Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

Share

22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-03-13 23:24:04

Kiara merasa harga dirinya benar-benar jatuh di depan pria ini. Dia tidak pernah berinisiatif mendekati laki-laki sebelumnya.

Dan sebagai seorang penyanyi terkenal dengan jutaan fans, laki-laki yang biasanya mengejarnya, tapi dengan Brama semua itu seakan tidak ada artinya. Namun, di sisi lain itu membuatnya semakin tertantang untuk menakhlukkan pria itu.

“Kapan kamu akan membiarkan Rinjani keluar dari perusahaan?” tanyanya tiba-tiba.

Brama mengerutkan kening. “Karyawanku bukan urusanmu.”

Tanpa orang lain, seperti inilah komunikasi yang selalu terjadi di antara mereka.

“Aku bukan bermaksud ikut campur, hanya saja kelihatan banget Rinjani sudah nggak mau bekerja di sini. Mungkin dia canggung dengan semua yang terjadi. Takut karyawan yang lain juga membicarakan.”

Mata Brama menatap tajam Kiara. “Siapa yang berani membicarakan tentangku dan Rinjani di kantor?”

“Bram! Sebentar lagi kita akan bertunangan. Setelah kejadian ini, kalau Rinjani masih terus bekerja di sini, kecurigaan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   92. Mama Minta Bertemu Evie

    “Ma, jangan begitu. Kita juga harus tanya, bagaimana rencana anak-anak ini.”Dengan mata tajam, ibu Jagat menatap suaminya. “Jangan bilang, kamu setuju mereka bercerai? Kamu sudah lupa, kenapa Rinjani menikah dadakan dengan Jagat? Kamu lupa janji kita ke orangtua Rinjani?”Setelah ibu Jagat sadar, mereka memang menceritakan semua yang terjadi pada wanita paruh baya itu.Agar dia tidak terkejut dengan perubahan yang tiba-tiba. Kini mendengar apa yang terjadi, wanita paruh baya itu merasa kalau situasi saat itu tidak adil untuk Rinjani.“Rin, tante nggak tahu harus bilang apa lagi ke kamu. Ini semua salah mama, sudah gagal mendidik anak. Kalau bukan karena keadaan mama semuanya nggak akan jadi kaya gini.”“Ma, jangan bicara gitu. Ini bukan salah siapa-siapa. Ini sudah kehendak takdir. Aku nggak sedih, nggak marah juga. Mama juga jangan marah, nanti kondisi mama drop lagi.”“Lebih baik mama mati kemarin itu! Jadi mama nggak harus melihat semua kejadian ini!” serunya frustrasi.Wanita p

  • Gelora Cinta Pria Arogan   99. Ibu Tahu

    “Lupakan, tentang aku. Bagaimana rencana kalian memberitahu mama?”Jagat langsung menghela napas panjang mendengar pertanyaan itu. “Tadi aku sempat tanya ke dokter yang menangani mama, katanya mama sudah semakin membaik, tapi sebaiknya diperiksa lagi supaya yakin.”Rinjani mengangguk. “Ya, semoga saja semuanya berjalan lancar. Kamu benar-benar tidak punya waktu lagi.”“Ya.” Mata Jagat tiba-tiba berbinar. “Kamu tahu, hari ini aku melihat sendiri USG anak itu.”"Aku melihatnya hari ini," Jagat melanjutkan, matanya berbinar. "Melalui USG. Bentuknya sudah jelas—kepala kecil, tangan mungil. Dan detak jantungnya..." Suaranya pecah. "Terdengar begitu kuat."Rinjani mengamati perubahan ekspresi Jagat—kekaguman, ketakutan, kebahagiaan yang campur aduk. Ini kali pertama dia melihat Jagat dengan emosi sekaya itu di wajahnya."Kamu akan menjadi ayah yang baik," katanya dengan tulus. “Kalian akan bahagia, aku yakin itu.”Jagat menghela napas. "Maaf, aku tahu aku nggak seharusnya mengatakan hal s

