Share

Tameng Pelindung

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-03-01 23:07:21

Suara nyaring Rinjani membuat suasana akhirnya semakin terkontrol. Sisa wawancara dadakan itu berlangsung dengan cukup kondusif.

Tidak berapa lama, manajer beserta tim Kiara datang membantu mereka. Dengan kedatangan manajernya Kiara lalu bisa masuk ke dalam rumah dengan Brama.

Sementara itu, Rinjani ikut membantu mengakhiri wawancara itu dan memastikan kalau semua wartawan itu sudah pergi dari sana.

Senyum ramah dan kalimat manis terus keluar dari mulut manajer dan tim Kiara. Tidak terlihat sedikitpun kemarahan meski perlakuan anarkis wartawan tadi nyaris melukai artis mereka.

Setelah membereskan semuanya, baru Rinjani ikut masuk bersama dengan mereka ke dalam rumah.

Rinjani bisa merasakan manajer Kiara menatapnya sinis beberapa kali tapi dia hanya mengabaikannya.

Manajer Kiara adalah seorang pria berpenampilan flamboyan dengan blouse motif bunga dengan celana chinos berwarna cokelat. Gaya jalannya sedikit kemayu.

“Bikin repot semua orang saja! Kalau sekretaris harusny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   Uninterested

    Orangtuanya yang turun lebih dulu sudah menyambut Brama dengan sikap bingung. Rinjani bisa melihat dari dalam mobil bagaimana Brama menyapa mereka dengan hormat.Sementara itu, Radit mematikan mesin mobil dan langsung membuka bagasi belakang untuk membawa semua barang Rinjani.Dengan ragu, Rinjani ikut turun dari dalam mobil, dan melangkah kaku ke arah Brama. Dia tidak tahuh harus mengucapkan apa."Rinjani? Lama tidak bertemu," sapa Brama dengan nada datar yang sempurna, seolah mereka memang hanya kenalan biasa. Sebuah senyum tipis sopan terukir di bibirnya.Rinjani nyaris tersedak melihat akting pria itu. Dasar aktor ulung, pikirnya sambil memaksa senyum kaku. “Hai ....”Jadi, begini maksudnya mendekati orangtuanya tanpa memberitahu kalau mereka bersama?Mereka harus berbohong lagi?Sungguh Rinjani sudah lelah. Dia tahu, satu kebohongan harus ditutupi dengan kebohongan lainnya, dan akhirnya sama sekali tidak baik.Masalah perceraiannya dengan Jagat adalah salah satu contohnya. Karena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   146. Ketegangan Baru

    “Yu!” katanya, menatap putrinya tajam. “Masih ada yang kamu sembunyikan dari kami?”Dunia Rinjani seakan berhenti sejenak.Kepalanya berdenyut. Napasnya tercekat. Dia tahu, ini adalah kesempatannya untuk mengatakan ke orangtuanya kalau dia kembali bersama Brama. Namun, dia tidak berani.Aku cuma… nggak mau kalian jadi bahan gosip,” suara Rinjani pecah di ruang tamu yang terasa terlalu lengang.Pada akhirnya dia terlalu pengecut untuk mengakui itu dan mengatakan hal yang sejak tadi memberatkan hatinya. “Semua tetangga udah tahu aku menikah, kalau aku tiba-tiba pulang dan tinggal di rumah ini lagi, pasti mereka kepo. Mereka bakal nanya-nanya, bisik-bisik, ngasih tatapan aneh. Aku nggak mau kalian jadi jadi bahan omongan.”Karena orangtuanya menjual sarapan di pagi hari mereka dengan begitu mudahnya berbaur dengan tetangga sekitar tempat itu, dia tidak ingin kehadirannya menggangu kehidupan sehari-hari mereka."Kita tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain!"Sementara ibunya m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   145. Minggat!

    Apa semudah itu? Dia merasa tidak pernah berhasil membuat orangtuanya tenang. Dia tahu jelas, masalah ini akan membuat mereka kecewa kalau tahu, tapi dia masih melakukan itu.Ibu Jagat menghampirinya dan merangkulnya. Merasakan hangat pelukan itu, tangis Rinjani meledak tanpa bisa dia tahan.Tubuhnya gemetar, wajahnya basah, dan suaranya tertahan dalam sesenggukan yang bergetar."Mereka, mereka membenciku sekarang. Aku harus gimana, Ma?” gumamnya sembari sesegukan.Ibu Jagat membelai punggung Rinjani perlahan, menenangkannya seperti seorang ibu pada anaknya sendiri. “Ssst… tenang, sayang. Nggak ada orangtua yang benci anaknya. Mereka cuma butuh waktu untuk menenangkan diri.”“Mereka bilang nggak peduli lagi sama aku!" Rinjani tersedu-sedu.Ayah Jagat mendekat sambil membawa segelas air hangat. “Itu Cuma omongan orang emosi, jangan dimasukkan ke hati. Kasih mereka waktu untuk menenangkan diri.Rinjani menggeleng, matanya merah dan sembap. “Maaf, maaf membuat keributan kaya gini. Karena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   144. Murka Ayah dan ibu

