Share

Momen bahagia

Penulis: Embun Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 22:17:27

Adelia bangun perlahan dari tempat tidurnya. Matahari pagi menyusup dari sela tirai jendela, menyapu lembut wajahnya yang masih setengah mengantuk. Ia memalingkan wajah dan mendapati suaminya, Raka, tertidur lelap di sampingnya. Tubuh lelaki itu hanya tertutup selimut hingga pinggang, dengan dada bidang yang tampak tenang saat bernafas.

Adelia tersenyum kecil, mengingat malam tadi. Malam yang hangat dan penuh rindu. Mereka telah melepas segala gundah dan luka yang sempat mengusik hubungan mereka. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa utuh. Dicintai. Dilindungi.

Perlahan, ia turun dari ranjang, mengambil handuk, dan berjalan ke kamar mandi. Suara air mengalir memenuhi keheningan pagi itu, membasuh sisa-sisa malam penuh cinta.

Tak lama kemudian, Adelia keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, sebagian menjuntai di bahu, sebagian lagi meneteskan sisa air ke bajunya. Ia berjalan ke arah Raka yang kini sudah membuka mata dan tersenyum lebar. Tanpa ragu, pria itu me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Mengalah Demi Kebaikan Sahabat

    Malam itu Antoni pulang dengan langkah gontai, mabuk dan basah oleh hujan. Bau alkohol menyengat dari tubuhnya saat ia masuk ke rumah Anggana. Rambutnya berantakan, napasnya berat, dan matanya merah bukan hanya karena minuman, tapi karena perang batin yang tak lagi bisa ia kendalikan. Ia berdiri lama di ambang pintu, memandangi ruang tamu yang sudah tenang. Rumah itu terlalu hangat untuk hatinya yang dingin. Terlalu damai untuk jiwa yang sedang bergejolak. Pelan-pelan ia melewati ruang tengah, lalu berhenti. Di sana, Adelia tertidur sambil memeluk Delara yang mulai besar. Raka duduk di lantai, bersandar di pinggiran sofa sambil memperhatikan keduanya. Antoni terdiam. Pandangan itu menghantam dadanya seperti palu. Ia terlalu lama di rumah ini. Terlalu dekat. Terlalu nyaman. Dan kini… terlalu terluka. Tak berkata apa-apa, ia langsung masuk ke kamarnya, mengunci pintu rapat-rapat, dan malam itu ia menangis sendirian. Tangis yang tak bersuara, hanya terdengar dari deru napas yang sese

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Cinta Harus Sembunyi

    Malam kembali turun, setelah ia kembali dari rumah Dimas Wirawan, membawa sunyi yang menyesakkan. Di dalam sebuah bar tua yang sepi dari pengunjung, Antoni duduk sendirian di pojok ruangan. Gelas kosong di depannya sudah tiga, dan yang keempat sedang ia genggam erat. Wajahnya sembab, matanya sembunyi di balik bayang-bayang lampu remang. Ia tidak bicara pada siapa pun. Hanya meneguk, meneguk, dan meneguk, seolah mencoba melarutkan perasaan yang tak pantas ia miliki. "Raka, maafkan aku." Kalimat itu hanya terucap di dalam batin. Ia tak berani mengucapkannya secara lantang di depan sahabatnya Raka Anggana. Tak berani menatap wajah sahabatnya dan mengakui bahwa hatinya telah menyimpang dari jalur yang ia jaga selama ini. Ya, ia mencintai Adelia. Ia sadar akan hal itu sekarang. Setelah semua kejadian, setelah pukulan dan caci maki dari Dimas, setelah melihat bagaimana Raka dan Adelia saling menggenggam lagi. Ia menyadarinya. Dan itu sangat menyakitkan hatinya. Karena cinta itu tidak

