공유

Bab. 9

작가: Daisy Quinn
last update 최신 업데이트: 2025-09-03 17:19:15

Dewi sejak tadi tak henti memperhatikan Celina. Gadis itu duduk di balik meja kasir, jemarinya berulang kali salah menekan tombol mesin hitung hingga harus mengulang lagi. Kening Celina berkerut, seolah pikirannya terbang entah ke mana.

“Lin, kamu kenapa? Dari tadi kelihatan nggak fokus,” tanya Dewi sambil mendekat, suaranya lembut tapi sarat dengan rasa khawatir.

Celina terperanjat kecil, lalu buru-buru memaksakan senyum. “Nggak apa-apa, Kak. Mungkin cuma kurang tidur.”

Dewi tidak langsung percaya. Tatapannya tajam menelusuri wajah Celina yang terlihat pucat, bibirnya pun nyaris tak berwarna. “Kamu yakin cuma kurang tidur? Dari tadi sudah tiga kali ngulang hitungan nota. Itu bukan Celina yang biasanya, lho.”

Celina menunduk, jari-jarinya memainkan bolpoin di meja. Ada jeda panjang sebelum ia akhirnya membuka suara. “Aku… aku lagi banyak pikiran. Tapi nggak apa-apa kok, bisa aku atasi.”

Dewi menarik kursi di samping kasir lalu duduk. Ia meletakkan tangan di atas punggung C
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 27

    Di kamar yang sunyi, Bram menghantam tepi ranjang dengan tinjunya, suara kayu berderak keras menandai betapa marahnya dia. Dadanya naik-turun cepat, wajahnya memerah, urat di pelipisnya menegang. Bayangan Celina yang tadi berada dalam pelukan Rian terus menghantui pikirannya. Semakin ia mengingatnya, semakin hatinya terbakar. Rasa cemburu menguasai, menyesakkan dadanya hingga seolah napasnya tertahan. “Kenapa harus dia…?!” geram Bram, suaranya parau. “Kenapa aku justru terobsesi dengan calon menantuku sendiri?!” Ia meremas rambutnya kasar, berjalan mondar-mandir seperti orang kehilangan akal. Setiap kali membayangkan Celina tersenyum lembut pada Rian, dadanya serasa diremas. Rasanya ingin menghancurkan semua yang menghalangi dirinya untuk memiliki wanita itu. “Celaka!” umpatnya, menghantam meja hingga vas bunga di atasnya jatuh pecah berantakan. “Aku sudah gila… sialan! Kenapa aku tak bisa menghapusnya dari kepalaku?!” Matanya merah, penuh bara amarah bercampur keinginan y

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 26

    Celina menatap Bram dengan mata berkilat penuh amarah. Nafasnya memburu, dada naik-turun menahan gejolak hati yang bercampur antara takut dan benci. “Keluar dari kamarku sekarang juga, Bram!” suaranya meninggi, bergetar namun tegas, seperti seorang wanita yang berusaha melindungi kehormatannya sendiri. Bram justru tersenyum sinis. Bibirnya terangkat sebelah, matanya memandang Celina seolah tengah menilai mangsa yang sulit dijinakkan. “Kau bisa mengusirku sekarang, Celina,” ucapnya pelan, namun sarat tantangan. “Tapi cepat atau lambat… aku akan mendapatkanmu. Tak ada yang bisa mencegahnya.” Celina merasakan bulu kuduknya meremang. Ucapan itu menusuk telinganya seperti racun. Ia melangkah mundur, berusaha menjaga jarak, namun tidak membiarkan rasa takut menguasai wajahnya. “Jangan pernah bermimpi, Bram!” teriaknya lagi, kali ini lebih lantang. Tangannya gemetar, tapi ia genggam erat gagang pintu. “Sekali lagi kau berani masuk ke kamarku tanpa izin, aku tak segan-segan melapo

