Chapter: Kembali ke RumahSetelah beberapa hari menghabiskan waktu di pantai, Dave dan Amber memutuskan untuk kembali. Perjalanan pulang terasa sunyi, namun hangat. Ethan tertidur di jok belakang, sementara Amber duduk di depan di samping Dave yang menyetir.Sesekali mencuri pandang ke arah istrinya itu. Amber menangkap pandangan itu dan tersenyum tipis, lalu kembali menatap keluar jendela, membiarkan angin sore mengayun rambutnya yang tergerai."Aku senang sekali Sayang. Akhirnya kita bisa bersama lagi setelah bertahun-tahun berpisah. Kita bahkan seperti sepasang pengantin baru lagi. Apa kamu juga senang, Sayang?" tanya Dave sambil melirik ke arah Amber yang tersipu. "Apa masih perlu aku jawab? Kau tidak melihat ekspresiku? Kau juga tidak menyadari kalau selama liburan ini aku selalu patuh padamu dan melakukan apapun maumu termasuk menyerahkan diriku sepenuhnya padamu Dave?" Amber balik bertanya. "Hei, jangan terlalu banyak pertanyaannya. Aku jadi pusing, Sayang." Dave terkekeh pelan. Ia menatap gemas lalu
Última actualización: 2025-04-30
Chapter: Janji yang TerucapMalam perlahan turun. Lampu-lampu di resort menyala temaram, memantulkan cahaya hangat di antara rindangnya pepohonan dan semilir angin laut. Ethan sudah tertidur pulas setelah puas bermain seharian, sementara Amber duduk di sofa balkon dengan selimut tipis menyelimuti tubuhnya. Dave datang membawa dua cangkir teh hangat dan duduk di sebelahnya. Dia tidak langsung bicara, hanya memandangi wajah Amber yang tampak lelah, namun jauh lebih tenang dibanding beberapa hari terakhir. “Terima kasih,” ucap Amber lirih, menerima cangkir dari tangan Dave. Dave mengangguk, “Terima kasih karena sudah mau ikut ke sini.” Amber menatap lautan di depan mereka. “Kau tahu, aku takut. Takut kalau semua ini hanya akan mengulang luka yang sama.” Dave memutar tubuhnya sedikit agar bisa memandangi Amber lebih jelas. “Aku paham, Amber. Dan aku tak menuntut jawaban sekarang. Aku hanya ingin kau tahu… aku serius. Aku ingin memperbaiki semuanya. Demi kau dan Ethan.” Amber menggigit bibirnya, menahan gempu
Última actualización: 2025-04-30
Chapter: Bulan Madu KeduaMobil berhenti di depan sebuah resort mewah di pinggir pantai. Angin laut membawa aroma asin yang menenangkan. Amber turun dari mobil dengan Ethan yang tertidur di gendongannya, sementara Dave membantu membawakan barang-barang kecil mereka."Tempat ini..." Amber bergumam begitu matanya menangkap pemandangan yang akrab.Dave tersenyum hangat, memperhatikan ekspresi wanita yang begitu dicintainya. "Masih ingat? Ini tempat kita bulan madu kita dulu."Amber menoleh padanya, matanya membulat sedikit. Tentu saja ia masih ingat. Ini adalah tempat di mana mereka berdua dulu tertawa, bercanda, dan bermimpi akan membangun keluarga kecil yang bahagia. Amber sempat berpikir tempat ini sudah terkubur bersama semua kenangan pahit mereka. Tapi kini, Dave membawanya kembali ke sini, seolah menghidupkan kembali semua kenangan itu."Aku sudah lama ingin membawamu ke sini," kata Dave pelan, mengambil tas dari tangan Amber. "Aku ingin kau ingat, betapa dulu kita pernah berjanji menjadikan tempat ini seb
Última actualización: 2025-04-27
Chapter: Mulai LuluhAmber baru saja selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan saat pintu restoran berdenting. Ia menoleh tanpa banyak pikir, dan jantungnya sontak berdegup kencang saat melihat siapa yang baru saja masuk.Dave.Dengan setelan santai namun tetap memancarkan kharisma, pria itu melangkah masuk, matanya langsung mencari keberadaan Amber. Ketika pandangan mereka bertemu, Amber seketika merasa seluruh dunia mengecil, hanya menyisakan dia dan Dave.Amber buru-buru memalingkan wajah dan pura-pura sibuk membereskan meja. Ia berharap Dave akan pergi. Tapi langkah berat Dave justru mendekat, dan sebelum Amber sempat menghindar, Dave sudah berdiri tepat di depannya."Amber," suara itu terdengar penuh emosi. "Kita perlu bicara."Beberapa karyawan dan pelanggan mulai memperhatikan mereka, bisik-bisik kecil terdengar di sekeliling. Amber merasa wajahnya mulai memanas. Ia menggeleng dengan cepat."Aku sedang bekerja, Dave. Pergilah," bisiknya ketus.Namun Dave tidak bergeming. Ia justru melakukan se