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Kembali Ke Brama

    “Nggak papa. Kamu juga berniat baik ngasih tahu aku.” Seolah tidak menyadari kalau itu adalah kata-kata sarkastis dari Brama.Brama menghembuskan napas gusar. Bersama dengan Rinjani, dia seakan selalu bisa jadi jauh lebih sabar. “Kalau begitu aku pergi dulu.” “Hmm, hati-hati.”Brama masih ingin ada di sana berbicara dengan Rinjani, tapi di sisi lain dia juga tidak memiliki topik pembicaraan apapun lagi dengan gadis itu.Dengan langkah berat dia melangkah keluar dari tempat itu, Rinjani mengikuti di belakang Brama sebagai tuan rumah yang baik.“Kalau dia memperlakukanmu tidak baik, kamu bisa bilang ke aku, aku akan membalaskannya untukmu.”Mata Rinjani melebar, dia nyaris tidak percaya kalimat semacam itu bisa keluar dari mulut seorang Brama.“Tenang saja. Aku sudah cukup makan hati. Nggak lagi-lagi. Kalau Jagat memperlakukanku buruk, aku akan langsung meninggalkannya.”Rinjani merasa miris sendiri saat mengatakan hal itu. Di hubungannya dengan Jagat. Bagaimana bisa ada ba

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Perhatian Sia-Sia

    Alis Rinjani semakin berkerut mendengar pertanyaan itu. Apa pria ini tahu sesuatu?“Kok tanya gitu? Kamu mau bicara apa sebenarnya?”Brama menatap wajah Rinjani lama. Ucapan itu sudah sampai di ujung lidahnya. Namun, dia tidak sanggup untuk mengatakannya saat bertemu pandang dengan gadis itu.“Bukan apa-apa. Aku hanya bertanya saja, lupakan.”Rinjani memilih tidak memperpanjang masalah itu, tapi sekarang dia tidak tahu harus membicarakan apa lagi dengan Brama.Akhir hubungan mereka membuatnya seakan salah untuk menanyakan apapun. Kenapa dia berinisiatif mengajak mantan kekasihnya sendiri masuk ke dalam kantornya?Rinjani menyesali basa-basinya tadi, yang menyebabkan dia terjebak di sini sekarang Sibuk berpikir bagaimana cara mengsusir Brama agar dia cepat pulang."Kapan kamu menikah dengan Kiara?" Rinjani tiba-tiba bertanya, mengalihkan topik dengan kasar.Brama menyentak. "Aku... belum ada rencana."Matanya menyelidik, mencari reaksi apapun di wajah Rinjani. Tapi yang dia dapat han

  • Gelora Cinta Pria Arogan   87. Interogasi Tanpa Ujung

    "Brama!" Kiara menyenggol lengannya keras. "Aku sudah tanya tiga kali, mau makan apa?"Brama mengedipkan mata, baru menyadari mereka sudah parkir di depan restoran. Sejak dia melihat Jagat tadi, dia jadi tidak fokus lagi. Dia bahkan sempat keluar saat ibunya sedang diperiksa tadi, hendak mencari pria itu.Tetapi, dia tidak lagi menemukan sosok Jagat. “Apa saja boleh.”“Kamu mikirin apa sih? Dari tadi nggak fokus kayanya.”Brama tersenyum tipis menenangkan ibunya. “Nggak ada. Mama pesan apa? Harus minum obat kan?” Ibu Brama juga tidak terus mendesak Brama, sudah biasa dengan sikap anaknya itu yang suka angin-anginan.Brama menuntun ibunya masuk ke dalam restoran itu dan memesan apa yang bisa dimakan ibunya.Dia tidak menyadari kalau ibunya dan Kiara menatap Brama dengan pandangan dalam.Ada senyum di bibir tipis perempuan paruh baya itu.“Sekarang, Brama sudah berubah banget ya, Tante. Dia jadi jauh lebih perhatian,” celetuk Kiara.“Ya, semenjak perceraian kami, dia jadi

  • Gelora Cinta Pria Arogan   86. Kepergok Selingkuh?

    Jagat menggelengkan kepalanya. “Orangtua Evie tinggal di Bandung, dan Evie bilang kami akan menemui mereka setelah dia melahirkan. Sekarang kondisi kandungannya masih belum stabil.”Rinjani terkejut mendengar itu, dari besar perut Evie dan waktu keduanya berpisah, dia tahu kalau kehamilan itu sudah lewat tiga bulan. Kenapa masih belum stabil?Tetapi, dia tidak bertanya lebih lanjut dengan ada ayah Jagat di sana.“Ya sudah, sekarang yang harus dipikirkan, bagaimana cara menyampaikan ini ke mama kamu.”“Memangnya, kenapa mama nggak setuju sama Evie, Pa?” tanya Rinjani hati-hati.Ayah Jagat menggelengkan kepalanya lelah. “Papa juga kurang mengerti kenapa mama kamu menolak sampai sebegitunya, tapi yang mama bilang, dia merasa penampilan Evie itu bukan penampilan perempuan baik-baik.”Mengingat penampilan Evie saat dia bertemu gadis itu pertama kali, Rinjani tidak mengerti bagian mana dia terlihat tidak baik-baik.Tetapi, saat dia melihat sosial media gadis itu dia bisa mengerti kena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   85. Ditutup-tutupi

