Beranda / Rumah Tangga / Gelora Cinta Istri 1 Miliar / Bab 118 : Permohonan Maaf

Share

Bab 118 : Permohonan Maaf

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 20:07:44

Aku mengajak Miranda ke Magetan bukan tanpa alasan.

Di tempat di mana dia jauh dari mama dan kakaknya, aku akan memanfaatkan ini untuk menunjukan sikap keluarganya yang sangat tidak baik itu.

Tidak seharusnya mereka merampas harta pribadiku dan membuatku kalang kabut begini. Harapku aku bisa membuat Miranda bersedia dengan suka rela mengembalikan semua sertifikat yang mamanya bawa.

“Nanti Tante Aini bisa jadi tidak menerimamu dengan baik setelah dia tahu apa yang dilakukan Tio. Kau sudah aku beri tahu hal ini sebelumnya, Mir. Tolong jangan menyesal.” Kusampaikan itu karena Miranda tidak memiliki kesabaran tinggi. Takut saja malah dia ngamuk dan membuat suasana lebih runyam.

“Aku menyadari itu, Bian. Karenanya aku datang untuk meminta maaf. Kau harus tahu bahwa aku tidak sekedar melakukan ini. Semua ini adalah bukti bahwa aku sungguh-sungguh ingin berubah. Ingin menjadi istrimu yang baik, Bian,” ujar Miranda tak gentar sebelum kami turun dari mobil.

Dia tersenyum sembari mengambil sel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
sevenseasof7
hadeeuuuh...
goodnovel comment avatar
Mira Lusia
bian leda lede
goodnovel comment avatar
lis zabet
jangan percaya biannn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 239 : Kelakuan Majikan Jablai

    *“Maaf aku khilaf kalau sudah ada yang manis-manis.”Mas Bian langsung bangkit dan keluar sementara aku masih membeku memikirkan apa yang terjadi barusan.Dia menjilat bibirku?Astaga…“Mel? Mau pulang tidak?” panggilnya saat aku tidak mengikutinya bangkit.“I-iya…” ucapku dengan pikiran yang masih tidak menentu.Jujur seingatku di masa ini aku sama sekali tidak pernah disentuh pria. Kecuali dilecehkan saat aku tidak sadarkan diri, ya. Itu sama sekali tidak aku perhitungkan. Namanya juga tidak sadarkan diri. Tahu-tahu bangun sudah pendarahan saja.Barusan tadi, pria ini menjilat bibirku?Masih itu yang kupikirkan sampai masuk mobil. Mas Bian sepertinya cemas aku hanya bengong saja.“Kenapa?”“Oh, t-tidak, a-aku…” sudah ngeblank saja otakku.“Kan aku sudah bilang tadi aku suka kamu. Boleh, kan?” ujarnya bertahan di dalam mobil namun tidak juga menyalakan mesinnya.“Boleh apa?” tanyaku plonga-plongo bingung.Mas Bian tampak gemas dan dia malah menarikku mendekat lalu mencium bibirku.

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 238 : Mulai Eror

    *Pagi itu Vier diantar Dini sekolah dan Mas Bian melarangku ikut mengantar karena masih mencemaskan kondisi kesehatanku.Mengisi kekosongan, aku melihat bathtub tempat aku memandikan Vier tadi. Aku jadi pengen berendam di tempat itu.Tapi apa boleh?Segera aku mengirim pesan pada Mas Bian. [Mas, mohon maaf, apa boleh saya menggunakan bathtub ini untuk berendam?]Padahal pesanku sudah terbaca tapi tidak langsung dijawab. Apa aku terlalu polos sampai mengganggu waktu kerjanya hanya ingin meminta izin mandi di bathtubnya?Ah. Aku ini pengasuh yang nglunjak! batinku sendiri sudah tak berharap balasan dari Mas Bian. Hanya saja datang juga balasan darinya. [Kalau untuk berendam boleh. Asal jangan main sepak bola di sana] disertai emoticon tertawa.Aku jadi ikut tertawa. Ternyata Mas Bian bukan orang yang dingin seperti pertama orang akan menilainya di awal jumpa. Dia juga suka bercanda. Tanpa menunda waktu lagi, aku sudah tak sabar untuk nyemplung di bak mandi itu. Membayangkan beginil

