Daniel mengepalkan tangannya geram saat anak buahnya melapor tentang kegiatan Belinda beserta foto-fotonya siang itu. Seperti yang Daniel duga, Belinda bersama Luca. Bukan sekedar bersama, tapi mereka sudah melakukan hal yang di luar batas. "Brengsek! Mereka sudah bermain api dan mereka sama sekali tidak takut terbakar! Sialll!" geram Daniel lagi yang langsung meremat foto-foto itu dan melemparnya. "Bakar semua fotonya dan jangan sampai ada yang keluar menjadi gosip baru," titah Daniel geram. "Baik, Pak!" Dua anak buah Daniel pun langsung memungut foto-foto itu dan membersihkannya dari ruang kerja Daniel. Mereka pun segera keluar dari sana digantikan oleh Lorena yang masuk diam-diam. Lorena memang belum tinggal di rumah itu lagi karena Pak Landon tidak mengijinkannya, tapi sejak tahu Belinda pergi dari rumah, setiap hari Lorena akan datang untuk menghibur Daniel karena Daniel sendiri juga bekerja dari rumah sepanjang hari. "Wajah para anak buah terlihat tegang, Kak Daniel, apa k
Jantung Belinda sudah memacu tidak terkendali saat ini, tubuhnya gemetar, dan ini terasa seperti nightmare saat melihat suaminya berdiri di depan pintu kamarnya dan Luca. Bukan hanya sendirian, melainkan bersama tiga orang anak buah di belakangnya. Entah apa maksud Daniel membawa anak buah seperti ini. Namun, yang pasti, Belinda merasa terancam dan Belinda berharap Luca segera kembali. "D-Daniel ...." Daniel sendiri langsung tersenyum menatap istrinya yang sedang ketakutan itu. "Hai, Sayang. Kau pergi tanpa pamit dan aku menjemputmu seperti biasanya." Belinda menelan salivanya dan menggeleng. "Aku tidak mau pulang. Aku tidak mau pulang jadi pergilah dari sini." Dengan cepat, Belinda berniat menutup pintunya, tapi Daniel sudah menahan pintu itu dan malah menghentaknya terbuka. Gerakan itu begitu kasar sampai Belinda pun terhuyung ke dalam dan Daniel ikut masuk bersama tiga anak buahnya. "Aku tidak mengijinkanmu masuk, Daniel! Keluar atau aku akan berteriak!" ancam Belinda. Namu
"Daniel! Daniel sialan!" geram Luca sambil berlari dengan panik kembali ke parkiran resort. Jantungnya berdebar kencang dan napasnya tersengal. Luca mencemaskan Belinda, sangat mencemaskannya.Entah apa yang akan Daniel lakukan pada Belinda setelah Belinda membuat masalah dan kabur. Luca juga yakin kalau Daniel tahu tempat persembunyian Belinda, berarti Daniel juga tahu bahwa Belinda tidak sendiri, melainkan bersamanya. Tentu saja Luca makin bergidik dibuatnya karena Luca takut Daniel akan menyakiti Belinda. "Sial!" geram Luca lagi yang akhirnya tiba di parkiran. Luca langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling dan bertanya pada petugas parkir apakah mereka melihat wanita dengan ciri-ciri seperti Belinda, tapi petugas parkir tidak tahu apa pun. Luca masih tetap mencari di parkiran yang memang besar dan banyak mobil berjejer itu, sampai akhirnya Luca melihat seorang pria yang sedang berdiri di samping mobil. Pria itu adalah pria yang tadi ingin bertanggung jawab atas mobil Luca.
