Share

bab 7. Kursus

Penulis: Biyung_Desa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-07 16:14:06

Bab 7

Diatas tikar yang terbentang di bawah pohon mangga yang rindang, terhidang nasi hangat, lele goreng lengkap dengan lalapan beserta sambal. Es teh juga sudah siap untuk mengobati dahaga.

"Milo, kamu tidak punya keinginan untuk melanjutkan kuliah?" tanya Benni disela-sela makan siang mereka.

Tangan Mila yang hendak menyuapkan nasi, seketika terhenti.

"Gak mikir sampai ke situ aku, Bang. Aku tidak pernah punya pikiran yang muluk-muluk. Bisa lulus sampai SMK saja sudah bersyukur. Iya kali mau kuliah, biaya hidup saja aku harus cari sendiri sampai ngab. Gak pernah kepikiran pokoknya."

"Jadi, sekarang kan sudah lulus. Apa rencanamu?" tanya Benni lagi.

"Rencana apa? orang aku sudah terkurung di sini. Ya pikirannya, ya cuma di sini doang. Mau punya rencana apa lagi, coba?

Misal Bang Benni mau ngelepasin aku, mungkin aku baru mikir rencana mau hidup yang kayak gimana."

"Milo, aku bukannya berniat mengurung kamu. Tapi, anak buah bapakku memang sedang mencari-cari kamu. Waktu melihat potomu, Bapakku suka. Jadi ..."

"Bang, boleh gak misal Milo ini pergi aja dari sini. Atau Bang Ben kirim aku tempat terpencil. Kalau aku tetap di sini bisa-bisa nanti aku jatuh cinta sama salah satu di antara kalian," tutur Mila dengan senyuman yang sengaja di buat semanis mungkin.

"Hm, masa takut ... bukannya sudah ya?" celetuk Jojo di balas anggukan oleh koko dan Wawan hingga membuat Dirga terbatuk-batuk.

"Pelan-pelan, Kak. Ini minum dulu!" Mila mengambilkan minuman untuk Dirga.

"Iya, pelan-pelan ...Kak," goda Jojo. Gelak tawa pun pecah saat Mila berdecak kesal.

Benni menatap tajam ke arah mereka semua hingga membuat mereka semua terdiam.

"Mil, bisa gak lain kali masak daging rendang atau opor ayam gitu. Jangan cuma telur terus tiap hari. Cuma variannya saja yang berbeda, ceplok, dadar, semur, balado tapi tetap saja telur. Pol-polnya lele goreng sama ayam goreng. Bosen, Mil!" ujar Wawan mencoba mengalihkan perhatian.

"Makan aja yang ada, Bang. Mila cuma bisa masak itu. Kalau pengen banget makan rendang ya, tinggal ke rumah makan padang, beli. Paling sebungkus cuma lima belas ribu, sudah kenyang," jawab Mila lesu.

Benni melirik ke arah Mila, lalu membuang napas kasar.

"Milo, kamu mau gak kalau ikut pelatihan gitu?" tanya Benni membuat semua orang menatap kearahnya.

"Pelatihan apa?" tanya Mila balik.

"Ya semacam kursus," jawab Benni.

"Kursus apa?" tanya Mila.

"Jahit, masak, nyetir dan banyak lagi. Kamu SMK jurusannya apa?" balas Benni.

"Hehehe, tata boga," jawab Mila terkekeh.

Semua tersedak saat mendengar jawaban dari Mila.

"Keterlaluan kamu, Mil. Berarti aslinya kamu bisa masak, dong? Masa selama seminggu ini, hampir setiap hari kita cuma dikasih makan lauk telur. Sampai tumbuh bisul di kepalaku!" protes Jojo.

"Ah, mungkin itu cuma kebetulan aja. Kalian sendiri yang bilang, masak sebisaku. Terus di kulkas juga cuma ada telur," bantah Mila.

"Ya kamu kan bisa masak yang lain dan tinggal minta kita beli bahannya. Kamu tinggal bilang, mau masak apa gitu!" sahut Koko kesal.

"Kalian gak nanya kan, aku bisa masak apa aja? Lagian, di mana-mana itu yang request mau di masakin apa, itu kan majikan. Salah kalian gak minta di masakin apa!" balas Mila tak mau kalah.

"Hei Milo, gak begitu juga adab jadi pembantu! Kamu bisa masak selain telur ya tinggal kamu bilang ke kita. Kita gak banyak protes dan gak banyak nyuruh kamu itu, karena kita ini sadar, kamu itu masih bocah! Kamu dingertiin malah nglunjak!" marah Benni.

