Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 14. Kekecewaan seorang Ayah

Share

14. Kekecewaan seorang Ayah

Author: Neza Visna
last update Huling Na-update: 2025-03-05 23:48:45
“Aku Cuma bicara kenyataan, Ma. Kenapa mama marah?” Brama bicara dengan sangat tenang, seolah dia hanya membicarakan cuaca siang itu. “Aku dan Kiara akan bertunangan, mama nggak usah khawatir.”

Meski kerutan di keningnya dan wajah lelah Brama menunjukkan kalau masalah ini juga mempengaruhinya tapi saat bicara, Brama begitu tenang.

Terkadang Rinjani ingin merobek ekspresi tenang di wajah pria itu. Rasanya tidak adil dia yang hancur dan terpojok sendirian.

Ayah Rinjani menghela napas dalam, "Mas Brama, mungkin mas tidak menghargai Rinjani, tapi dia adalah anak yang sangat saya sayangi. Saya nggak mau dia sedih.”

Rinjani, yang berdiri di samping ayahnya, merasa dadanya sesak. Air matanya hampir jatuh lagi, tapi dia berusaha menahannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya, yang selama ini selalu patuh dan tidak banyak bicara, akan berani berbicara seperti ini di depan majikannya sendiri.

Ayahnya, yang hanya seorang supir, tegas membelanya tanpa takut di depan orang yang sudah dila
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Gelora Cinta Pria Arogan   15 Murka Sang Adik

    “Maaf, Yah. Ayu tahu salah.”Apapun yang dia katakan, rasanya tidak akan bisa membenarkan apa yang sudah dia lakukan.Demi cinta, dia sampai melupakan dirinya sendiri. Pria paruh baya itu mengusap dadanya yang terasa sesak. “Ayah nggak mau dengar permintaan maaf kamu, ayah Cuma mau tahu kenapa?!”Rinjani tersentak mendengar nada tinggi di suara ayahnya itu. “Ini salah ibuk, tahu kamu punya rasa ke Mas Brama tapi masih saja membiarkanmu kerja di perusahaan itu.”Rinjani buru-buru menggelengkan kepalanya. Ini semua adalah kehendaknya sendiri.Sejak awal, beasiswa yayasan Abiyasa itu tidak mewajibkannya untuk bekerja di Abiyasa Group, tapi ibunya menyuruhnya bekerja di sana sebagai salah satu cara balas budi.Tetapi, kalau Rinjani sendiri tidak ingin, dia akan punya cara untuk menolak saran ibunya itu. Seperti yang dilakukan adiknya yang menolak bekerja di perusahaan itu. “Yu, kamu itu perempuan. Kalau kamu sendiri nggak sayang sama diri kamu, orang lain juga nggak akan bisa

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Gelora Cinta Pria Arogan   16. Tidak Tahu Terima Kasih?

    Orangtua mereka juga ikut bangkit, mencoba menenangkan Radit. "Ini bukan saatnya untuk menambah masalah! Emosi kamu hanya akan membuat semuamua makin kacau!" kata ayah mereka dengan suara tegas.Radit berhenti berjalan tapi wajahnya masih dipenuhi amarah. "Yah, setelah semuanya terjadi ayah masih mau nahan aku? Karena semua hutang budi omong kosong itu?""Radit, tolong," Rinjani memohon, suaranya gemetar. "Kakak tidak mau kamu terlibat dalam masalah ini. Aku nggak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri, kalau kamu juga ikut terluka."Radit menghela napas gusar semua kalimat itu tidak membuat amarahnya mereda. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Lalu apa rencana kakak Apa kita harus terus diam saja? Pasrah?”Rinjani mengangkat kepalanya perlahan, matanya berkaca-kaca. "Radit, ini juga salahku," ujarnya dengan suara lemah. "Dari awal, dia sudah bilang kalau dia tidak akan serius. Sekarang, aku hanya mendapatkan akibatnya.Setelah semuanya, dia tidak bisa me