Última actualización: 2025-04-27
Chapter: Ancaman DaveDave menghela napas panjang di dalam mobilnya, tangannya mengepal erat di atas setir. Suasana di dalam kendaraan itu terasa sesak, seolah-olah udara tidak cukup untuk menahan beban di dadanya. Kilasan wajah Amber yang marah dan penuh luka terbayang terus di benaknya. Dave memejamkan mata, mencoba mengendalikan rasa frustrasinya.Ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan Amber berjuang sendirian menghadapi tuntutan konyol dari ayahnya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil Ethan dari Amber, anak yang bahkan baru saja diakuinya sebagai darah dagingnya.Telepon genggamnya bergetar di saku jaket. Dengan cepat, Dave mengangkatnya. Di layar tertera nama Julian."Dave, aku sudah mencari tahu," suara Julian terdengar tergesa. "Ayahmu sudah menyiapkan pengacara terbaik di kota ini untuk memenangkan kasus hak asuh Ethan."Dave mengumpat pelan. "Aku harus bertemu denganmu sekarang."Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang cukup sepi. Begitu Julian duduk, Dave langsung mengutar
Última actualización: 2025-04-27
Chapter: Tuan Martin membuat semuanya kacau Julian membuka pintu ruang kerja Dave dengan tergesa, napasnya sedikit memburu. Dave yang tengah menatap layar laptop langsung mengangkat kepala, alisnya bertaut ketika melihat ekspresi serius di wajah tangan kanannya itu. "Ada apa, Julian?" tanya Dave, nada suaranya tenang tapi tajam. Julian menelan ludah. "Dave, ini bahaya.""Ada apa?" tanya Dave dengan alis berkerut. "Tuan Martin baru saja melayangkan gugatan hak asuh anak terhadap Amber," jawab Julian dengan wajah tegang. "Apa?" Dave langsung berdiri, kursi kerjanya bergeser dengan kasar. “Aku baru saja mendapat informasi dari kenalanku di pengadilan. Gugatan itu resmi. Suratnya sudah dikirim ke rumah Nenek Rose.” Wajah Dave langsung mengeras. Matanya dipenuhi amarah yang tak terbendung. "Shit! Kenapa Papa berani-beraninya mencampuri urusanku dengan Amber dan Ethan?!” gumamnya geram."Tenang dulu Dave, kau bisa membicarakan hal ini baik-baik dengan Tuan Martin siapa tahu dia bisa menarik gugatannya kembali. Kau juga h
Última actualización: 2025-04-06
Chapter: Bab 37Vano yang sedang menikmati segelas minuman di sebuah bar kecil itu tersentak saat ponselnya bergetar di atas meja. Musik pelan bercampur bau alkohol menusuk hidungnya, kepalanya sudah setengah pening, tapi satu notifikasi cukup membuatnya kembali sadar. Nama Mama tertera di layar. Keningnya berkerut. Jarang sekali Bu Fatma menghubunginya seperti ini. Dengan satu sentuhan, layar ponsel terbuka dan napas Vano langsung tercekat. Beberapa foto muncul berurutan. Rega duduk berhadapan dengan Lilyan di sebuah restoran mewah. Wajah mereka begitu dekat. Lilyan tersenyum. Senyum yang selama ini Vano anggap hanya miliknya. Foto berikutnya lebih menusuk, Rega tampak menyeka sudut bibir Lilyan dengan tisu, begitu natural, begitu intim. Dan yang terakhir, Rega tampak mencium punggung tangan Lilyan dengan lembut. Darah Vano berdesir panas. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras, luka lebam di wajahnya kembali terasa berdenyut, seakan menertawakannya. Sem
Última actualización: 2025-12-18