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 237 : Tak Ada Nyonya

    *Rumahnya besar dan lega. Juga Adem dan nyaman. Di kota Surabaya yang panas, jarang ada tempat yang seadem ini.Begitu aku keluar dari mobil dua wanita menyambutku dengan tersenyum ramah.Mungkin aku sudah mengenal mereka dengan baik, hanya saja aku terbelenggu dalam amnesiaku ini hingga sekedar mengingat namanya pun aku tak tahu.“Selamat datang, B…” dan sapaannya terhenti seperti orang yang tersedak.Baru wanita yang satunya menyahut, “Selamat datang Melati. Senang melihatmu sudah sehat lagi.”Aku melempar senyum pada mereka, “Terima kasih, Kak. Maaf, kalau aku melupakan nama-nama kakak.” “Saya Dini dan ini Tuti. Kalau butuh apa-apa jangan segan menyampaikannya. Kami siap membantu.”Obrolan kami terhenti lantaran mendengar suara deheman Mas Bian sembari menggendong Vier. Dia menatap dua wanita itu dan dengan segera dua wanita itu langsung paham apa yang dimaksud. Keduanya membawa barang-barangku masuk ke dalam rumah.“Mama nanti bobok sama Vier saja, ya? Vier masih kangen.” Celote

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 236 : Seorang Pengasuh(2)

    *“Aku bawa Vier pulang ya, kak? Papanya biasanya sore sudah pulang kerja.” Zahira mencoba mengambil Vier yang masih anteng di pelukanku.Awalnya aku tak menolaknya. Namun melihat anak itu terusik tidurnya dan malah menangis, aku yang tak tega menahan Zahira.“Udah tidak apa, Ra. Aku juga sudah lebih baik, kok.”Zahira pun tak memaksa lagi. Dia pamit dan Iqdam juga bilang akan mengantarnya dulu sampai depan.Tatapanku beralih pada bocah kecil yang kembali terlelap. Kucium keningnya dan kupeluk dia. Anak ini tampak familiar sekali. Aku juga merasa sangat menyayanginya.Ah. Itu pasti karena aku sudah sejak lama menjadi pengasuhnya. Jadi kembali teringat ucapan Zahira dan Iqdam. Mas Bian sangat menyayangi putranya. Dan Vier sangat menyayangiku. Kalau bukan karena alasan itu bagaimana seorang pengasuh sepertiku ditempatkan di sebuah ruang VIP yang pasti tarif perharinya mengalahkan tarif hotel berbintang lima?Tiba-tiba bocah kecil itu membuka matanya. Kami saling bertatapan. Mata jernih

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 235 : Seorang Pengasuh

    *“Aku jadi pengasuh anak itu?” kuulangi ucapan Zahira tadi.Tapi kalau itu benar, aku jadi mulai mengerti kenapa aku ada di sini.Tidak heran juga kan kalau Mas Bian yang membiayai pengobatanku.Kenapa ibu dan Iqdam tidak mengatakannya kemarin? Padahal jadi pengasuh anak pun bukan pekerjaan yang tidak mau aku lakukan.Aku ingat usaha salon temanku bangkrut. Kebetulan ada orang yang butuh pengasuh dan itu dari kampungku sendiri, pasti Bu Aini yang baik hati itu menawarkannya padaku.Ya. Bisa jadi begitulah ceritanya.“Kak, aku tinggal keluar bentar boleh? Sebentar saja.” Zahira yang masih tampak resah itu meminta izin keluar. Aku heran kenapa dia begitu?“Kamu tidak apa-apa kan, Ra?” tanyaku padanya.“Ah, tidak, Kak. Hanya mau angkat telpon dari teman,” ujarnya menunjukan layar ponselnya yang sedang berkedip karena ada yang menghubunginya.Sepertinya ada gambar cowok. Pasti Zahira resah karena dapat panggilan dari cowoknya itu. Namanya juga anak muda.Aku hanya tersenyum dan mengata

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 234 : Bingung

    ~POV Melati~*Bingung.Itulah yang kurasakan saat ini.Tapi Iqdam bilang aku tidak boleh banyak berpikir agar aku bisa segera sembuh dan tak lagi mengeluhkan sakit kepala kalau tiba-tiba aku penasarn untuk mengingat sesuatu.“Kau mau cepat keluar dari rumah sakit ini, kan?” ujarnya saat kutanyakan sesuatu padaya dan Iqdam tak berkenan menjawabnya.“Dengar! Kau lihat ruangan ini? Ruang VIP, Mel. Apa kau tahu berapa tarifnya sehari?” Aku menggeleng dan sekali lagi memperhatikan ruangan tempatku inap. Pasti mahal.“Kenapa aku harus ditempatkan di ruangan ini, Dam? Apa kita sanggup membayarnya?”“Bukan kita yang bayar, Mel. Mas Bian. Jadi daripada kau bawel dan malah tak sembuh-sembuh, turuti ucapku. Jangan berusaha berpikir apapun. Itu akan membuat kepalamu kembali sakit dan kau malah jadi lebih lama tinggal di rumah sakit ini. Nanti malah menyusahkan Mas Bian.”“Iya, Dam. Tapi kenapa sih harus dia yang bayar?”Iqdam menatapku dengan sebal. “Tuh, kan? Bawel kamu!”“I-iya, Dam.” Aku la

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status