    Huling Na-update : 2025-03-07
  • Gelora Cinta Pria Arogan   17. Tamparan Pertama

    “Apa perlu ayah dan ibu temani?” Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggelengkan kepalanya. “Ya, Bu. Ini adalah masalahku, biar aku yang menyelesaikannya.”Tiga orang itu menatapnya serentak, ada keraguan di sana.Tetapi, Rinjani bersikeras. Dia tidak ingin orangtuanya mendengar kalimat menyakitkan dari Brama.“Kalau kakak ragu, biar aku saja yang temani bagaimana?”Rinjani kembali menggelengkan kepalanya. “Banyak orang nggak akan membuat semuanya semakin mudah.” Dia lalu mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Aku berjanji, nggak akan hubungan lagi dengan Brama.”Masih ada rasa sakit di hatinya ketika mengatakan itu, tapi Rinjani jauh lebih bertekad sekarang. Kalau dia masih meneruskan hubungannya dengan Brama, dia merasa menyia-nyiakan semua rasa sayang dan perhatian keluarganya. Meski sedikit ragu, akhirnya keluarga Rinjani menyetujui.Keesokan harinya, Rinjani berangkat ke kantor dari apartemen adiknya. Dia masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang kemarin sempat d

    Huling Na-update : 2025-03-08
  • Gelora Cinta Pria Arogan   18. Bucin Akut

    Rinjani sendiri menatap tangannya tidak percaya. Darimana dia mendapat keberanian untuk menampar Brama? Sadar apa yang dia lakukan, mendadak jantungnya berdebar kencang dan tangannya sedikit gemetar, dia takut sendiri menatap reaksi pria itu. Brama masih menatap Rinjani dingin, bagai elang yang siap memburu mangsanya. Tatapan mata pria itu menggambarkan berbagai emosi yang Rinjani tidak bisa baca.Brama menghela napas, lalu dengan nada datar, dia berkata, "Kalau kamu mau keluar, bayar penalty, sebelum kamu membayarnya kamu bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu seperti biasa.”Rinjani frustrasi, dia ingin sekali menjambak rambutnya. Semuanya terasa sangat tidak adil. Sikap tenang pria itu membuat Rinjani merasa seakan dia telah bersikap tidak rasional dan terlalu kekanakan.Rinjani menatap Brama, matanya berkaca-kaca. Dengan langkah gontai dia keluar dari ruangan itu. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatakan ke orangtuanya kalau dia sudah gagal untuk mengundurkan diri dari pe

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Gelora Cinta Pria Arogan   19. Akhirnya Takut

    Radit dan Rinjani saling bertatapan, dan langsung menolak. “Bu, Radit nggak setuju.”“Yah, coba dipikirkan lagi. Kerja di sawah itu berat, apalagi kalian berdua sama sekali nggak terbiasa kerja seberat itu di terik matahari.”Kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memasak, menyupir dan membersihkan mobil itu sangat berbeda dengan bekerja di ladang.“Iya, umur ayah dan ibu juga sudah tidak muda lagi. Kalian sudah kerja dari dulu sampai sekarang, untuk kami, sekarang kami sudah besar, biar gantian kami yang kerja untuk ayah dan ibu.”Radit menambahi dengan nada sangat sabar. Dia menjaga agar tidak mengeluarkan kata yang menyinggung hati ayah dan ibunya.“Kami masih punya tenaga! Kenapa harus mengandalkan kalian? Biar uangnya kalian simpan saja untuk keluarga kalian nanti.” Ibu mengangguk menyetujui kalimat yang diucapkan suaminya itu. “Iya, apalagi Radit. Kamu itu laki-laki, harus sudah mulai mengumpulkan uang untuk calon istrimu nanti.”“Aku juga menyisihkan untuk di

    Huling Na-update : 2025-03-10
  • Gelora Cinta Pria Arogan   20. Permainan Baru Kiara

