Share

Bab 234 : Bingung

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-06 20:22:56

~POV Melati~

*

Bingung.

Itulah yang kurasakan saat ini.

Tapi Iqdam bilang aku tidak boleh banyak berpikir agar aku bisa segera sembuh dan tak lagi mengeluhkan sakit kepala kalau tiba-tiba aku penasarn untuk mengingat sesuatu.

“Kau mau cepat keluar dari rumah sakit ini, kan?” ujarnya saat kutanyakan sesuatu padaya dan Iqdam tak berkenan menjawabnya.

“Dengar! Kau lihat ruangan ini? Ruang VIP, Mel. Apa kau tahu berapa tarifnya sehari?”

Aku menggeleng dan sekali lagi memperhatikan ruangan tempatku inap. Pasti mahal.

“Kenapa aku harus ditempatkan di ruangan ini, Dam? Apa kita sanggup membayarnya?”

“Bukan kita yang bayar, Mel. Mas Bian. Jadi daripada kau bawel dan malah tak sembuh-sembuh, turuti ucapku. Jangan berusaha berpikir apapun. Itu akan membuat kepalamu kembali sakit dan kau malah jadi lebih lama tinggal di rumah sakit ini. Nanti malah menyusahkan Mas Bian.”

“Iya, Dam. Tapi kenapa sih harus dia yang bayar?”

Iqdam menatapku dengan sebal. “Tuh, kan? Bawel kamu!”

“I-iya, Dam.” Aku la
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 236 : Seorang Pengasuh(2)

    *“Aku bawa Vier pulang ya, kak? Papanya biasanya sore sudah pulang kerja.” Zahira mencoba mengambil Vier yang masih anteng di pelukanku.Awalnya aku tak menolaknya. Namun melihat anak itu terusik tidurnya dan malah menangis, aku yang tak tega menahan Zahira.“Udah tidak apa, Ra. Aku juga sudah lebih baik, kok.”Zahira pun tak memaksa lagi. Dia pamit dan Iqdam juga bilang akan mengantarnya dulu sampai depan.Tatapanku beralih pada bocah kecil yang kembali terlelap. Kucium keningnya dan kupeluk dia. Anak ini tampak familiar sekali. Aku juga merasa sangat menyayanginya.Ah. Itu pasti karena aku sudah sejak lama menjadi pengasuhnya. Jadi kembali teringat ucapan Zahira dan Iqdam. Mas Bian sangat menyayangi putranya. Dan Vier sangat menyayangiku. Kalau bukan karena alasan itu bagaimana seorang pengasuh sepertiku ditempatkan di sebuah ruang VIP yang pasti tarif perharinya mengalahkan tarif hotel berbintang lima?Tiba-tiba bocah kecil itu membuka matanya. Kami saling bertatapan. Mata jernih

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 235 : Seorang Pengasuh

    *“Aku jadi pengasuh anak itu?” kuulangi ucapan Zahira tadi.Tapi kalau itu benar, aku jadi mulai mengerti kenapa aku ada di sini.Tidak heran juga kan kalau Mas Bian yang membiayai pengobatanku.Kenapa ibu dan Iqdam tidak mengatakannya kemarin? Padahal jadi pengasuh anak pun bukan pekerjaan yang tidak mau aku lakukan.Aku ingat usaha salon temanku bangkrut. Kebetulan ada orang yang butuh pengasuh dan itu dari kampungku sendiri, pasti Bu Aini yang baik hati itu menawarkannya padaku.Ya. Bisa jadi begitulah ceritanya.“Kak, aku tinggal keluar bentar boleh? Sebentar saja.” Zahira yang masih tampak resah itu meminta izin keluar. Aku heran kenapa dia begitu?“Kamu tidak apa-apa kan, Ra?” tanyaku padanya.“Ah, tidak, Kak. Hanya mau angkat telpon dari teman,” ujarnya menunjukan layar ponselnya yang sedang berkedip karena ada yang menghubunginya.Sepertinya ada gambar cowok. Pasti Zahira resah karena dapat panggilan dari cowoknya itu. Namanya juga anak muda.Aku hanya tersenyum dan mengata

