Share

Bab 6 Diam-diam suka

Penulis: Biyung_Desa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 18:31:09

Bab 6

Benni masuk ke dalam rumahnya, dia ingin memastikan jika gadis yang dia sembunyikan itu, akan jadi incaran bapaknya atau tidak. Jika tidak, dia akan melepaskan gadis itu pergi dari markasnya.

Saat dia masuk, ada tiga orang anak buah bapaknya yang berdiri dengan kepala tertunduk di hadapan Pak Broto yang duduk bersilang kaki, sesekali pria itu menghisap dalam-dalam rokok yang diapit oleh kedua jari tangan kanannya.

"Jadi, Jenny belum bisa bayar semua hutang pacarnya yang kabur itu?" tanya Pak Broto.

"Iya, Bos," jawab Kemi.

Benni memasang telinga dan pura-pura mencari sesuatu di lemari kayu yang berada tak jauh dari sofa ruang tamu.

"Ini Bos," Komar menyerahkan selembar kertas berukuran 15x15 pada Pak Broto.

Pak Broto menerimanya lalu menyipitkan mata saat melihat ke arah kertas poto yang bergambar seorang gadis berambut panjang dan masih berseragam sekolah.

"Apa maksudnya ini, kalian mau aku mengadopsi anak ini?" tanya Pak Broto dengan raut wajah kebingungan.

"Bu-bukan Bos, dia itu anaknya si Jenny. Namanya Karmila," jawab Kemi.

"Terus mau diapakan anak kecil ini?" tanya Pak Broto lalu kembali menghisap rokok dan menghembuskan dengan kasar.

"Jenny mau menjadikan dia sebagai jaminan pelunas hutang-hutangnya," ujar Komar membantu temannya menjawab.

"Hah, pelunas hutang? Dengan mengadopsi dia, bukannya untung malah rugi dong aku. Keluar biaya!" gerutu Pak Broto.

"Bukan bos, Jenny mau anaknya dijadikan istri Bos," Aseng yang dari tadi diam akhirnya bersuara.

"Hahaha, kalian pikir aku p3dofil?! Gila kalian menyuruhku menikahi anak kecil!" Bentak Pak Broto di sela tawanya.

Kemi, Komar dan Aseng saling berpandangan, mereka bingung harus bagaimana untuk menjelaskan pada bos mereka itu.

"Dia berumur 18 tahun, Bos. Dia baru lulus SMA. Itu foto lama dia, sekarang dia sudah terlihat semakin cantik," Aseng mencoba menjelaskan.

"Benarkah? oh ... 18 tahun bukan usia yang kecil lagi. Ya, bisa di bilang daun muda. Kalau begitu, coba kalian bawa gadis itu kemari."

Mereka bertiga saling berpandangan kembali. Pak Broto tersenyum miring menatap ke arah poto yang baru saja diterimanya itu.

"Maaf, Bos. Masalahnya, dia kabur saat mendengar dirinya akan dijadikan jaminan hutang. Kami sudah mengejarnya, tapi ... kami kehilangan jejaknya. Larinya sangat cepat!" Komar menerangkan dengan nada bergetar.

"Oh, jadi dia pemberontak dan pemberani. Aku suka dengan wanita seperti itu. Kalian cari dia sampai dapat untukku!!"

"Ba-baik, Bos!" jawab Kemi, Komar dan Aseng serentak.

Benni merasa kesal setelah mendengar pembicaraan bapaknya dengan kedua anak buahnya. Bisa-bisanya, bapaknya ingin menikah lagi. Tidak cukupkah dengan memiliki dua istri lagi hingga membuat hati ibunya Benni, sebagai istri pertama terluka.

"Aku harus benar-benar menyembunyikan si Mila. Kalau perlu, aku harus bawa Mila pergi jauh dari kampung ini." Benni bertekad dalam hati.

**

Seminggu sudah Karmila berada di markas para preman kampung. Semua memperlakukan Mila dengan baik.