    “Ini caramu untuk memberontak?”Rinjani menghela napas panjang. “Bram, kamu nggak capek gini terus? Aku nggak lihat kamu seperhatian ini waktu kita masih bersama, kenapa sekarang kamu seakan enggan?”Dengan sikap Brama yang selama ini angin-anginan terhadapnya, awalnya Rinjani kira, mengakhiri hubungan dengan Brama akan sangat mudah. Tetapi, penolakan pria itu membuat Rinjani bertanya-tanya. Apakah Brama memiliki rasa padanya?“Kamu pergi begitu saja tanpa membawa satu pun barang pemberian dariku. Jadi semua yang kamu berikan ke aku selama ini, kamu berikan gratis?”Rinjani menahan amarahnya. “Aku hanya ingin keluar dari perusahaan sekarang. Selain itu tidak ada hal lain yang aku inginkan.” “Harga semua perhiasan ini mungkin cukup untuk membayar biaya penalty itu.”Saat mendengar itu, ada setitik penyesalan muncul di hati Rinjani. Dia tahu, kalau semua perhiasan yang diberikan Brama padanya tidak ada yang murah. Tetapi dia langsung menahan perasaan itu. Dia tahu, Brama mengat

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Gelora Cinta Pria Arogan   21. Beda Tangan

    Kiara tertawa sinis. "Berakhir? Kamu pikir aku percaya omong kosongmu itu? Aku tahu kamu masih mencoba menggoda Brama. Kamu pikir aku tidak melihat caramu memandangnya?"Rinjani menggelengkan kepalanya lelah. “Aku hanya ingin bekerja dengan tenang. Aku nggak punya waktu untukk semua kosong ini.”Dia bahkan tidak peduli lagi apakah kamera itu menyala atau tidak. Di berniat segera kembali ke meja kerjanya. Tetapi, Kiara menahan lengan Rinjani. Dia memegangnya dengan sangat kuat, hingga kuku-kuku cantik gadis itu, nyaris terbenam di lengan Rinjani.Tanpa bisa ditahan, Rinjani meringis kesakitan. “Lepaskan!” gumamnya lirih, penuh tekanan.“Kiara mengangkat alisnya, lalu dengan nada yang penuh ejekan, dia bertanya, "Berapa?"Rinjani mengerutkan kening. "Apa?""Berapa yang harus aku bayar agar kamu mau pergi dari kehidupan Brama? Berapa harga yang kamu inginkan untuk keluar dari perusahaan ini?" ujar Kiara dengan suara yang dingin.Rinjani merasa seperti ditampar. Dia tidak menyangka K

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • Gelora Cinta Pria Arogan   22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

    Kiara merasa harga dirinya benar-benar jatuh di depan pria ini. Dia tidak pernah berinisiatif mendekati laki-laki sebelumnya.Dan sebagai seorang penyanyi terkenal dengan jutaan fans, laki-laki yang biasanya mengejarnya, tapi dengan Brama semua itu seakan tidak ada artinya. Namun, di sisi lain itu membuatnya semakin tertantang untuk menakhlukkan pria itu.“Kapan kamu akan membiarkan Rinjani keluar dari perusahaan?” tanyanya tiba-tiba. Brama mengerutkan kening. “Karyawanku bukan urusanmu.”Tanpa orang lain, seperti inilah komunikasi yang selalu terjadi di antara mereka.“Aku bukan bermaksud ikut campur, hanya saja kelihatan banget Rinjani sudah nggak mau bekerja di sini. Mungkin dia canggung dengan semua yang terjadi. Takut karyawan yang lain juga membicarakan.”Mata Brama menatap tajam Kiara. “Siapa yang berani membicarakan tentangku dan Rinjani di kantor?”“Bram! Sebentar lagi kita akan bertunangan. Setelah kejadian ini, kalau Rinjani masih terus bekerja di sini, kecurigaan

