Gelora Berbahaya Calon Mertua

Gelora Berbahaya Calon Mertua

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-02
Oleh:  Daisy Quinn Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
9Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Selina tidak menyangka jika Bram, calon mertuanya tega merenggut kehormatannya. sudah jelas dia dan Rian, putra tunggal Bram akan menikah saru bulan lagi. Bram mengatakan jika dia akan bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan pada Celina. Dia akan menikahi Celina.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab. 1.

Celina terpojok di sudut kamar hotel yang remang, tubuhnya bergetar menahan rasa takut. Nafasnya memburu, seakan udara di dalam ruangan itu semakin menipis. Matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang berdiri beberapa langkah di depannya—Bramantyo. Tatapan matanya tajam, namun dibalut dengan bara hasrat yang membuat darah Celina membeku.

Dengan gerakan santai namun penuh tekanan, Bramantyo membuka kancing atas kemejanya. Suara desisan napasnya terdengar jelas di telinga Celina. Ia lalu meraih dasi yang melingkar di lehernya, melepaskannya, dan melemparkannya begitu saja ke lantai.

“Kau tidak bisa lari dariku, Celina,” suaranya dalam, serak, dan mengandung ancaman. “Sejak awal aku sudah memperingatkanmu… sekali masuk dalam kehidupanku, kau tidak akan bisa keluar lagi.”

Celina menggigit bibirnya, mencoba menahan isak yang hampir pecah. “Tolong, Om Bram… jangan lakukan ini. Aku… aku tidak pernah ingin berada di sini.” Suaranya lirih, penuh ketakutan, namun tetap berusaha tegar.

Bramantyo melangkah mendekat. Setiap langkahnya terdengar seperti dentuman keras di dada Celina. Ia menunduk sedikit, menatap wajah gadis itu yang kini memucat. Senyum sinis terukir di bibir pria itu.

“Jangan pura-pura suci, Celina. Kau tahu betul mengapa aku memilihmu. Kau berbeda… dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja.”

Celina menunduk, kedua tangannya meremas ujung gaunnya. Jantungnya berdetak cepat, seakan hendak meledak. Ia sadar, semakin lama ia bertahan di kamar itu, semakin besar bahaya yang mengintainya.

Namun di balik ketakutannya, ada secercah tekad yang mulai tumbuh. Matanya perlahan mengeras, meski tubuhnya masih gemetar.

“Aku tidak akan menyerah begitu saja, Om Bram,” bisiknya, hampir tak terdengar. “Lebih baik aku mati… daripada menyerahkan diriku padamu.”

Tatapan Bramantyo seketika berubah, terkejut sekaligus tertantang oleh keberanian Celina yang tak

Celina semakin terdesak ke dinding, tubuhnya bergetar hebat. Air mata sudah membasahi pipinya, namun pria di depannya sama sekali tak tergoyahkan. Bramantyo—sosok dewasa yang selama ini ia hormati—tampak kehilangan kendali. Matanya merah, pupilnya membesar, napasnya memburu.

“Om Bram, tolong hentikan ini…” suara Celina parau, hampir tercekik oleh tangis. “Aku… aku kekasih Rian. Putra Om Bram sendiri! Apa Om sadar dengan apa yang sedang Om lakukan?”

Kata-kata itu meluncur terbata-bata, penuh harap agar logika pria itu tersentuh. Namun Bramantyo hanya terdiam beberapa detik, sebelum tertawa kecil—tawa yang asing, penuh kegilaan.

“Rian? Hah…” Bram melangkah pelan, bayangan tubuhnya kian menelan Celina. “Anak itu tidak pernah tahu bagaimana caranya menjaga sesuatu yang berharga. Kalau dia benar-benar mencintaimu… dia tidak akan membiarkanmu ada di sini, bersamaku.”

Celina menggeleng keras, mencoba meraih sisa-sisa kewarasan Bram. “Tidak! Ini bukan Om Bram yang sebenarnya! Ada yang salah dengan Om ..."

Tiba-tiba Celina terhenti. Ingatannya melayang pada kabar singkat yang sempat ia dengar sebelum Bram membawanya ke kamar hotel ini. Ada yang bilang, seseorang mungkin telah memasukkan sesuatu ke dalam gelas wine Bram saat jamuan tadi. Dan kini, melihat tatapan kosong bercampur liar itu, Celina yakin dugaannya benar.

“Om .. dengarkan aku…!” Celina berusaha mendekat, meski ketakutan mencekik. “Om sedang tidak sadar… ada yang menjebak Mas! Itu semua ulah orang yang ingin menghancurkan Mas. Tolong… jangan biarkan aku menjadi korban dari niat jahat mereka!”

