Home / Romansa / Gelora Berbahaya sang CEO / Bab 10 Pertengkaran di Meja Makan

Share

Bab 10 Pertengkaran di Meja Makan

Author: Rein Azahra
last update Last Updated: 2025-11-06 08:36:38
Semua orang sontak menoleh ke arah sumber suara. Lilyan terhenyak saat menyadari siapa yang datang. Rega muncul dengan penampilan gagah seperti biasa. Dia baru saja pulang kerja sepertinya.

Bibirnya tersugging tipis saat bertemu tatap dengan Lilyan. Jantung Lilyan berdebar kencang, ia dengan cepat menunduk. Tak sanggup lama-lama bertatapan dengan Rega.

"Rega, Mama tidak menyangka kalau kau akan pulang. Mari kita makan malam bersama." Bu Fatma tersenyum lembut meski tak dapat dipungkiri kalau ia kaget dengan kehadiran Rega yang tiba-tiba mau bergabung dengan mereka. Padahal Rega biasanya paling anti bergabung dengan dirinya apalagi di meja makan seperti ini.

Pelayan dengan sigap menyiapkan piring dan gelas untuk Rega. Pria itu duduk di kursi di sebrang Lilyan. Berhadap-hadapan dengan gadis cantik itu. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum tipis penuh arti.

Lilyan tampak canggung, sesekali pandangannya bertemu dengan Rega yang selalu melempar tatapan aneh padanya.

"Tumben
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 37

    Vano yang sedang menikmati segelas minuman di sebuah bar kecil itu tersentak saat ponselnya bergetar di atas meja. Musik pelan bercampur bau alkohol menusuk hidungnya, kepalanya sudah setengah pening, tapi satu notifikasi cukup membuatnya kembali sadar. Nama Mama tertera di layar. Keningnya berkerut. Jarang sekali Bu Fatma menghubunginya seperti ini. Dengan satu sentuhan, layar ponsel terbuka dan napas Vano langsung tercekat. Beberapa foto muncul berurutan. Rega duduk berhadapan dengan Lilyan di sebuah restoran mewah. Wajah mereka begitu dekat. Lilyan tersenyum. Senyum yang selama ini Vano anggap hanya miliknya. Foto berikutnya lebih menusuk, Rega tampak menyeka sudut bibir Lilyan dengan tisu, begitu natural, begitu intim. Dan yang terakhir, Rega tampak mencium punggung tangan Lilyan dengan lembut. Darah Vano berdesir panas. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras, luka lebam di wajahnya kembali terasa berdenyut, seakan menertawakannya. Sem

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 36

    Vano terdiam. Tangisan Gina membuat dadanya terasa sesak, namun bukan karena iba, melainkan karena ia merasa terjebak. Pria itu bangkit dari sofa, berjalan mondar-mandir seperti singa terluka. “Jangan pakai anak itu untuk menekanku,” ucapnya kasar. “Aku tidak pernah berjanji akan menjadikannya alasan untuk menikahimu.” Gina tersentak. Air matanya jatuh semakin deras. “Aku tidak menekanmu, Mas. Aku hanya ingin kamu bertanggung jawab.” Vano berhenti melangkah. Ia menoleh dengan tatapan dingin yang membuat Gina bergidik. “Tanggung jawabku adalah menjaga masa depanku,” balasnya tajam. “Dan masa depan itu bukan kamu.” Kalimat itu menghantam Gina lebih keras dari tamparan mana pun. Tangannya gemetar saat menutup perutnya, seolah melindungi bayi yang belum lahir dari kebencian ayahnya sendiri. “Kamu kejam,” bisiknya lirih. “Lebih kejam dari yang aku kira.” Vano mendengus, lalu meraih jaketnya. “Aku lelah. Jangan membuat hariku semakin buruk.” “Kamu mau pergi lagi?” Gina berdiri, refl