    Huling Na-update : 2025-03-13

Pinakabagong kabanata

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Kembali Ke Brama

    “Nggak papa. Kamu juga berniat baik ngasih tahu aku.” Seolah tidak menyadari kalau itu adalah kata-kata sarkastis dari Brama.Brama menghembuskan napas gusar. Bersama dengan Rinjani, dia seakan selalu bisa jadi jauh lebih sabar. “Kalau begitu aku pergi dulu.” “Hmm, hati-hati.”Brama masih ingin ada di sana berbicara dengan Rinjani, tapi di sisi lain dia juga tidak memiliki topik pembicaraan apapun lagi dengan gadis itu.Dengan langkah berat dia melangkah keluar dari tempat itu, Rinjani mengikuti di belakang Brama sebagai tuan rumah yang baik.“Kalau dia memperlakukanmu tidak baik, kamu bisa bilang ke aku, aku akan membalaskannya untukmu.”Mata Rinjani melebar, dia nyaris tidak percaya kalimat semacam itu bisa keluar dari mulut seorang Brama.“Tenang saja. Aku sudah cukup makan hati. Nggak lagi-lagi. Kalau Jagat memperlakukanku buruk, aku akan langsung meninggalkannya.”Rinjani merasa miris sendiri saat mengatakan hal itu. Di hubungannya dengan Jagat. Bagaimana bisa ada ba

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Perhatian Sia-Sia

    Alis Rinjani semakin berkerut mendengar pertanyaan itu. Apa pria ini tahu sesuatu?“Kok tanya gitu? Kamu mau bicara apa sebenarnya?”Brama menatap wajah Rinjani lama. Ucapan itu sudah sampai di ujung lidahnya. Namun, dia tidak sanggup untuk mengatakannya saat bertemu pandang dengan gadis itu.“Bukan apa-apa. Aku hanya bertanya saja, lupakan.”Rinjani memilih tidak memperpanjang masalah itu, tapi sekarang dia tidak tahu harus membicarakan apa lagi dengan Brama.Akhir hubungan mereka membuatnya seakan salah untuk menanyakan apapun. Kenapa dia berinisiatif mengajak mantan kekasihnya sendiri masuk ke dalam kantornya?Rinjani menyesali basa-basinya tadi, yang menyebabkan dia terjebak di sini sekarang Sibuk berpikir bagaimana cara mengsusir Brama agar dia cepat pulang."Kapan kamu menikah dengan Kiara?" Rinjani tiba-tiba bertanya, mengalihkan topik dengan kasar.Brama menyentak. "Aku... belum ada rencana."Matanya menyelidik, mencari reaksi apapun di wajah Rinjani. Tapi yang dia dapat han

  • Gelora Cinta Pria Arogan   87. Interogasi Tanpa Ujung

    "Brama!" Kiara menyenggol lengannya keras. "Aku sudah tanya tiga kali, mau makan apa?"Brama mengedipkan mata, baru menyadari mereka sudah parkir di depan restoran. Sejak dia melihat Jagat tadi, dia jadi tidak fokus lagi. Dia bahkan sempat keluar saat ibunya sedang diperiksa tadi, hendak mencari pria itu.Tetapi, dia tidak lagi menemukan sosok Jagat. “Apa saja boleh.”“Kamu mikirin apa sih? Dari tadi nggak fokus kayanya.”Brama tersenyum tipis menenangkan ibunya. “Nggak ada. Mama pesan apa? Harus minum obat kan?” Ibu Brama juga tidak terus mendesak Brama, sudah biasa dengan sikap anaknya itu yang suka angin-anginan.Brama menuntun ibunya masuk ke dalam restoran itu dan memesan apa yang bisa dimakan ibunya.Dia tidak menyadari kalau ibunya dan Kiara menatap Brama dengan pandangan dalam.Ada senyum di bibir tipis perempuan paruh baya itu.“Sekarang, Brama sudah berubah banget ya, Tante. Dia jadi jauh lebih perhatian,” celetuk Kiara.“Ya, semenjak perceraian kami, dia jadi

  • Gelora Cinta Pria Arogan   86. Kepergok Selingkuh?