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 234 : Bingung

    ~POV Melati~*Bingung.Itulah yang kurasakan saat ini.Tapi Iqdam bilang aku tidak boleh banyak berpikir agar aku bisa segera sembuh dan tak lagi mengeluhkan sakit kepala kalau tiba-tiba aku penasarn untuk mengingat sesuatu.“Kau mau cepat keluar dari rumah sakit ini, kan?” ujarnya saat kutanyakan sesuatu padaya dan Iqdam tak berkenan menjawabnya.“Dengar! Kau lihat ruangan ini? Ruang VIP, Mel. Apa kau tahu berapa tarifnya sehari?” Aku menggeleng dan sekali lagi memperhatikan ruangan tempatku inap. Pasti mahal.“Kenapa aku harus ditempatkan di ruangan ini, Dam? Apa kita sanggup membayarnya?”“Bukan kita yang bayar, Mel. Mas Bian. Jadi daripada kau bawel dan malah tak sembuh-sembuh, turuti ucapku. Jangan berusaha berpikir apapun. Itu akan membuat kepalamu kembali sakit dan kau malah jadi lebih lama tinggal di rumah sakit ini. Nanti malah menyusahkan Mas Bian.”“Iya, Dam. Tapi kenapa sih harus dia yang bayar?”Iqdam menatapku dengan sebal. “Tuh, kan? Bawel kamu!”“I-iya, Dam.” Aku la

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 233 : Amnesia

    *Ibu kuminta langsung masuk ketika proses pemindahan ruangan Melati sudah selesai. Takut saja kalau dia bingung dan mencari-cari kami.Sementara itu aku menahan dokter untuk menanyakan kondisi istriku itu."Kami sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada nyonya. Sepanjang ini semua baik-baik saja. Hanya saja masih butuh istirahat total selama seminggu atau dua minggu kedepan untuk memulihkan dirinya sekaligus kita observasi lebih lanjut adakah hal yang sekiranya masih butuh penanganan.” Dokter itu menjelaskan kondisi Melati.Aku masih belum puas, dia bilang semua baik-baik saja tapi masih perlu observasi lagi?Aku butuh kepastian kondisi istriku. Kalau memang ada yang tidak baik, aku bisa langsung membawanya ke singapura atau ke tempat lain untuk menyembuhkannya. Untuk istriku kulakukan apapun sebisaku. “Tenanglah, Pak. Saya mengerti betul Anda sangat mencintai istri bapak. Kita berdoa saja semoga sudah tidak ada apa-apa lagi. Setelah pemeriksaan tadi semuanya baik, kok.”Aku

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 232 : Mengajak Vier Menjenguk Melati

    *“Vier sudah harum dan tampan, nanti harus pintar ya kalau dibolehin jenguk mama.” Dini yang mengurus anak itu berpesan.“Baik, Ante. Vier tidak nakal lagi, kok,” ujar anak itu sembari menampakkan rasa bahagia karena mau bertemu dengan orang yang sangat dirindukannya.Tiba-tiba Dini menatap Vier dengan heran dan terkejut.“Vier? Coba panggil nama Vier.”“Vier, Vierrrrrrr” anak itu mengulang ucapan pengasuhnya dengan menekankan huruf ‘r’ di akhir. Dia mau menunjukan kalau sudah bisa melafalkan namanya dengan benar dan tidak cadel lagi.“Wah, mama pasti senang dengar Vier bisa sebut namanya dengan benar.”Vier sudah tertawa bangga saja dipuji Dini.Aku yang sejak tadi menikmati kopiku baru berjingkat dan mengajak anak itu ke rumah sakit.“Apa perlu saya ikut, Pak?” tanya Dini.“Tidak perlu, Din. Sudah ada ibu dan Iqdam di sana. Kalau kau tidak repot, pergilah ke rumah Kalisari. Bantu Tante Aini di sana. Barangkali dia butuh bantuan,” ujarku padanya. Tante Aini dan Om Damar seminggu ini

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 231 : Melati Belum Sadar

    *“Sabar!” Om Damar mengelus pundakku untuk membesarkan hatiku.Dia tahu betul keresahanku. Belum adanya kepastian tentang kondisi Melati sungguh membuatku hampir gila.“Cemas, Om. Takut sekali Melati seperti Miranda dulu,” ujarku lirih dan sangat tak berdaya. Hanya kutampakkan itu di depan pamanku.“Huss. Jangan begitu. Kondisinya lemah karena dia juga sedang berisi. Apalagi baru selesai di kiret. Kita sama-sama berdoa semoga semuanya baik-baik saja.” Om Damar mencoba menguatkanku.Hanya saja rasa cemasku lagi-lagi menguasai ketika aku menghampiri tubuh yang terbaring di ranjang pesakitan itu, yang hingga kini masih tak sadarkan diri.Sudah hampir seminggu ini Melati tak membiarkanku bernapas dengan baik. Apalagi kalau mengingat Vier yang terus-terusan menanyakan kabar mamanya.Kasihan anak itu, belum juga lepas dari rasa traumanya karena peristiwa itu, kini mamanya bahkan belum bisa membuka matanya.“Sayang? Bangun ya. Buka matamu untukku dan Vier.” Kuelus lengannya dengan lembut.N

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status