Hingga Mila merasa begitu nyaman berada di sana.

Mila merasa heran dengan para preman itu, saat datang pulang dari bekerja, wajah mereka seram sekali. Tapi langsung berubah biasa saja saat berhadapan dengan Mila. Mereka semua bersikap baik pada Mila karena takut. Bukan tanpa sebab, Mila adalah gadis incaran Pak Broto. Rentenir kaya sekaligus bapak dari bos mereka. Mereka tahu resiko terbesar jika berani macam-macam pada gadis incaran Pak Broto.

"Mil, buat es teh yang banyak Mil. Sumpah, haus banget ini setelah seharian teriak-teriak malak di pasar!" ujar Jojo pada Mila yang sedang mengeluarkan es batu dari kulkas.

"Oke, Bang!" jawab Mila.

Satu teko besar es teh selesai dibuat, Dirga datang ke dapur untuk mengambil.

"Sudah jadi es tehnya?" tanya Dirga, Mila yang sedang menyusun lauk di piring menoleh.

"Sudah, Kak. Tolong bantu bawa keluar ya. Aku mau nyiapin makan siang dulu."

Dirga mendekati Mila yang begitu serius menyusun ikan lele di piring. Dia berdiri tepat disamping Mila, Dirga tersenyum melihat Mila, dia tak menyangka di balik sifat pembangkangnya, Mila seorang gadis yang sangat rajin. Meski terkadang masakan yang dia masak tidak di terima dengan baik oleh lidah.

Dirga mengambil tisu, lalu mengusap dahi Mila yang basah karena keringat. Dengan spontan Mila menoleh dan sedikit menjauhkan kepalanya karena terkejut.

"Eh, Kak," ucap Mila dengan senyuman canggung.

"Kamu semangat banget kalau masak, sampai berkeringat begini," Dirga kembali mengusap kening Mila menggunakan tisu.

"Kak, gak enak kalau di lihat sama yang lain."

"Biarin," ujar Dirga mencubit hidung Mila, hingga membuat gadis itu tersenyum dan merasakan hatinya berdesir bak ada bunga-bunga yang tumbuh bermekaran di hatinya.

"Ehem!"

Mila dan Dirga seketika menoleh karena dikagetkan suara orang berdehem. Benni berdiri di ambang pintu dapur memperhatikan mereka berdua.

"Sedang apa kalian?" tanya Benni berdiri sambil melipat kedua tangannya. Pandangannya begitu tajam.

"Ini, aku lagi bantuin Mila untuk menyiapkan makan siang," jawab Dirga santai.

"Oh, kita makan di halaman belakang saja. Sekalian ada yang mau kuobrolin," ujar Benni dengan wajah serius.

"Ya, siap ... tolong kamu panggil yang lain juga buat bantuin bawa piring dan gelas ke belakang," Dirga meminta tolong pada Benni.

"Aku ini bosmu, tapi kamu malah balik nyuruh aku!" gerutu Benni berlalu dari dapur.

Dirga hanya tersenyum mendengar ocehan Benni. Dia kembali membantu Mila. Mila menatap Dirga sambil senyum-senyum sendiri. Bahkan dia sampai tidak sadar jika Jojo dan Koko sudah datang, dan berdiri di belakang mereka.

"Kenapa tuh bocil, kok senyum-senyum sendiri begitu?" bisik Jojo pada Koko.

"Dia tersirep ketampanan Dirga kayaknya," jawab Jojo sambil menggelengkan kepala.

"Ck, nasib kita apes bener ya, Jo. Perasaan kalau kita ketemu cewek, rata-rata mereka kalau gak naksir Dirga ya naksirnya si bos," ucap Koko.

"Kalian lagi ngomongi apa?" tanya Dirga yang menyadari kedatangan Koko dan Jojo. Hingga membuat Mila tersadar dan pura-pura sibuk menata sendok.

"Gak ada, cuma dapur ini berasa ada aroma wangi cinta yang tumbuh," jawab Jojo melirik ke arah Mila yang berdiri tersenyum kecil sambil mengedipkan kedua matanya sok imut.