    “Beneran nggak ada apa-apa, Bu. Kangen sesekali kan biasa. Aku Cuma bosan saja, tapi aku sudah menyelesaikan tanggung jawab di rumah kok sebelum berangkat. Jagat juga sudah berangkat tadi.”Ibunya masih menatap Rinjani skeptis. "Kenapa, kesannya kamu tidak mau orang tahu kamu sudah menikah?""Malas menanggapi gosip tetangga," Rinjani mengangkat bahu. "Mereka pasti akan bertanya macam-macam. Sudah punya anak? Suaminya mana kok nggak kelihatan. Kerjaan suaminya apa?”Rinjani memperagakan kalimat itu dengan gaya berlebihan, membuat ibunya menggelengkan kepala.“Hush! Jangan bicara begitu! Pun, kalau mereka bilang gitu, itu Cuma bagian dari basa-basi saja. Nggak benar-benar ingin ikut campur urusan orang lain.”“Sama saja, Bu. Ayu nggak nyaman membicarakan itu dengan orang yang baru aku kenal.”Setelah melihat ekspresi Rinjani akhirnya ayah dan ibunya memutuskan untuk tidak lagi menanyai Rinjani.“Ibu dan Ayah lega kalau memang begitu, kalau ada masalah dengan Jagat, selalu bicarak

  • Gelora Cinta Pria Arogan   84. Insting Orangtua

    Rinjani tertegun mendengar ucapan Jagat itu. Namun, kemudian dia tersenyum kecil. Ini adalah salah satu bagian yang membuat dia lebih yakin menikahi Jagat.Pria itu selalu jujur dengan apa yang dia rasakan, dan tidak enggan menyampaikannya ke Rinjani. Semua kejujuran Jagat membuat Rinjani juga lebih mudah untuk merasa dekat dengan pria itu.“Haha, aku juga sama. Aku sudah berpikir bagaimana menghabiskan seumur hidup yang panjang sama kamu. Ternyata, semuanya Cuma angan-angan.” Matanya terasa panas. Rinjani tidak ingin menangis, tapi dia tidak bisa menahan diri. Perlahan bulir-bulir air mata itu berjatuhan dari sudut matanya.Dengan kasar, Rinjani menghapus air mata itu sebelum sempat jatuh ke pipinya. Jagat menyentuh tangan Rinjani dengan tatapan sendu. “Kamu adalah gadis yang baik. Sangat mudah untuk suka sama kamu, aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada aku.”Rinjani tertawa di tengah tangisnya mendengar itu. “Hahaha, sudahlah. Sejak awal, aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   83. Jadi Janda?

    “Maksudku bertanya itu, bukan mau meragukan Evie, tapi untuk memastikan ke kamu, kalau kamu yakin itu adalah anakmu!”Jagat terdiam tidak mengerti, matanya menatap Rinjani dengan kening berkerut. Saat itu, Rinjani menyadari, sisi baik Jagat juga merupakan sisi yang menjadi kelemahannya kalau dihadapkan pada situasi yang berbeda.Jagat sangat bertanggung jawab dan berusaha mencari jalan tengah untuk semua masalah. Namun, di saat yang sama itu membuat dia terlihat kurang tegas kalau harus memilih di antara dua keputusan.Sikap Jagat yang tidak ingin mengecewakan siapapun itu membuat dia sulit bergerak bahkan ketika situasi sudah mendesaknya untuk memilh.“Aku nggak ngerti maksud kamu apa!”“Kalau kamu yakin itu anakmu, kalau memang kamu yakin Evie tidak akan mengkhianatimu selama kalian bersama, kenapa kamu masih ragu untuk bertanggung jawab?!”Jagat tertegun. “Karena sekarang Aku sudah menikah sama kamu! Aku nggak mungkin meninggalkanmu begitu saja! Sekarang kamu tanggung jawabku!”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status