Chapter: Bab 36Vano terdiam. Tangisan Gina membuat dadanya terasa sesak, namun bukan karena iba, melainkan karena ia merasa terjebak. Pria itu bangkit dari sofa, berjalan mondar-mandir seperti singa terluka. “Jangan pakai anak itu untuk menekanku,” ucapnya kasar. “Aku tidak pernah berjanji akan menjadikannya alasan untuk menikahimu.” Gina tersentak. Air matanya jatuh semakin deras. “Aku tidak menekanmu, Mas. Aku hanya ingin kamu bertanggung jawab.” Vano berhenti melangkah. Ia menoleh dengan tatapan dingin yang membuat Gina bergidik. “Tanggung jawabku adalah menjaga masa depanku,” balasnya tajam. “Dan masa depan itu bukan kamu.” Kalimat itu menghantam Gina lebih keras dari tamparan mana pun. Tangannya gemetar saat menutup perutnya, seolah melindungi bayi yang belum lahir dari kebencian ayahnya sendiri. “Kamu kejam,” bisiknya lirih. “Lebih kejam dari yang aku kira.” Vano mendengus, lalu meraih jaketnya. “Aku lelah. Jangan membuat hariku semakin buruk.” “Kamu mau pergi lagi?” Gina berdiri, refl
Última actualización: 2025-12-18
Chapter: Bab 35Pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah ruangan tersembunyi yang jauh lebih besar dari bayangannya. Lampu otomatis menyala. Dan Lilyan terpaku. "Masuklah." Rega mengisyaratkan agar Lilyan ikut masuk bersamanya. Ruangan itu seperti kamar apartemen kecil, bersih, hangat, elegan. Ada sofa panjang di sisi kiri, rak buku di dinding, meja kecil dengan segelas air yang masih penuh, dan yang paling mencolok adalah sebuah tempat tidur queen berseprai putih rapi, terlihat sangat nyaman. Seakan ruangan itu sudah sering digunakan. Lilyan menatap Rega dengan mata membesar. “Kamu… punya kamar rahasia di kantor?” Rega berjalan masuk tanpa menjawab. Ia membuka lemari pakaian di sudut ruangan dan mengambil kaos hitam bersih, juga satu kemeja baru. “Kadang aku kerja sampai malam,” katanya santai. “Jadi aku butuh tempat untuk istirahat.” Lilyan masih belum bergerak dari ambang pintu. Baru kali ini ia merasa benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kemudian ia akhirnya mela
Última actualización: 2025-12-16
Chapter: Bab 34Akhirnya Lilyan berjalan pelan menuju ruangan Rega. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Lilyan langsung masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Rega yang sedang mengobati luka sobek di sudut bibirnya. Rega duduk di tepi meja, menunduk sambil menekan kapas ke lukanya. Kemeja putihnya sudah dilepas, menyisakan kaus dalam hitam yang melekat di tubuh atletisnya. Lilyan sempat terpaku sebelum buru-buru mengalihkan pandangan. “Sini.” Lilyan mendekat tanpa sadar. “Biar aku bantu.” Rega mengangkat wajahnya, sorot matanya terkejut sekaligus… lembut. Sangat lembut. Sorot yang membuat langkah Lilyan melemah dan napasnya sedikit tersengal. “Tidak perlu,” gumam Rega. “Aku bisa sendiri.” “Biar aku yang urus,” kata Lilyan lebih pelan. “Luka kamu akan makin parah kalau ditekan sembarangan.” Rega menghela napas, menyerah. Ia memberikan kapas itu padanya. Lilyan berdiri sangat dekat, cukup dekat hingga ia bisa merasakan hangat napas Rega yang menyentuh pipinya. Tangannya sedikit gemetar ketika
Última actualización: 2025-12-12
Chapter: Bab 33BLAAM! Tinju Vano mendarat telak di hidung Rega. Suara hantaman itu terdengar sangat jelas, membuat seluruh karyawan yang menonton terhenyak. Rega terdorong beberapa langkah ke belakang, wajahnya terpaksa menunduk, rona merah membekas di pipinya. Namun ia tidak jatuh. Ia menahan napas, menahan diri untuk tidak langsung membalas. Lilyan yang berdiri tak jauh dari sana langsung menutup mulutnya, terkejut dan pucat. Vano, yang merasa menang satu langkah, melangkah maju lagi. “Pukulan itu karena kamu berani menyentuh Lilyan! Dia tunanganku, Rega!” Kata-kata itu membuat Rega mengangkat wajahnya perlahan. Dan tatapan itu berubah. Dingin dan mematikan. "Kamu membuatku muak,” gumam Rega rendah. Detik berikutnya, Rega tidak memberi kesempatan. BUGH! Tinju Rega menghantam rahang Vano, keras, membuat tubuh pria itu terhuyung tanpa sempat mengantisipasi. Para karyawan spontan mundur, menahan napas karena baru pertama kali melihat sisi buas bos mereka.Tak ada yang berani m