Namun Bramantyo menatapnya dengan mata yang semakin panas. Nafasnya tak beraturan, gerakannya kaku namun liar, jelas dikendalikan sesuatu yang tak normal.

“Diam, Celina…” suaranya berat, bergetar seperti menahan gejolak. “Jangan sebut-sebut anak itu lagi di hadapanku. Malam ini… hanya ada kau dan aku.”

Celina mundur setapak demi setapak, hingga punggungnya menempel pada dinding dingin kamar hotel. Jantungnya berdentum keras, tubuhnya semakin gemetar. Dalam hati, ia hanya bisa berdoa—semoga ada keajaiban, semoga pintu terbuka, semoga Rian atau siapa pun datang menyelamatkannya… sebelum semuanya terlambat.

Bramantyo akhirnya meraih lengan Celina dengan kasar. Tubuh mungil itu ditarik tanpa ampun, hingga ia terhempas di tepi ranjang hotel yang luas namun terasa seperti penjara baginya. Celina terjerembab, air matanya mengalir deras, suara tangisnya pecah penuh kepiluan.

“Om ... jangan… tolong hentikan ini…,” suaranya lirih namun parau, seperti tercekik oleh rasa takut. Ia mencoba menyingkir, merangkak mundur ke sudut ranjang, tapi jemari kuat Bram lebih dulu mencengkeram bahunya.

“Sudah terlambat, Celina…” Bram berbisik di telinganya, suaranya berat dan terdengar asing, seolah bukan dirinya sendiri. Aroma alkohol dan keringat bercampur, semakin membuat Celina sesak. “Malam ini… kau milikku.”

Celina menjerit kecil, lalu menangis semakin keras. Hatinya berteriak, Ya Tuhan, apa aku akan berakhir di tangan pria ini? Calon mertua yang seharusnya aku hormati…

Tangannya bergetar, mencoba menahan tubuh Bram yang menindihnya, tapi kekuatannya tak sebanding dengan pria dewasa yang tubuhnya jauh lebih kokoh. Celina hanya bisa meronta, panik, dan terisak.

“Aku mencintai Rian!” teriaknya putus asa. “Aku kekasih anakmu sendiri, Om! Kau sadar tidak, apa yang akan kau lakukan?! Jika Rian tahu—”

Namun kata-katanya terputus oleh geraman Bram yang seperti kehilangan seluruh akal sehat. “Diam! Aku tidak peduli!”

Air mata Celina kian deras. Dalam hatinya, ia merasa inilah akhir. Sebuah akhir yang memilukan, di tempat yang salah, di tangan pria yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi ancaman sebesar ini.

Namun jauh di lubuk hatinya, secercah harapan masih ada. Celina tahu, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Jika ia tidak melawan, segalanya akan berakhir malam ini juga.

Celina terus meronta, air matanya membasahi pipi. Suaranya parau, memohon dengan segala tenaga yang tersisa.

“Om, tolong lepaskan aku… aku mohon… jangan lakukan ini pada aku,” isaknya, tubuhnya bergetar ketakutan.

Namun, tatapan Bram yang sudah dikuasai bara nafsu tampak gelap. Pria paruh baya itu mendekat, langkahnya berat dan penuh tekanan, membuat Celina semakin ciut di sudut ranjang.

“Sudah terlambat, Celina…” ucap Bram dengan suara serak, nafasnya memburu. “Kamu terlalu cantik untuk dibiarkan begitu saja. Aku sudah terlalu lama menahan diri.”

Celina mengguncang kepala, mencoba melawan rasa takut yang semakin melilit. Tangannya terangkat, menahan dada Bram yang semakin mendekat.

“Om, aku kekasih Rian! Aku akan menikah dengan dia… apa Om tidak takut dia tahu?!” serunya di antara tangis.

Sekilas, tatapan Bram mengeras mendengar nama putranya disebut. Namun, hanya sepersekian detik sebelum bibirnya melengkung sinis.

“Rian terlalu polos untuk tahu bagaimana cara memiliki wanita. Dia tidak akan pernah bisa menjagamu sebaik aku, Celina.”

Tubuh Celina semakin terpojok. Dinding kamar yang dingin menekan punggungnya, sementara bayangan Bram menutupinya sepenuhnya.

“Om… jangan… aku mohon…,” bisiknya lagi, suaranya nyaris hilang ditelan detak jantung yang berpacu cepat.

Bram meraih dagu Celina, mengangkat wajah gadis itu agar menatap matanya.

“Kamu milikku malam ini,” katanya dingin, tanpa rasa bersalah.

Celina menutup mata rapat-rapat, hatinya berteriak minta pertolongan. Dalam batinnya, hanya ada satu harapan—semoga seseorang datang menyelamatkannya sebelum semuanya terlambat.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status