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Rasa Cinta Tersembunyi

    Langkah Antoni meninggalkan kamar Raka dan Adelia terasa berat. Hatinya bergemuruh, bukan karena marah tapi karena campur aduk yang tak bisa dijelaskan dengan logika. Ia membuka pintu rumah dan berjalan menuju mobilnya. Tidak menoleh ke belakang. Tidak peduli suara tangis atau ketegangan yang tertinggal. Ada satu orang yang harus ia temui malam ini. Satu racun yang harus ia tumpas dengan tangannya sendiri. Dimas. Rumah pria itu terletak di daerah sepi, dijaga dua orang preman yang hanya bisa saling lempar tatapan saat Antoni datang. Mereka tahu siapa Antoni. Mereka tahu tangan itu bukan sekadar tangan pengawal tapi tangan berdosa yang mampu merenggut nyawa tanpa suara. Antoni masuk tanpa salam, tanpa basa-basi. Langsung menuju ruang tamu tempat Dimas duduk santai dengan rokok di tangannya. Dan tanpa peringatan. BUGGHH! Tinju keras menghantam rahang Dimas, membuatnya terlempar dari sofa. Darah memancar dari sudut bibirnya. "Antoni, gila kau?!" bentaknya. BUGHH! Satu pukulan

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Hati Yang Terluka

    Adelia pun terdiam saat Antoni masuk ke ruangan itu. Setahun. Bagi orang lain mungkin hanya hitungan hari, minggu, dan bulan. Tapi bagi Adelia, setahun tanpa Raka adalah sebuah kehidupan penuh luka tanpa cahaya. Ia hidup dalam ketidakpastian. Dalam doa yang tak pernah berhenti. Dalam malam-malam panjang yang ia lalui sendirian, dengan tubuh lelah dan hati yang remuk. Saat semua orang mengira Raka telah tiada, Adelia tetap percaya. Ia menolak membuat makam kosong. Menolak menangisi sesuatu yang belum ia kuburkan. Karena hatinya tahu, cinta itu belum mati. Tapi saat Raka akhirnya kembali. Ia tak menyangka bahwa kepulangan itu akan terasa lebih menyakitkan dari penantian yang panjang. Ada yang berubah. Raka berubah. Tatapannya bukan lagi tatapan lelaki yang dulu bersumpah tak akan pernah meragukannya. Ada goresan tanya di matanya, ada jeda dingin di antara mereka. Dan Adelia tahu, fitnah itu sudah menyusup ke dalam pernikahan mereka. Semua ini tidak terjadi tiba-tiba. Sudah

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Kejahatan Yang Nyata

    "Tidak perlu percaya pada pembohong itu!"Suara Adelia menggema tajam di ruang tamu, menusuk telinga Raka hingga ke dadanya yang sesak. Ia menatap wanita yang ia cintai itu, yang kini berdiri dengan wajah penuh luka dan mata yang basah. Bukan karena Dimas, tapi karena dirinya. Karena suaminya sendiri telah membiarkan keraguan meracuni hatinya."Aku tidak peduli apa yang Dimas katakan," lanjut Adelia, suaranya gemetar menahan isak. "Tapi saat kau menatapku tadi aku tahu. Kau percaya padanya meskipun hanya sesaat."Tanpa menunggu jawaban, Adelia berbalik dan melangkah menuju kamar. Langkahnya cepat, nyaris seperti melarikan diri dari kenyataan. Ia tak sanggup melihat mata Raka lebih lama, karena ia tahu… di sana ada luka yang tak pantas ia tanggung.Raka berdiri diam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada satu kata pun keluar. Ia ingin berteriak bahwa ia tidak percaya pada Dimas. Tapi sayangnya... ia sempat ragu. Dan keraguan itu telah menggoreskan luka yang dalam, tak hanya di hati Adelia, ta

  • Gelora Cinta Sang Mafia    Senyum Diatas Luka

    Hari itu, Raka merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya menjadi seorang ayah. Delara menangis pelan di pelukannya, mungil, rapuh, dan begitu hangat. Ia mengayun-ayunkan tubuh bayi itu dengan lembut, seakan seluruh dunia hanya milik mereka bertiga Raka, Adelia, dan Delara. Tak ada luka. Tak ada masa lalu. Hanya cinta yang membungkus mereka seperti pagi yang baru saja lahir. "Papa tampan nih," gumamnya sambil mencium kening Delara. Adelia menatap dari balik pintu, diam-diam mengusap air mata. Air mata bahagia dan takut. Karena ia tahu, kebahagiaan mereka tak akan bertahan lama. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela dapur. Pelan, namun cukup membuat Adelia menoleh dengan tubuh menegang. Ia melangkah ke sana perlahan. Tapi tidak ada siapa-siapa. Yang ia temukan hanyalah kertas kecil berwarna abu yang tertempel di sisi luar jendela. Tangannya gemetar saat membuka lipatan itu. Dan di sana, tertulis dengan tinta hitam yang terasa dingin: “Tanyakan pada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status