"Salah Bang Benni sendiri, tahu aku masih bocah malah dijadikan pembantu. Bocah itu kan harusnya main-main bukan kerja," bantah Mila.

"Kampret nih bocah ya. Bisa-bisa, ini sambal kusumpal ke mulutmu!" hardik Benni dengan menunjuk ke wajah Mila.

"Sabar, Ben. Sabar, kita juga yang salah sudah memaksanya jadi pembantu," Dirga menepuk-nepuk bahu Benni.

"Waktu itu kan, kalian sendiri yang bilang. Ga masalah aku bisa masak atau tidak, karena biasanya kalian makan di rumah masing-masing. Kenapa jadi aku yang salah," gerutu Mila.

"Ya sudahlah, kita masukin saja dia ke kursus masak. Biar skill masaknya tambah!" usul Jojo.

"Ah, jangan Bang!" tolak Mila.

"Terus kamu maunya kursus apa?!" tanya kelima pria itu serentak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Biyung_Desa
up ...!!!!!!!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 81

    Intan yang semula ingin masuk kios, memilih diam dan menguping di sisi pintu. Dia bisa mengerti dan memahami isi percakapan Mila dan Mbok Denok yang terdengar dari ponsel Mila. Baru setelah Mila selesai mengobrol, Intan memunculkan diri. "Kak," sapa Intan mendekati Mila. "Ya Sayang," jawab Mila tersenyum pada Intan. "Kak mila sudah makan siang?" tanya Intan. "Sudah tadi, sebelum Mbak Retno pergi. Adik Kak Mila ini sudah makan?" "Sudah. Kak, boleh gak Intan minta sesuatu sama Kak Mila?" tanya Intan. "Boleh, mau minta apa? Kalau Kak Mila bisa turutin pasti langsung diturutin." "Intan mau tinggal sama Kak Mila selamanya, boleh?" Bibir Mila terkunci, matanya menatap lekat wajah Intan. Dia curiga, jika Intan pasti sudah mendengar pembicaraannya dengan Mbok Denok. "Pasti, Kak Mila tidak pernah keberatan jika Intan tinggal sama Kakak. Karena kan, Kak Mila gak punya keluarga. Jadi, pas ada Intan jadi berasa punya keluarga. Intan itu satu-satunya adik yang Kak Mila punya. Kena

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 80

    Sesuai janjinya, Bu Fitri benar-benar membantu Mila mengadakan syukuran di rumah barunya. Bahkan Bu Fitri juga lah yang merekomendasikan catering untuk konsumsi para tamu. Mila cukup senang karena para tetangganya ramah-ramah. Pak Rt juga membantu Mila mendaftarkan Intan di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Rt dan istrinya tak mau menerima imbalan dari Mila, sehingga Mila memutuskan membeli sesuatu saja untuk mereka. Mila memutuskan pergi ke pasar dengan memesan ojek online. Selain tak ada motor juga Mila tak tahu lokasi pasar terdekat. Sesampainya di pasar, Mila langsung menuju ke kios buah. Membeli apel merah, jeruk, pir dan buah naga. Lalu melanjutkan membeli bahan makanan dan bumbu dapur. Setelah selesai, Mila langsung mencari becak motor untuk mengantarnya pulang. Baru saja Mila sampai rumah dan baru turun dari becak. Intan juga baru sampai pulang dari sekolah. "Adik kak Mila sudah pulang," ucap Mila menyambut kedatangan Intan.Inta tersenyum mendekati Mila l

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 79

    Mila sudah berada di dapur sejak subuh, membantu Mbok Denok memasak di dapur. Mak Leha, sudah sibuk mencuci pakaian kotor penghuni panti dengan mesin cuci. Mbok Denok beberapa kali terdengar membuang napas berat. Mila sesekali memperhatikan wanita yang sudah sangat baik padanya itu."Mil, kamu sudah yakin dengan keputusanmu ini?" Mbok Denok pada akhirnya membuka suara. "Ya, Mbok. Mila sudah yakin ..." "Mbok merasa khawatir tapi tak bisa berbuat apa-apa," ucap Mbok Denok sedih."Gak pa pa, Mbok. Mila sudah biasa menjalani kehidupan yang keras," jawab Mila mencoba menenangkan perasaan Mbok Denok."Semoga saja semua baik-baik saja ya, Mil." "Aamiin, Mbok." "Kamu jaga diri baik-baik, jaga kandungan kamu. Simbok sudah menganggap calon anakmu ini seperti cucu Simbok sendiri," kata Simbok berpesan, Mila mengangguk. "Mil," Simbok dan Mila langsung terdiam saat Yuza tiba-tiba datang ke dapur."Ya, Kak?" jawab Mila mendekati Yuza."Aku sama Mama mau berangkat sekarang. Kamu baik-baik d