    Jagat menggelengkan kepalanya. “Orangtua Evie tinggal di Bandung, dan Evie bilang kami akan menemui mereka setelah dia melahirkan. Sekarang kondisi kandungannya masih belum stabil.”Rinjani terkejut mendengar itu, dari besar perut Evie dan waktu keduanya berpisah, dia tahu kalau kehamilan itu sudah lewat tiga bulan. Kenapa masih belum stabil?Tetapi, dia tidak bertanya lebih lanjut dengan ada ayah Jagat di sana.“Ya sudah, sekarang yang harus dipikirkan, bagaimana cara menyampaikan ini ke mama kamu.”“Memangnya, kenapa mama nggak setuju sama Evie, Pa?” tanya Rinjani hati-hati.Ayah Jagat menggelengkan kepalanya lelah. “Papa juga kurang mengerti kenapa mama kamu menolak sampai sebegitunya, tapi yang mama bilang, dia merasa penampilan Evie itu bukan penampilan perempuan baik-baik.”Mengingat penampilan Evie saat dia bertemu gadis itu pertama kali, Rinjani tidak mengerti bagian mana dia terlihat tidak baik-baik.Tetapi, saat dia melihat sosial media gadis itu dia bisa mengerti kena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   85. Ditutup-tutupi

    “Beneran nggak ada apa-apa, Bu. Kangen sesekali kan biasa. Aku Cuma bosan saja, tapi aku sudah menyelesaikan tanggung jawab di rumah kok sebelum berangkat. Jagat juga sudah berangkat tadi.”Ibunya masih menatap Rinjani skeptis. "Kenapa, kesannya kamu tidak mau orang tahu kamu sudah menikah?""Malas menanggapi gosip tetangga," Rinjani mengangkat bahu. "Mereka pasti akan bertanya macam-macam. Sudah punya anak? Suaminya mana kok nggak kelihatan. Kerjaan suaminya apa?”Rinjani memperagakan kalimat itu dengan gaya berlebihan, membuat ibunya menggelengkan kepala.“Hush! Jangan bicara begitu! Pun, kalau mereka bilang gitu, itu Cuma bagian dari basa-basi saja. Nggak benar-benar ingin ikut campur urusan orang lain.”“Sama saja, Bu. Ayu nggak nyaman membicarakan itu dengan orang yang baru aku kenal.”Setelah melihat ekspresi Rinjani akhirnya ayah dan ibunya memutuskan untuk tidak lagi menanyai Rinjani.“Ibu dan Ayah lega kalau memang begitu, kalau ada masalah dengan Jagat, selalu bicarak

  • Gelora Cinta Pria Arogan   84. Insting Orangtua

    Rinjani tertegun mendengar ucapan Jagat itu. Namun, kemudian dia tersenyum kecil. Ini adalah salah satu bagian yang membuat dia lebih yakin menikahi Jagat.Pria itu selalu jujur dengan apa yang dia rasakan, dan tidak enggan menyampaikannya ke Rinjani. Semua kejujuran Jagat membuat Rinjani juga lebih mudah untuk merasa dekat dengan pria itu.“Haha, aku juga sama. Aku sudah berpikir bagaimana menghabiskan seumur hidup yang panjang sama kamu. Ternyata, semuanya Cuma angan-angan.” Matanya terasa panas. Rinjani tidak ingin menangis, tapi dia tidak bisa menahan diri. Perlahan bulir-bulir air mata itu berjatuhan dari sudut matanya.Dengan kasar, Rinjani menghapus air mata itu sebelum sempat jatuh ke pipinya. Jagat menyentuh tangan Rinjani dengan tatapan sendu. “Kamu adalah gadis yang baik. Sangat mudah untuk suka sama kamu, aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada aku.”Rinjani tertawa di tengah tangisnya mendengar itu. “Hahaha, sudahlah. Sejak awal, aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   83. Jadi Janda?