Dirga menoleh ke arah Mila,"buruan, Mil. Semua sudah menunggu!" titah Dirga tidak ingin membuat kedua temannya membuat spekulasi lebih jauh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 81

    Intan yang semula ingin masuk kios, memilih diam dan menguping di sisi pintu. Dia bisa mengerti dan memahami isi percakapan Mila dan Mbok Denok yang terdengar dari ponsel Mila. Baru setelah Mila selesai mengobrol, Intan memunculkan diri. "Kak," sapa Intan mendekati Mila. "Ya Sayang," jawab Mila tersenyum pada Intan. "Kak mila sudah makan siang?" tanya Intan. "Sudah tadi, sebelum Mbak Retno pergi. Adik Kak Mila ini sudah makan?" "Sudah. Kak, boleh gak Intan minta sesuatu sama Kak Mila?" tanya Intan. "Boleh, mau minta apa? Kalau Kak Mila bisa turutin pasti langsung diturutin." "Intan mau tinggal sama Kak Mila selamanya, boleh?" Bibir Mila terkunci, matanya menatap lekat wajah Intan. Dia curiga, jika Intan pasti sudah mendengar pembicaraannya dengan Mbok Denok. "Pasti, Kak Mila tidak pernah keberatan jika Intan tinggal sama Kakak. Karena kan, Kak Mila gak punya keluarga. Jadi, pas ada Intan jadi berasa punya keluarga. Intan itu satu-satunya adik yang Kak Mila punya. Kena

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 80

    Sesuai janjinya, Bu Fitri benar-benar membantu Mila mengadakan syukuran di rumah barunya. Bahkan Bu Fitri juga lah yang merekomendasikan catering untuk konsumsi para tamu. Mila cukup senang karena para tetangganya ramah-ramah. Pak Rt juga membantu Mila mendaftarkan Intan di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Rt dan istrinya tak mau menerima imbalan dari Mila, sehingga Mila memutuskan membeli sesuatu saja untuk mereka. Mila memutuskan pergi ke pasar dengan memesan ojek online. Selain tak ada motor juga Mila tak tahu lokasi pasar terdekat. Sesampainya di pasar, Mila langsung menuju ke kios buah. Membeli apel merah, jeruk, pir dan buah naga. Lalu melanjutkan membeli bahan makanan dan bumbu dapur. Setelah selesai, Mila langsung mencari becak motor untuk mengantarnya pulang. Baru saja Mila sampai rumah dan baru turun dari becak. Intan juga baru sampai pulang dari sekolah. "Adik kak Mila sudah pulang," ucap Mila menyambut kedatangan Intan.Inta tersenyum mendekati Mila l

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 79

    Mila sudah berada di dapur sejak subuh, membantu Mbok Denok memasak di dapur. Mak Leha, sudah sibuk mencuci pakaian kotor penghuni panti dengan mesin cuci. Mbok Denok beberapa kali terdengar membuang napas berat. Mila sesekali memperhatikan wanita yang sudah sangat baik padanya itu."Mil, kamu sudah yakin dengan keputusanmu ini?" Mbok Denok pada akhirnya membuka suara. "Ya, Mbok. Mila sudah yakin ..." "Mbok merasa khawatir tapi tak bisa berbuat apa-apa," ucap Mbok Denok sedih."Gak pa pa, Mbok. Mila sudah biasa menjalani kehidupan yang keras," jawab Mila mencoba menenangkan perasaan Mbok Denok."Semoga saja semua baik-baik saja ya, Mil." "Aamiin, Mbok." "Kamu jaga diri baik-baik, jaga kandungan kamu. Simbok sudah menganggap calon anakmu ini seperti cucu Simbok sendiri," kata Simbok berpesan, Mila mengangguk. "Mil," Simbok dan Mila langsung terdiam saat Yuza tiba-tiba datang ke dapur."Ya, Kak?" jawab Mila mendekati Yuza."Aku sama Mama mau berangkat sekarang. Kamu baik-baik d