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 25

    Bram akhirnya berhasil meraih tubuh Celina. Dengan kasar ia menariknya ke dalam pelukan, mendekap erat seolah tak mau melepaskannya lagi. Nafas hangatnya menerpa wajah Celina, dan tanpa ragu, pria itu mencium bibirnya dengan penuh nafsu dan semangat yang membara. Celina kalang kabut. Tubuhnya meronta, kedua tangannya menekan dada Bram sekuat tenaga, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman yang begitu kuat. Air mata bercucuran, bercampur dengan rasa takut yang membuat dadanya sesak. “Om! Jangan... kumohon hentikan! Lepaskan aku!” jeritnya parau, suara tercekik di sela tangis. Namun Bram tak peduli. Semakin Celina berusaha melepaskan diri, semakin kuat ia menahan. Ciumannya semakin menuntut, seperti pria yang tak pernah mengenal kata puas. Celina mencoba memalingkan wajahnya, tetapi dagunya digenggam kasar, memaksa dirinya tetap menghadap Bram. “Aku benci kau! Lepaskan aku!” isak Celina, berusaha menendang dan mendorong tubuh besar di depannya. Bram tersenyum tipis di sel

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 24

    Celina baru saja memejamkan matanya ketika suara klik halus terdengar dari arah pintu. Awalnya ia mengira hanya perasaannya saja, tetapi suara itu kembali terdengar, jelas sekali—seperti bunyi kunci yang diputar. Sekejap tubuhnya menegang. Celina sontak terduduk, jantungnya berdentum kencang seolah ingin meloncat keluar. Pandangannya terpaku pada gagang pintu yang perlahan bergerak. Siapa itu? batinnya panik. Dan benar saja. Begitu pintu terbuka sepenuhnya, sosok yang paling ia hindari berdiri di ambang pintu. Bram. Pria itu melangkah masuk tanpa permisi, tatapannya dingin, senyumnya menyeringai seakan menikmati ketakutan Celina. Celina mundur beberapa langkah ke arah ranjang, suara gemetar keluar dari bibirnya. “Om.. apa yang Om akukan di sini? Bagaimana bisa masuk?” Bram menutup pintu dengan tenang, lalu memutar kuncinya dari dalam. Bunyi klik kecil itu membuat bulu kuduk Celina meremang. “Aku sudah bilang, Celina... kau tak akan pernah bisa bersembunyi dariku.”

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 23

    Pintu kamar Rian terbuka perlahan. Celina masuk dengan hati-hati, membawa nampan kecil berisi semangkuk bubur hangat. Aroma kaldu ayam yang lembut segera memenuhi ruangan, bercampur dengan bau obat yang masih samar. Rian, yang sejak tadi berbaring, menoleh pelan. Senyumnya muncul tipis, seolah kehadiran Celina saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik. “Kau membuatkan bubur untukku?” suaranya serak tapi penuh syukur. Celina tersenyum samar, berusaha terlihat tenang meski hatinya masih diliputi kegelisahan. “Iya, makanlah sedikit dulu. Perutmu tidak boleh kosong.” Ia meletakkan nampan di meja kecil, lalu duduk di sisi ranjang. Dengan lembut, ia meniup sendok berisi bubur agar tidak terlalu panas, lalu menyodorkannya ke bibir Rian. Rian menerima suapan pertama dengan sabar, lalu menatap Celina dalam diam. Matanya seolah membaca lebih dari sekadar wajah yang tersenyum. Ada guratan lelah, dan sesuatu yang disembunyikan. “Kau terlihat berbeda,” ucap Rian tiba-tiba. Celi

  • Gelora Berbahaya Calon Mertua    Bab. 22

    Bram berdiri terpaku di dalam kamar yang kini hening. Pintu masih terbuka, berayun pelan seakan mengejeknya. Nafasnya berat, dadanya naik-turun tak beraturan. Bayangan wajah Celina yang berlinang air mata terus menghantam benaknya tanpa ampun. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Rasa kesal, marah, dan penyesalan bercampur jadi satu, membuatnya ingin menghantamkan tinju ke dinding. Namun, tubuhnya justru lemas, seakan semua tenaga tersedot oleh perasaan yang berkecamuk. Kenapa aku sampai seperti ini? pikirnya, rahangnya mengeras. Kenapa aku begitu terobsesi padanya? Ia membungkuk, menekan dahinya dengan telapak tangan. Kilatan rasa bersalah menusuk hatinya, tapi obsesi yang sudah terlanjur mengakar membuat pikirannya semakin kusut. “Rasanya aku mulai gila…” rutuknya dalam hati, suara batinnya getir. Bram menutup mata, mencoba menenangkan diri, namun semakin ia berusaha, bayangan Celina justru semakin jelas. Senyumnya, tatapannya pada Rian, sikap lemb

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status