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 78

    Berat bagi Mila menjalani hari-hari yang selalu dalam pantauan Bu Sania dan juga Moza. Gadis kota itu terlihat ramah saat ada Bu Sania dan Yuza, selebihnya dia seperti manusua angku yang minta di keroyok dan dipukuli ramai-ramai. Sore itu, dia merasa begitu lelah setelah seharian berkerja. Intan membantu memijat kaki Mila meski Mila sudah melarangnya. "Tan, jangan lupa untuk siap-siap ya. Kita bisa aja disuruh pergi dari sini kapan saja. Jadi kita harus sudah siap," Kata Mila. "Iya, Kak. Barang-barang Intan kan cuma sedikit," balas Intan. "Iya, semoga mereka mencarikan rumah yang sesuai dan nyaman. Jadi kita bisa usaha cari uang meski tanpa keluar jauh dari rumah." "Maksudnya, kita jualan gitu ya kak?" tanya Intan."Ya gitu juga, boleh." Intan mengangguk seolah benar-benar mengerti apa yang mereka bicarakan. Tiga hari kemudian, Saat Mila sedang membantu Mbok Denok dan Mak Leha di dapur. Bu Sania datang menemui Mila. "Mila," panggil Bu Sania. "Ya, Bu. Bagaimana?" jawab Mila sa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 77

    "Kenapa memangnya? anda hanya ingin menerima bayi ini tapi tidak dengan saya?" tanya Mila dengan wajah yang dibuat-buat sedih."Tidak dua-duanya!" tegas Bu Sania.Mila terbelalak pura-pura terkejut mendengar perkataan Bu Sania. "Tega sekali anda, Nyonya. Aku mungkin memang tak pantas menjadi bagian dari kalian. Tapi, bayi ini ... dia ini ... " jawab Mila dengan nada yang terdengar pilu.Di luar dapur, Mak Leha dan Mbok Denok menggaruk kepala mereka karena bingung. Karena tadi Mila bilang punya suami dan sekarang lain pengakuannya."Aku tidak peduli, bawa saja anak itu pergi denganmu!" jawab Bu Sania sinis."Ya Tuhan, tak kusangka dan tak kuduga. Orang yang kelihatannya baik, dermawan suka menolong orang. Tapi tega pada pada darah dagingnya sendiri," ucap Mila."Ck, tidak perlu banyak bicara! Pergi saja ... berapa yang kamu mau agar kamu mau pergi jauh dari kehidupan kami?" tanya Bu Sania. Mila tersenyum miring, ini yang dia tunggu dari tadi. "Aku ... hanya mau Mas Yuza. Dia bisa

  • Gelora Asmara Preman Kampung    Bab 76

    Yuza tergelak mendengar penuturan Mila. Dia mengira jika Mila cemburu pada Moza. "Sebenarnya, aku juga tidak suka pada Moza. Dia itu pilihan mamaku, dia putri sahabat baik Mama," ucap Yuza berharap agar Mila mengerti arti ucapannya."Maksudmu, kamu menyukai wanita lain?" tanya Mila. Yuza tersenyum lalu mengangguk."Lalu kenapa bilang padaku, kenapa tidak bilang saja pada orang tuamu," balas Mila membuat Yuza menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Ck, gimana ya?" gumam Yuza."Apanya yang gimana?" tanya Mila bingung meligat tingkah Yuza."Sku bingung aja bilang ke mereka, gak punya alasan yang tepat. Ya ... alasan yang mungkin bisa diterima, misal aku bilang sudah punya tambatan hati. Sayangnya, aku gak punya." "Oh begitu ... ya sudah. Terima nasib, mungkin memang dia jodohmu," jawab Mila santai.Yuza tersenyum, jawaban Mila tak sesuai yang dia harapkan. Padahal dia mengira, jika Mila bakal mengatakan, mau di jadikan alasan untuk menolak Moza."Kembalilah ke aula!" usir Mila. Akhirny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status