Última actualización: 2025-12-11
Chapter: Bab 32. Ketahuan VanoPagi itu, lobby kantor masih belum terlalu ramai. Suara langkah pegawai baru terdengar samar-samar saat Lilyan turun dari mobil Rega. Gadis itu menunduk, mencoba terlihat tenang saja meski jantungnya tak berhenti berdetak cepat. Turunnya Lilyan dari mobil sang bos pasti akan mengundang banyak perhatian. Apalgi Rega masih memakai bajunya yang kemarin. Lilyan mempercepat langkahnya memasuki lobby. Dari tadi sudah ada beberapa pasang mata yang menatapnya curiga. Lilyan menggerutu karena sejak tadi ia bilang kalau ia sama sekali tidak setuju kalau berangkat kerja dengan Rega yang pasti akan menjadi pusat perhatian. Lilyan menarik napas dalam-dalam dan berjalan cepat menuju lift. Namun baru beberapa langkah, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya dengan sangat kuat. Lilyan menoleh kaget. “V-Vano?” suaranya bergetar. Vano berdiri di hadapannya dengan sorot mata membara. Rahangnya mengeras, kedua alisnya menukik tajam. Ia tak mengatakan apa-apa, hanya menarik tanga
Última actualización: 2025-12-11
Chapter: Menemaninya Meeting"Ini adalah ruangan file. Semua file di sini tidak ada yang boleh bocor ke luar. Jika ada dokumen yang sudah tidak dipakai maka kau harus segera menghancurkannya." Lidya mulai memperkenalkan detail pekerjaan Anyelir. Gadis itu hanya mengangguk dan mendengarkan semua perkataan Lidya dengan seksama bahkan sesekali gadis itu akan mencatatnya di buku catatan karena takut kalau ia akan lupa. Lidya juga memberitahukan ruangan lain dan tugas-tugas Anyelir sebagai sekretaris kedua di perusahaan ini. "Pokoknya tugas kamu setiap pagi adalah membuatkan kopi untuk Pak Abimanyu. Ingat selama j kerja, kau harus memanggil dengan sopan." Lidya berkata dengan wajah datar. "Baik, akan saya lakukan." Anyelir berkata dengan lebih sopan pada Lidya, karena sekarang mereka adalah rekan kerja dan di sini Lidya adalah seniornya. Telpon di meja kerja Lidya berbunyi. Dengan cepat gadis itu mengangkatnya karena ia tahu kalau telepon itu dari Abimanyu. "Tolong bawakan aku segelas kopi lagi, yang seperti tad
Última actualización: 2023-02-25
Chapter: Menjadi Sekretaris Abimanyu? Anyelir dan Nona receptionis itu menengok ke arah datangnya sumber suara. Kedua security itu pun sontak langsung melepaskan pegangannya dari tangan Anyelir.Suara langkah sepatu mendekat ke arah mereka, Anyelir bisa melihat dengan jelas sosok Abimanyu yang kini melangkah menghampirinya.Pria itu sepertinya baru datang dan baru keluar dari dalam mobilnya. Nona resepsionis terlihat begitu ketakutan saat melihat wajah dingin Abimanyu yang menatap tegas ke arahnya. 'Siapa yang mengizinkanmu untuk mengusir Anyelir dari kantor ini?" tanya Abimanyu dengan intonasi suara yang sedikit lebih tinggi dari biasanya.'Ma—Maafkan saya, Tuan. Saya pikir nona ini hanya sekedar mengada-ngada karena yang saya tahu di kantor ini sedang tidak membuka lowongan kerja." Nona resepsionis itu menjawab dengan gugup. wajahnya benar-benar terlihat ketakutan karena melihat Abimanyu yang sepertinya begitu marah. "Lain kali jangan melakukan hal ini sebelum konfirmasi kepadaku, kalau tidak kau bisa saja yang aku p
Última actualización: 2023-02-25