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 35

    Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah ruangan tersembunyi yang jauh lebih besar dari bayangannya. Lampu otomatis menyala. Dan Lilyan terpaku. "Masuklah." Rega mengisyaratkan agar Lilyan ikut masuk bersamanya. Ruangan itu seperti kamar apartemen kecil, bersih, hangat, elegan. Ada sofa panjang di sisi kiri, rak buku di dinding, meja kecil dengan segelas air yang masih penuh, dan yang paling mencolok adalah sebuah tempat tidur queen berseprai putih rapi, terlihat sangat nyaman. Seakan ruangan itu sudah sering digunakan. Lilyan menatap Rega dengan mata membesar. “Kamu… punya kamar rahasia di kantor?” Rega berjalan masuk tanpa menjawab. Ia membuka lemari pakaian di sudut ruangan dan mengambil kaos hitam bersih, juga satu kemeja baru. “Kadang aku kerja sampai malam,” katanya santai. “Jadi aku butuh tempat untuk istirahat.” Lilyan masih belum bergerak dari ambang pintu. Baru kali ini ia merasa benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kemudian ia akhirnya mela

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 34

    Akhirnya Lilyan berjalan pelan menuju ruangan Rega. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Lilyan langsung masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Rega yang sedang mengobati luka sobek di sudut bibirnya. Rega duduk di tepi meja, menunduk sambil menekan kapas ke lukanya. Kemeja putihnya sudah dilepas, menyisakan kaus dalam hitam yang melekat di tubuh atletisnya. Lilyan sempat terpaku sebelum buru-buru mengalihkan pandangan. “Sini.” Lilyan mendekat tanpa sadar. “Biar aku bantu.” Rega mengangkat wajahnya, sorot matanya terkejut sekaligus… lembut. Sangat lembut. Sorot yang membuat langkah Lilyan melemah dan napasnya sedikit tersengal. “Tidak perlu,” gumam Rega. “Aku bisa sendiri.” “Biar aku yang urus,” kata Lilyan lebih pelan. “Luka kamu akan makin parah kalau ditekan sembarangan.” Rega menghela napas, menyerah. Ia memberikan kapas itu padanya. Lilyan berdiri sangat dekat, cukup dekat hingga ia bisa merasakan hangat napas Rega yang menyentuh pipinya. Tangannya sedikit gemetar ketika

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 33

    BLAAM! Tinju Vano mendarat telak di hidung Rega. Suara hantaman itu terdengar sangat jelas, membuat seluruh karyawan yang menonton terhenyak. Rega terdorong beberapa langkah ke belakang, wajahnya terpaksa menunduk, rona merah membekas di pipinya. Namun ia tidak jatuh. Ia menahan napas, menahan diri untuk tidak langsung membalas. Lilyan yang berdiri tak jauh dari sana langsung menutup mulutnya, terkejut dan pucat. Vano, yang merasa menang satu langkah, melangkah maju lagi. “Pukulan itu karena kamu berani menyentuh Lilyan! Dia tunanganku, Rega!” Kata-kata itu membuat Rega mengangkat wajahnya perlahan. Dan tatapan itu berubah. Dingin dan mematikan. "Kamu membuatku muak,” gumam Rega rendah. Detik berikutnya, Rega tidak memberi kesempatan. BUGH! Tinju Rega menghantam rahang Vano, keras, membuat tubuh pria itu terhuyung tanpa sempat mengantisipasi. Para karyawan spontan mundur, menahan napas karena baru pertama kali melihat sisi buas bos mereka.Tak ada yang berani m

  • Gelora Berbahaya sang CEO   Bab 32. Ketahuan Vano

    Pagi itu, lobby kantor masih belum terlalu ramai. Suara langkah pegawai baru terdengar samar-samar saat Lilyan turun dari mobil Rega. Gadis itu menunduk, mencoba terlihat tenang saja meski jantungnya tak berhenti berdetak cepat. Turunnya Lilyan dari mobil sang bos pasti akan mengundang banyak perhatian. Apalgi Rega masih memakai bajunya yang kemarin. Lilyan mempercepat langkahnya memasuki lobby. Dari tadi sudah ada beberapa pasang mata yang menatapnya curiga. Lilyan menggerutu karena sejak tadi ia bilang kalau ia sama sekali tidak setuju kalau berangkat kerja dengan Rega yang pasti akan menjadi pusat perhatian. Lilyan menarik napas dalam-dalam dan berjalan cepat menuju lift. Namun baru beberapa langkah, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya dengan sangat kuat. Lilyan menoleh kaget. “V-Vano?” suaranya bergetar. Vano berdiri di hadapannya dengan sorot mata membara. Rahangnya mengeras, kedua alisnya menukik tajam. Ia tak mengatakan apa-apa, hanya menarik tanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status