Share

Bab 5 Wanita Murahan

Amera keluar dari kamar Andre dengan lelehan air mata, ia tidak menyangka kalau pemuda yang selama ini begitu menjaga jarak dengannya dan selalu bersikap sopan ternyata adalah seorang b*j*ng*n.

Ketika Amera melewati ruangan tamu dan bertemu kembali dengan Mama Rossa, sebisa mungkin ia menutupi perasaan kecewanya.

"Mau ke mana kamu, Amera? Apakah pesta kalian sudah selesai?"

Lagi dan lagi, wanita itu mengeluarkan kalimat yang menusuk ke hati Amera. Setelah mengusap sisa jejak air mata, Amera tidak tahan lagi. Ia berbalik badan dan menatap mantan mertuanya itu dengan tajam.

"Ternyata, wanita murahan yang selalu Mama ucapkan sudah naik ke atas ranjang Andre?" Amera berusaha terlihat kuat dan ingin memberikan sedikit pelajaran kepada Mama Rossa. Namun, apa yang Amera harapkan? Wanita itu malahan berdiri dan bertepuk tangan, kemudian mendekatinya.

"Wah! Wah! Sepertinya kamu melewatkan bagian yang seru, ya?" ejek Mama Rossa dengan senyum lebar.

Ingin sekali Amera melayangkan tinjunya tepat ke bibir Mama Rossa agar mulut tak berakhlak itu tidak pernah terbuka lagi.

"Oh ... aku melewatkan adengan yang seru? Berarti, Mama sudah melihatnya? Tapi, keadaan Mama baik-baik saja? Aku kira Mama akan ikut ke dalam adegan itu!" balas Amera dan berhasil membuat Mama Rossa murka.

"Kamu!" Wajah Mama Rossa memerah padam, ia mengepalkan tangannya dan hendak menyerang Amera. Namun sayang, Amera sudah melihat pergerakannya dan segera menghindar.

Mama Rossa kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke atas lantai, tidak berapa lama kemudian Andre datang. Hal ini membuat Mama Rossa mendramatisasi apa yang tengah terjadi.

"Aduh! Kamu begitu kejam, Amera!" kata Mama Rossa seraya mengeluh kesakitan.

Andre yang melihat Mamanya tengah terjatuh segera membantu wanita itu untuk bangun kembali, tatapan mata Andre tertuju kepada Amera. Namun, Andre sudah salah mengira.

"Apa yang kamu lakukan kepada Mama, Mbak? Jika kamu marah padaku? Aku bisa terima, tapi ... jangan buat Mama seperti ini," jelas Andre.

Rasa sakit hati yang Amera rasakan belum sirna begitu saja, sekarang Andre telah menyiramnya dengan bensin membuat luka tersebut kembali berndenyut nyeri.

Amera menatap jijik ke arah Andre, "Mbak tidak marah padamu, Dek. Apa yang sudah kamu lakukan? Itu menjadi hak dan urusanmu! Jangan pernah, libatkan Mbak ke dalamnya!"

Setelah mengatakan hal tersebut Amera segera pergi, ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Amera tidak ingin terlihat lemah, ia akan membalas semua rasa sakit ini suatu hari nanti.

"Mbak Amera! Mbak!" Berkali-kali Andre memanggil nama Amera yang sudah menjauh hingga masuk ke mobil.

Andre masih berusaha mengejar Amera dan mengetuk pintu mobil yang sudah bergerak itu sampai terjatuh. Seakan apa yang ia lakukan sia-sia, Amera tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun darinya.

Kini, apa yang bisa Andre lakukan? Seraya menatap mobil Amera yang sudah menjauh, ia teringat kepada kejadian malam tadi. Di mana Mamanya meminta sebuah syarat untuk dilakukan agar bisa mendapatkan restu.

"Mama!" geram Andre dan segera kembali masuk dan mencari keberadaan wanita yang telah melahirkannya itu.

Tanpa banyak berbicara lagi, setelah melihat Mama Rossa yang ternyata berada di dalam kamarnya. Andre segera memberikan pertanyaan beruntun.

"Mama! Apa yang sebenarnya terjadi? Mama bilang akan memberikan restu untukku menikah? Tapi, apa yang terjadi saat ini! Hah? Jawab, Ma!"