Chapter: Diusir dari KantorAbimanyu duduk terdiam di kursi kerjanya. Hari ini dia sulit sekali berkonsentrasi. Beberapa kali dia terbengong tiba-tiba saat sedang melakukan meeting bersama dengan para staff-nya. Bayangan tubuh Anyelir terus menari-nari di pikirannya. Ia tidak menyangka kalau wanita itu mempunyai tubuh yang begitu seksi. "Sial! Kenapa aku terus terbayang-bayang tubuh ha//Anyelir padahal hanya terlihat bagian belakangnya saja." Abimanyu menyugar rambutnya dengan kasar. Dia mengusap wajahnya sendiri yang tiba-tiba saja terasa hangat.Entah kenapa dia merasa begitu terpesona untuk pertama kalinya saat melihat tubuh seorang wanita. Tok tok.Suara ketukan pintu terdengar dari luar."Masuk!"Lidya menjulurkan kepalanya sebelum ia masuk ke dalam ruangan Abimanyu."Sayang hari ini kau ada meeting dengan klien, setengah jam lagi kau harus menemuinya di restoran yang sudah dijanjikan sebelumnya." Lidya memberitahu schedule dari Abimanyu. "Panggil aku 'Pak' ini kantor, jadi kau harus bisa membedakan pan
Última actualización: 2023-02-18
Chapter: Besok Aku Siap Bekerja"Hah...!?" Abimanyu terperangah mendengar pertanyaan dari Anyelir. Ia tak menyangka jika Anyelir begitu antusias menerima tawaran pekerjaan darinya. "Secepatnya kau bisa bekerja di perusahaanku," jawab Abimanyu sembari menelan salivanya. Dia belum mengkoordinasikan hal ini dengan staff kantornya. Jadi belum tahu di mana kira-kira Anyelir akan ditempatkan. "Baiklah, kalau begitu mulai besok aku siap bekerja." Anyelir tersenyum penuh semangat. "Uhuk... uhuk!" Abimanyu langsung tersedak. Gadis bodoh ini, dia pikir menyiapkan perkerjaan yang belum ada itu mudah? "Kau kenapa?" Anyelir menepuk punggung Abimanyu dengan cemas. "Tidak apa-apa aku baik-baik saja." Abimanyu mengangkat sebelah tangannya. Ia melonggarkan dasi yang dipakainya untuk sedikit melegakan napasnya. Abimanyu langsung mengantarkan Anyelir pulang ke rumahnya. Mbok Siwi langsung menyambut kedatangan wanita itu dengan gembira. "Selamat datang kembali, Nyonya Anyelir." Mbok Siwi hanya tidak tahu kalau Anyelir masuk ru
Última actualización: 2023-02-18
Chapter: Lelaki EgoisTiga hari Anyelir dirawat di rumah sakit dan selama itu pula Dimas selalu setia menemaninya. Hari ini Anyelir akan pulang dan kembali ke rumah Abimanyu. Namun sayang, karena ketahuan sedang hamil, Anyelir tidak diperbolehkan lagi bekerja di restoran tempatnya bekerja kemarin. "Apa kau yakin kau akan bisa pulang sendiri ke rumah suamimu?" Nyonya Hera terlihat cemas melihat Anyelir yang bersikeras ingin pulang ke rumah Abimanyu sendirian. Padahal Dimas sudah siap akan mengantarkannya pulang. Lelaki itupun sengaja datang untuk menjemput Anyelir dari rumah sakit. "Aku yakin, Bu. Lagipula aku akan naik taksi dan itu pastinya akan aman. lebih baik ibu pulang saja bersama Dimas. Tolong ya, Dim, antarkan ibuku pulang ke rumah." Anyelir mengalihkan pandangannya pada Dimas yang masih terdiam. Dimas sepertinya masih ingin mengantarkan Anyelir, tapi ia tahu kalau Anyelir lebih mengkhawatirkan ibunya. Jadi lelaki itu pun tak bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti keinginan Anyelir. "Baikl
Última actualización: 2023-02-17
Chapter: Mengatur SiasatAbimanyu kekur dari rumah sakit dengan hati yang masih diliputi amarah. Harga dirinya merasa benar-benar terinjak. Namun entah kenapa ia merasa kesal melihat kedekatan Anyelir dan Dimas. Nyonya Hera yang belum tahu akar permasalahannya berdiri terpaku dengan wajah bingung. "Sebenarnya apa yang terjadi, Sayang?" "Bu, semua ini hanyalah salah paham. Abimanyu sudah mengetahui kehamilanku dan dia tidak terima akan hal ini. Aku bisa memakluminya dan dia pun pasti merasa dibohongi olehku. Aku minta waktu tiga bulan sebelum pernikahan ini benar-benar berakhir." Anyelir berusaha menjelaskan secara singkat di depan ibunya dan juga Dimas. "Semuanya gara-gara Ibu." Nyonya Hera tergugu dengan berlinang air mata. Ia merasa telah membuat hidup anak gadisnya hancur. Untuk apa ia hidup kalau hanya untuk melihat penderitaan yang dialami oleh Anyelir. "Bu, semua ini bukan salah Ibu, jangan menyalahkan diri seperti itu." Anyelir meraih tangan keriput ibunya dan ikut menitikkan air matanya. Ia tak
Última actualización: 2023-02-16