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 78

    Berat bagi Mila menjalani hari-hari yang selalu dalam pantauan Bu Sania dan juga Moza. Gadis kota itu terlihat ramah saat ada Bu Sania dan Yuza, selebihnya dia seperti manusua angku yang minta di keroyok dan dipukuli ramai-ramai. Sore itu, dia merasa begitu lelah setelah seharian berkerja. Intan membantu memijat kaki Mila meski Mila sudah melarangnya. "Tan, jangan lupa untuk siap-siap ya. Kita bisa aja disuruh pergi dari sini kapan saja. Jadi kita harus sudah siap," Kata Mila. "Iya, Kak. Barang-barang Intan kan cuma sedikit," balas Intan. "Iya, semoga mereka mencarikan rumah yang sesuai dan nyaman. Jadi kita bisa usaha cari uang meski tanpa keluar jauh dari rumah." "Maksudnya, kita jualan gitu ya kak?" tanya Intan."Ya gitu juga, boleh." Intan mengangguk seolah benar-benar mengerti apa yang mereka bicarakan. Tiga hari kemudian, Saat Mila sedang membantu Mbok Denok dan Mak Leha di dapur. Bu Sania datang menemui Mila. "Mila," panggil Bu Sania. "Ya, Bu. Bagaimana?" jawab Mila sa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 77

    "Kenapa memangnya? anda hanya ingin menerima bayi ini tapi tidak dengan saya?" tanya Mila dengan wajah yang dibuat-buat sedih."Tidak dua-duanya!" tegas Bu Sania.Mila terbelalak pura-pura terkejut mendengar perkataan Bu Sania. "Tega sekali anda, Nyonya. Aku mungkin memang tak pantas menjadi bagian dari kalian. Tapi, bayi ini ... dia ini ... " jawab Mila dengan nada yang terdengar pilu.Di luar dapur, Mak Leha dan Mbok Denok menggaruk kepala mereka karena bingung. Karena tadi Mila bilang punya suami dan sekarang lain pengakuannya."Aku tidak peduli, bawa saja anak itu pergi denganmu!" jawab Bu Sania sinis."Ya Tuhan, tak kusangka dan tak kuduga. Orang yang kelihatannya baik, dermawan suka menolong orang. Tapi tega pada pada darah dagingnya sendiri," ucap Mila."Ck, tidak perlu banyak bicara! Pergi saja ... berapa yang kamu mau agar kamu mau pergi jauh dari kehidupan kami?" tanya Bu Sania. Mila tersenyum miring, ini yang dia tunggu dari tadi. "Aku ... hanya mau Mas Yuza. Dia bisa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 76

    Yuza tergelak mendengar penuturan Mila. Dia mengira jika Mila cemburu pada Moza. "Sebenarnya, aku juga tidak suka pada Moza. Dia itu pilihan mamaku, dia putri sahabat baik Mama," ucap Yuza berharap agar Mila mengerti arti ucapannya."Maksudmu, kamu menyukai wanita lain?" tanya Mila. Yuza tersenyum lalu mengangguk."Lalu kenapa bilang padaku, kenapa tidak bilang saja pada orang tuamu," balas Mila membuat Yuza menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Ck, gimana ya?" gumam Yuza."Apanya yang gimana?" tanya Mila bingung meligat tingkah Yuza."Sku bingung aja bilang ke mereka, gak punya alasan yang tepat. Ya ... alasan yang mungkin bisa diterima, misal aku bilang sudah punya tambatan hati. Sayangnya, aku gak punya." "Oh begitu ... ya sudah. Terima nasib, mungkin memang dia jodohmu," jawab Mila santai.Yuza tersenyum, jawaban Mila tak sesuai yang dia harapkan. Padahal dia mengira, jika Mila bakal mengatakan, mau di jadikan alasan untuk menolak Moza."Kembalilah ke aula!" usir Mila. Akhirny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status