Luca masih menyetir mobilnya dengan begitu fokus saat lagi-lagi Baron menabrak mobilnya dari samping. Jalanan yang mereka lewati memang tidak terlalu lebar. Jalanan itu bisa dilalui oleh dua mobil dengan sangat cermat dan hati-hati. Baron pun memanfaatkan kondisi itu untuk menyalip dan menabrak mobil Luca dari samping. Sret ....Terdengar suara goresan body mobil yang memekakkan telinga saat Baron memaksa menyalip. Dan tabrakan dari samping itu sempat membuat mobil Luca kehilangan arah. Namun, bukan itu yang menghentikan Luca karena Luca masih bisa mengendalikan mobilnya. Tepat saat Luca akan memperbaiki arah mobilnya lagi ke depan, Luca pun langsung membelalak saat melihat mobil Baron entah bagaimana sudah ada di depan sana, sudah mengarah padanya, dan bersiap menabraknya. "Oh, sial! Sial!" geram Luca yang berusaha membanting setirnya untuk menghindari mobil Baron, tapi mobil Baron sudah melaju dengan kencang dan menabraknya dengan begitu keras. Brak!"Arrgghh! Luca!!!" pekik Bel
Luca membuka matanya perlahan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah dinding berwarna putih, ada tirai di sana, dan aroma obat-obatan yang menusuk yang membuat Luca pun sadar bahwa saat ini ia sudah ada di rumah sakit. "Bos, kau sudah sadar, Bos? Syukurlah, Bos!" Luca mengernyit mendengar suara Jedy dan saat Luca menoleh, itu benar-benar Jedy. Entah bagaimana Jedy bisa menemaninya. "Jedy?" "Iya, ini aku, Bos. Aku cemas sekali saat mendengar kau mengalami kecelakaan. Pihak resort membawamu ke rumah sakit di kota karena di sana alatnya tidak memadai. Mereka menghubungi keluarga Alfredo dan aku langsung ke sini, Bos." Luca makin mengernyit dan berniat bangun, tapi tubuhnya terasa kaku dan sakit. Kepalanya pun masih berdenyut hebat dan rasanya sangat tidak nyaman. Luca ingin bertanya banyak hal, tapi rasanya Luca masih tidak mampu bicara banyak. "Belinda ... mana dia?" "Ah, katanya Bu Belinda sudah pulang ke rumah bersama Pak Daniel tadi malam, tapi aku juga belum sempat ke r
"Aku di sini! Dan aku ... adalah korban kekerasan yang dilakukan oleh suamiku, Daniel Alfredo!" Tatapan Belinda goyah menatap begitu banyaknya orang di sana. Suaranya pun bergetar. Sekalipun Belinda sudah sering menghadapi banyak orang, tapi menghadapi orang dengan kondisi dirinya yang seperti ini adalah yang pertama kali untuknya. Debar jantung Belinda memacu kencang dan tangannya basah akan keringat. Tubuhnya juga sedikit meriang, mungkin efek dipukuli, mungkin efek tegang. Belinda tidak tahu. Yang Belinda tahu adalah ia tidak bisa mundur dan tidak boleh mundur lagi. "Aku ... dipukuli oleh suamiku sendiri dan menjadi korban KDRT selama dua tahun pernikahan kami," imbuh Belinda dengan begitu lantang. Seketika kilatan kamera wartawan pun langsung terarah pada Belinda. Lebam dan bengkak di wajah Belinda terlihat begitu jelas sampai semua orang mulai menatap Daniel dengan cara yang berbeda. Hector dan Diana sampai terdiam tidak percaya melihat apa yang terjadi pada Belinda, sedangka
Luca langsung membawa Belinda ke rumah sakit dan memaksa Belinda dirawat. Belinda sendiri juga meminta Luca dirawat bersamanya, tapi Luca menggeleng. "Aku baik-baik saja, Belinda. Selama aku masih bernapas, aku baik-baik saja. Kau yang terpenting, Belinda!" Belinda pun merasakan kehangatan yang luar biasa di hatinya dan ia pun akhirnya setuju dirawat, tapi tetap dengan syarat, Luca juga harus mau dirawat. Hingga akhirnya mereka memilih satu kamar berdua agar mereka bisa dirawat bersama. Hanya saja, Luca tidak pernah berbaring dan terus bergerak untuk melayani Belinda. Luca pun mengutus Jedy untuk memanggil polisi agar Belinda bisa melaporkan Daniel. Sudah cukup Daniel keterlaluan dengan semua sikapnya dan dilaporkan pada polisi adalah efek jera yang paling pantas untuknya. Belinda sendiri pun akhirnya setuju melaporkan Daniel ke polisi dan para polisi pun akhirnya datang ke rumah sakit. "Aku ... aku ingin membuat laporan penganiayaan. Pelakunya adalah suamiku sendiri, Daniel Alfr
"Pasti ada yang salah di sini, Pak. Aku ini anggota dewan, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu kan?" "Silakan dijelaskan di kantor polisi saja, Pak." Daniel menatap penuh amarah pada para polisi yang berdiri di samping mobilnya. Namun, sialnya, memberontak akan membuatnya terlihat makin buruk saat ini. "Baiklah, aku akan ikut, tapi dengan mobilku sendiri," seru Daniel akhirnya. Baron pun akhirnya melajukan mobilnya ke kantor polisi dengan pengawalan ketat dari dua mobil polisi yang menjemput Daniel tadi. "Sial, mengapa semuanya menjadi seperti ini? Luca dan Belinda! Sial! Kau juga tidak becus, Baron. Seharusnya kau mematahkan satu tangan atau kakinya, tapi Luca malah baik-baik saja! Sial!" geram Daniel lagi tanpa perasaan. Tidak peduli saudara atau siapa pun. Sejak menjadi ambisius dalam pekerjaan dan politik, Daniel sudah tidak peduli lagi dengan etika atau hubungan darah. Daniel pun terus mengumpat dan berakhir dengan menelepon semua orang yang bisa membantunya, term