    “Maksudku bertanya itu, bukan mau meragukan Evie, tapi untuk memastikan ke kamu, kalau kamu yakin itu adalah anakmu!”Jagat terdiam tidak mengerti, matanya menatap Rinjani dengan kening berkerut. Saat itu, Rinjani menyadari, sisi baik Jagat juga merupakan sisi yang menjadi kelemahannya kalau dihadapkan pada situasi yang berbeda.Jagat sangat bertanggung jawab dan berusaha mencari jalan tengah untuk semua masalah. Namun, di saat yang sama itu membuat dia terlihat kurang tegas kalau harus memilih di antara dua keputusan.Sikap Jagat yang tidak ingin mengecewakan siapapun itu membuat dia sulit bergerak bahkan ketika situasi sudah mendesaknya untuk memilh.“Aku nggak ngerti maksud kamu apa!”“Kalau kamu yakin itu anakmu, kalau memang kamu yakin Evie tidak akan mengkhianatimu selama kalian bersama, kenapa kamu masih ragu untuk bertanggung jawab?!”Jagat tertegun. “Karena sekarang Aku sudah menikah sama kamu! Aku nggak mungkin meninggalkanmu begitu saja! Sekarang kamu tanggung jawabku!”

  • Gelora Cinta Pria Arogan   82. Solusi Jantan Laki-Laki

    Rinjani tidak ingin menjadi orang ketiga lagi di sana. Dia beranjak dari kursinya tanpa suara dan hendak berjalan ke luar."Rin..." Jagat akhirnya menoleh padanya, matanya penuh pertanyaan."Aku... ke kamar mandi dulu. Kalian lanjut bicara."Dia berjalan menjauh dengan langkah goyah, meninggalkan Jagat dan Evie dalam keheningan yang lebih keras dari teriakan apa pun.Bagaimana dia harus menyikapi ini? Rinjani sama sekali tidak tahu. Kepalanya terasa sangat pusing. Ini adalah masalah yang sangat berat.Hanya saja, dia tidak bisa marah saat melihat Evie. Dia mengerti betul apa yang sedang dialami gadis itu. Dia bersimpati. Namun, di sisi lain, ayah dari anak itu adalah suaminya.Apa yang harus dia lakukan?Rinjani membilas wajahnya dengan air dari wastafel kemudian mengelapnya dengan tisu. Dia mencoba menjernihkan kembali pemikirannya sendiri agar bisa menghadapi semuanya dengan kepala dingin."Berikan aku waktu," Jagat bersuara, tangannya meraih tangan Evie yang dingin. "Aku akan t

  • Gelora Cinta Pria Arogan   81. Tanggung Jawab ke Siapa?

    Dari sudut matanya, Rinjani bisa melihat kalau Jagat sudah hendak menghampiri mereka, tapi Rinjani menggelengkan kepalanya.Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali ke Evie, agar gadis itu tidak curiga.“Kehamilan ini tidak akan mengubah hubungan kami, malah hanya menambah masalah yang nggak perlu.”Rinjani memilih untuk mengucapkan kalimatnya hati-hati. “Aku mungkin nggak tahu apa yang terjadi dengan hubungan kalian, tapi aku rasa, keputusan itu juga harus diambil oleh Jagat, kan? Kamu nggak bisa memutuskan hal sebesar ini sendirian.”“Kenapa nggak? Aku yang mengandung anak ini!” Evie sangat defensif dengan kandungannya. “Aku tidak akan menggugurkannya! Tidak akan pernah!”“Aku juga nggak memintamu melakukan hal keji itu. Apa kamu pernah bayangkan, bagaimana perasaan Jagat kalau sampai dia tahu ini jauh di masa depan saat anak kalian sudah besar?”Evie mengalihkan pandangannya ke arah lain, menolak menjawab pertanyaan itu.“Aku harap kamu bisa merahasiakan ini, aku n

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status