholat subuh bareng," ucap seorang wanita di sebelah Farhan. Mengelus pipi Farhan lembut penuh kasih sayang.Perlahan matanya terbuka, bibirnya tersenyum melihat seseorang di sebelahnya. Dipandanginya dengan tatapan penuh cinta wajah wanita itu. Setelah puas membingkai wajah itu, ia bergegas bangun, duduk sejajar dengannya. Kemudian ia usap lembut jemari lentik itu sebelum ia berlalu menuju kamar mandi. Sang wanita tetap duduk di sisi ranjang, menunggu Farhan selesai melakukan aktifitasnya.Pintu kamar mandi hampir terbuka kala sang wanita selesai mengenakan mukenanya. Tersenyum menyambut Farhan dengan kopyah dan sarung ditangannya. Diulurkannya sarung tersebut tanpa menyentuh tangan Farhan, sudah memiliki wudhu. Sambil berdiri dipandanginya wajah Farhan, ia tersenyum bahagia.Farhan berdiri di depan, diikuti dengan sang wanita disisi kanannya, sedikit agak kebe
Gelang Emas Untuk Emak part 8Farhan mengendarai motornya pelan, berhenti di toko dekat rumahnya. Membeli beberapa kebutuhan pribadinya. Sambil menunggu si penjual mengambilkan pesanannya, matanya melihat sekeliling. Tampak dua ibu - ibu sedang berbincang di teras rumah. Duduk berjajar, asyik bicara berdua.Kantong plastik belanjaannya sudah ada di tangan. Berhenti didekat motornya untuk menghitung jumlah kembalian. Kebiasaan bagi Farhan untuk menghitung uang kembalian di tempat, berjaga - jaga jika si penjual salah hitung."Katanya tadi ga ada uang buat bayar cicilan, tuh sekarang pegang uang," sungut Bu Siti, tetangga Farhan."Hehehe iya tadinya emang ga punya uang, aku cari pinjaman ke Mak Jum, malah dikasih ini." paparnya seraya menunjukkan uang digenggamannya."Lumayan dong, ga jadi hutang,hihi," sahutnya lagi."Ah dasar kamunya aja
"Ga bawa motor Mas?""Enggak Far, lagi eror, tadi pagi sebelum berangkat tak bawa ke bengkel sekalian,""Yawes bareng aku aja, dari pada nyari ojek," tawar Farhan kepada Arif."Oke,"Farhan mengambil motornya di parkiran. Segera Farhan menyalakan mesin dan mempersilahkan Arif untuk naik. Sejak bekerja di Bu Entis Farhan dan Arif semakin dekat, sudah seperti saudara. Bahkan mereka saling mengenal keluarga masing - masing."Bengkelnya sebelah mana Mas?""Itu yang di Jalan Brawijaya, bengkel motor paling besar sendiri. Aku udah langganan disitu. Pelayanannya bagus, agak mahal sih tapi sesuai dengan hasilnya, motormu kalau rusak bawa kesitu aja,""Walah Mas, motor butut gini masak iya dibawa ke bengkel besar, yang dideket rumah aja. Lagian jarang masuk bengkel. Lebih suka tak benerin sendiri, hemat biaya Mas,""Ya nggak apa - apa, sekali sekali boleh lah motornya dimanjakan," gurau Arif."Manjainnya nanti aja Mas kalau uda p
Gelang Emas Untuk Emak part 10"Sebelum meninggal Mas Arif berpesan pada Farhan," ucapnya lagi,Tanpa melanjutkan ucapannya, Farhan meraih tubuh sang Emak, memeluknya erat. Diusapnya punggung Farhan memberi kekuatan. Tanpa suara, tanpa balasan, Emak tetap menunggu Farhan melanjutkan ceritanya.Selang beberapa menit barulah Farhan tenang. Dilepasnya tangan Emak, duduk tegak bersandar, lantas menghirup udara dalam - dalam."Sebelum meninggal, Mas Arif berpesan agar Farhan menjaga istrinya. Bukan sekedar menjaga sebagai saudara, Mas Arif meminta Farhan untuk menjaga Mbak Ayu sebagai kekasih halal. Waktu itu Farhan hanya bisa mengiyakan Mak, agar Mas Arif tenang," "Barulah setelah proses pemakaman selesai Farhan sadar bahwa permintaan Mas Arif tadi terlalu berat untuk Farhan," lanjutnya.Diusapnya wajah dengan kasar, semacam sedang frustasi. Lantas menoleh kepada Emak yang ternyata sedang tersenyum manis."Emak kok malah seny
Gelang Emas Untuk Emak part 11 "Astagfirullah ... " teriak Ayu. "Kamu itu kalau bawa hati - hati, yang kenceng makanya!Disenggol anak kecil aja udah tumpah! Bisa kerja nggak sih?!" teriak seseibu. Anak kecil itu menoleh sekilas, lalu berlarian kembali. "Maaf Bu," ucap Ayu memelas, lalu menunduk membersihkan tumpahan makanan di lantai. Membersihkan makanan yang tumpah itu sampai bersih, lalu mengambil kain pel. Mengeringkannya dengan kain kering lainnya agar yang melewatinya tidak terpeleset. Wajah Ayu nampak kuyu. Kelihatan sekali raut kesedihan dan juga rasa lelah bercampur jadi satu. Hari ini tepat tujuh hari meninggalnya Arif. Setelah hari itu Farhan tak pernah absen mengikuti pengajian di rumah Arif. Selain untuk mendoakan Arif, Farhan juga banyak mengamati bagaimana sikap keluarga Arif terhadap Ayu. Sengaja Farhan datang lebih awal dan pulang paling akhir untuk membantu menyiapkan keperluan. Baik itu makanan ataupun yang lainnya. Beberapa kali terbukti didepan matanya, selalu
Gelang Emas Untuk Emak part 12Terdengar suara pintu diketuk, setelah menjawab salam, Farhan dan Emak mempersilahkan Ayu masuk. Tampak wajah Ayu sembab, habis menangis."Kamu kenapa Nak? " tanya Emak."Saya diusir Bu. Ibu Mas Arif tidak mau saya menempati rumah itu lagi. Saya ga tau harus kemana lagi," jawab Ayu terisak."Saya juga tidak bisa menerima kamu disini, bagaimanapun Farhan belum muhrim dengan kamu. Kamu juga masih dalam masa iddah,""Kalau begitu antar saya cari kontrakan Bu, sekitar sini pasti ada kan?" pinta Ayu memelas."Kos ada, kalau kontrakan kayaknya belum ada. Oh iya Le tolong bikinin minum untuk Ayu ya?""Iya Mak." Jawab Farhan seraya berdiri dari tempatnya duduk."Sebenarnya ada apa dengan keluarga Arif Nduk? Kenapa perlakuan mereka begitu sama kamu?" ta