    Dia menatap Brama panik, Brama memegang tangan Rinjani, berusaha menenangkannya.“Bu, nggak usah dipikirkan. Itu bukan apa-apa.”“Yu, jangan bohong sama Ibu. Jangan disembunyikan kalau ada masalah.”Rinjani menghela napas panjang, mendadak dia lelah menutupi ini semua. Dia bisa memaksa Brama untuk tidak membongkar hubungan mereka, tapi dia tidak berhak untuk melarang Jagat dan Evie untuk ikutan sembunyi-sembunyi.“Bu, aku akan bawa Jagat untuk menjelaskan semuanya ke Ibu. Semua itu Cuma salah paham. Kalian nggak perlu khawatir.“Kamu serius?”“Iya, Bu. Aku masih di luar ini. Baru mau pulang, sudah dulu ya.”Dia buru-buru menyudahi pembicaraan itu karena tidak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menatap benda pipih di tangannya itu dengan pandangan melankolis.Seketika, suasana romantis malam itu buyar begitu saja.“Maaf, aku merusak suasana.”“Jangan dipikirkan. Bukan salah kamu.” Brama tidak ingin melihat Rinjani kecewa seperti itu. “Apa rencana kamu?”“Aku nggak tahu.” R

  • Gelora Cinta Pria Arogan   143. Ibu Curiga

    Radit yang baru saja tiba, langsung menegur Brama dengan nada tidak senang."Radit! Sopan santun!" tegur sang ibu.Radit menghela napas. "Maaf, Bu. Aku cuma terkejut." Brama tersenyum maklum. “Nggak Papa, Tante. Aku pamit dulu.” Dia menyalami keduanya sekali lagi dengan penuh sopan santun.Radit sampai terkejut melihatnya. “Biar aku yang antar ke depan.” Dengan gerakan kasar, Radit menyambar lengan Brama. "kita bicara di depan!”Brama membiarkan Radit menariknya menjauh dari sana.“Mbak Rinjani tahu kamu datang ke sini?” Radit bertanya dengan suara kecil saat mereka sudah jauh di gerbang rumah.“Nggak.” Kalau Rinjani tahu, dia tidak akan mengizinkan Brama datang, Brama tahu jelas itu.“Heh! Sudah kuduga! Mbak Rinjani nggak akan pernah setuju membiarkan ayah dan ibu tahu tentang kalian! Kamu bilang apa ke mereka?”Brama menatap pria di depannya itu tenang. Rasanya dia sangat jarang bicara dengan Radit, meski mereka pernah tinggal di tempat yang sama. “Kenapa kamu begitu an

  • Gelora Cinta Pria Arogan   142. Memohon Maaf Orangtua

    Kiara mengejar Rinjani dan mencegatnya."Tolong," desisnya, suara serak dari terlalu banyak menangis. "Aku bisa membayar saham itu. Papa nggak akan melepasnya. Kamu tahu itu!"Rinjani melepaskan genggaman Kiara dengan gerakan halus tapi tegas. "Kalau kamu ingin tetap berkarier, saham itu harus kembali."“Brama, please. Kamu tahu betapa papa menginginkan saham itu.’Di belakang mereka, Brama mengawasi dengan tangan di saku, wajahnya seperti topeng. "Kamu harus berterima kasih pada Rinjani," ujarnya dingin. "Tanpa dia, aku tidak akan memberikan pilihan ini sama sekali."Kiara terhuyung mundur seperti ditampar.Rinjani memandang Kiara dengan tatapan yang tidak menghakimi. "Kamu beruntung masih punya pilihan. Banyak orang kehilangan segalanya tanpa kesempatan untuk memperbaikinya."Kiara tertawa getir. "Kamu pikir tahu segalanya tentangku? Kamu nggak akan ngerti, perjuanganku untuk sampai di titik ini! Kamu dapat segalanya tanpa usaha!""Kamu pikir aku tidak berjuang?" Rinjani mengangkat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status