Emosi Andre tidak tertahankan lagi, ia masih bisa mengingat sepenggal kejadian semalam dan Andre yakin sekali telah ditipu oleh mamanya sendiri.

"Hesti sayang, Mama janji akan membantumu. Mama ada di sini," kata Mama Rossa kepada wanita yang masih berada di atas rajang Andre dan mengabaikan semua pertanyaan putranya.

Andre semakin frustasi dengan apa yang terjadi, tubuhnya terasa lemah dan kehilangan pondasinya. Andre terduduk di atas lantai seraya menatap Mama Rossa dan Hesti.

Kenapa ada Hesti di sini? Kenapa Hesti berada di atas ranjangnya? Kenapa semuanya seperti ini? Kenapa dan kenapa, hal itu terus Andre tanyaka kepada dirinya.

"Maaf, Ma. Hesti hanya wanita murahan," kata Hesti dengan isak tangis. Mama Rossa mencoba menenangkan Hesti yang harus menjadi korban dari sebuah keegoisan.

Mama Rossa memeluk Hesti dan mengatakan bahwa Andre akan bertanggungjawab atas apa yang sudah terjadi. Sontak saja Andre marah dan menolak hal itu.

"Andre tidak akan pernah menikahi, Hesti, Ma! Satu-satunya wanita yang Andre inginkan, hanyalah Mbak Amera!"

Tangis Hesti semakin pecah dan membuat Andre terdiam seketika, sedangkan Mama Rossa menatap tajam kearahnya.

"Ya Pak Andre, saya tahu bahwa Anda begitu mencintai Ibu Amera. Sedangkan saya hanyalah wanita murahan yang telah Anda nodai," kata Hesti meratapi keadaan yang terjadi.

Semuanya terdiam setelah Hesti mengatakan hal itu, Andre berulang-ulang kali membuang nafas panjang. Memikirkan apa yang harus ia lakukan, kemudian Andre memilih untuk menarik Mama Rossa meninggalkan Hesti yang terus saja menangis.

Andre membawa Mama Rossa yang hanya menurut ke dalam ruangan kerja miliknya dan meminta penjelasan dari wanita itu tentang apa yang sudah terjadi.

"Ma, Andre mohon. Apa yang sudah Mama lakukan saat ini, sungguh kelewatan. Bagaimana dengan nasib Hesti, nantinya? Mama tahu, bukan? Kalau dia anak yatim," desah Andre dengan berat. Ia tidak tega dengan Hesti yang harus ditarik ke dalam keadaan seperti ini, tapi di sisi lain. Andre tidak mau di b*d*hi oleh Mamanya.

Andre yakin sekali, semua ini adalah rencana busuk yang telah Mama Rossa buat-buat. Andre tidak mungkin menodai Hesti, ia masih ingat bahwa Mamanya hanya mengajak makan malam bersama dan menghabiskan waktu berdua. Hal yang selalu Andre lakukan setelah kepergian Papanya, sebagai pengisi hati Mama Rossa yang begitu terpukul akan kehilangan sosok lelaki itu.

"Ndre, Mama sudah bilang, 'kan? Kalau ... akan memberi restu untukmu menikah?"

Andre berusaha mencerna apa yang baru saja Mamanya ucapkan, kemudian ia menepuk jidatnya. Apa yang Mama Rossa katakan kurang signifikat.

"Andre sudah bosen dan lelah dengan segala sikap kekanakan yang Mama lakukan," kata Andre dan memilih berlalu. Semakin lama berbicara dengan Mamanya yang ada hanya emosi dan darah tinggi.

Namun, tangan Andre dicekal oleh Mama Rossa yang kini menatap kearahnya dengan sorot mata sayu, membuat Andre benar-benar merasa muak.

"Ada apalagi?" tanya Andre dengan malas.

"Ndre, Mama mohon. Menikahlah dengan Hesti, sama seperti permintaanmu ingin menikah dengan Amera. Mama tidak akan berhenti, sampai kamu bersedia memenuhi permintaan Mama."

Andre melepaskan cengkraman tangan Mama Rossa dan melangkah dengan cepat, ia tidak mungkin melakukan apa yang Mamanya pinta.

Cinta dan kasih sayang Andre hanya untuk Amera dan Kejora, ia tidak ingin memberikannya kepada orang lain.

"Aku harus menemui Mbak Amera," batin Andre.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status