Home / Romansa / Gelora Hati Yang Terbakar / Bab 11. Tindakan Sigap Arnold

Share

Bab 11. Tindakan Sigap Arnold

last update Last Updated: 2025-06-27 14:54:03

“Kenapa kau lama sekali? Apa yang kau lakukan di luar, Alana?” tanya Arnold dengan nada tenang, ketika melihat Alana yang baru tiba di dalam dan kini duduk di hadapannya. Pria tampan itu sudah lebih dulu masuk ke dalam restoran, tetapi Alana sejak tadi tak kunjung muncul.

“Oh, maaf sudah membuatmu menunggu. Di luar ada seorang nenek tua dan aku memberinya sedikit uang untuk dia beli makan,” ujar Alana menjelaskan alasan dirinya yang baru masuk ke restoran.

Arnold mengalihkan pandangannya ke luar restoran. “Di mana nenek tua itu?” tanyanya di kala tak melihat siapa pun di luar.

“Nenek tua itu sudah pergi setelah aku menberikan uang,” jawab Alana memberi tahu. Namun, dia memilih untuk tak menceritakan pada Arnold tentang ucapan nenek itu. Sebab, dia berpikir bahwa ucapan nenek tua itu hanya candaan saja.

Arnold mengangguk. “Aku sudah memesan beberapa makanan. Kalau ada yang kau inginkan, kau bisa pilih lagi.”

“Aku rasa cukup. Aku selama ini tidak pemilih dalam hal makanan,” jawab Alana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 12. Kau Hanya Teman Tidur

    Arnold meletakan tubuh Alana ke kursi mobilnya. Pria tampan itu menatap Alana dengan wajah yang menggigit pucat, dan diselimuti rasa ketakutan yang mendalam. Ada sesuatu di dalam dirinya, yang merasakan tak nyaman melihat itu semua.“Kau sudah aman,” ucap Arnold hangat, menengakan Alana dari rasa takut yang mendera wanita itu.Alana memeluk tubuhnya, dengan mata yang berkaca-kaca. “A-aku takut tenggelam. A-aku pikir aku akan mati, Arnold.”Arnold tersenyum samar. “Kolam renang itu tinggi, tapi selama kau di dekatku, aku tidak akan mungkin membiarkanmu mati.”Alana terdiam, dan seketika hanyut akan kata-kata menenangkan pria tampan itu. “Dulu aku suka sekali berenang, tapi aku trauma karena pernah tenggelam. Dan trauma yang aku miliki, membuatku takut untuk berenang lagi. Aku tidak tahu bagaimana nasibku, kalau kau tidak menyelamatkanku, Arnold. Terima kasih banyak,” ucapnya pelan, memberi tahu.Arnold tak langsung menjawab ucapan terima kasih Alana. Pria tampan itu terdiam sejenak, me

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 11. Tindakan Sigap Arnold

    “Kenapa kau lama sekali? Apa yang kau lakukan di luar, Alana?” tanya Arnold dengan nada tenang, ketika melihat Alana yang baru tiba di dalam dan kini duduk di hadapannya. Pria tampan itu sudah lebih dulu masuk ke dalam restoran, tetapi Alana sejak tadi tak kunjung muncul.“Oh, maaf sudah membuatmu menunggu. Di luar ada seorang nenek tua dan aku memberinya sedikit uang untuk dia beli makan,” ujar Alana menjelaskan alasan dirinya yang baru masuk ke restoran.Arnold mengalihkan pandangannya ke luar restoran. “Di mana nenek tua itu?” tanyanya di kala tak melihat siapa pun di luar.“Nenek tua itu sudah pergi setelah aku menberikan uang,” jawab Alana memberi tahu. Namun, dia memilih untuk tak menceritakan pada Arnold tentang ucapan nenek itu. Sebab, dia berpikir bahwa ucapan nenek tua itu hanya candaan saja.Arnold mengangguk. “Aku sudah memesan beberapa makanan. Kalau ada yang kau inginkan, kau bisa pilih lagi.”“Aku rasa cukup. Aku selama ini tidak pemilih dalam hal makanan,” jawab Alana

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 10. Ada Orang yang Dendam Padamu!

    Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Alana menutup MacBook-nya, dan menghela napas berat. Ruangan kerja perlahan sepi, hanya menyisakan suara detik jam dan pendingin ruangan yang berdesis pelan. Pikirannya sekarang masih dilingkupi rasa kesal, yang membentang di dalam diri. Arnold dan Megan yang sedang makan siang, tapi belum juga kembali.“Ah, biarkan saja!” Alana menggelengkan kepalanya, tidak mau memikirkan Arnold yang belum kembali padahal sudah lebih dari lima jam pria itu keluar dari kantor.Alana memilih menenangkan pikiran dengan logikanya. Dia tak memiliki hak di hidup Arnold. Jadi, apa pun yang dilakukan Arnold itu harusnya bukan menjadi urusannya. Pria itu bisa melakukan apa pun yang diinginkan.Alana memasukan ponsel dan dompetnya yang ada di atas meja, ke dalam tasnya. Lantas, dia hendak pergi dari sana, tetapi geraknya terhenti melihat Caroline Weir—salah satu staff muda di Blackwell & Blackwell Company, melangkah menghampirinya.“Alana, maaf mengganggumu. Apa kau su

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 9. Rasa Penasaran yang Tak Terkendali

    Alana menatap cermin, melihat matanya sedikit sebab. Wanita cantik itu sudah mengompres matanya menggunakan es batu, agar tidak terlalu bengkak. Namun, tetap saja sembab masih terlihat. Beruntung, tadi di kala meeting berlangsung, dia bisa menutupi sembab dengan riasan wajah.“Siapa tadi yang menarik tanganku? Apa aku tadi bermimpi?” gumam Alana sambil membaringkan tubuhnya di ranjang.Tadi, Arnold sudah meminta klien menyelidiki apakah ada orang asing masuk ke ruang rapat atau tidak, tetapi ternyata hasil yang didapat adalah tidak ada siapa pun yang naik ke ruang rapat itu. Meski Alana yakin ada orang asing datang, tetapi wanita itu tak ingin bersikeras.Alana mengerti akan kode etik. Apalagi perusahaan kliennya itu bukan perusahaan kecil. Dia merasa apa yang terjadi padanya begitu nyata. Rasa takut menggerogoti di dalam dirinya. Namun, di kala lampu menyala tadi, semua hilang seakan—dirinya ada di dalam dunia mimpi.“Sepertinya, aku kelelahan sampai banyak berkhayal sembarangan,” gu

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 8. Rasa Mencekam yang Membuat Alana Takut

    Pagi menyapa, Alana sudah tiba di kantornya. Wanita cantik itu datang lebih cepat ke kantor, berusaha mengubur semua mimpi buruk yang menghantuinya semalam. Kini dia berada di toilet, dia berdiri lama di depan cermin, memandangi wajahnya dengan saksama—berusaha memastikan riasannya tampak profesional: tidak terlalu mencolok, tapi cukup menutupi kelelahan di balik mata yang sembab.Tangan kirin Alana merapikan helaian rambut yang membandel, sedangkan tangan kanan menggenggam kecil botol parfum yang sempat dia semprotkan ke pergelangan tangan. Dia menarik napas panjang, menenangkan degup jantung yang mulai tak karuan.Pikiran Alana berusaha fokus pada pekerjaan. Namun, ada satu hal yang mengganggunya—atau lebih tepatnya, satu sosok: Arnold—pria itu bukan hanya bosnya, melainkan badai tenang yang mampu mengguncang isi kepala dan hatinya dalam diam. Setiap berada di dekat Arnold selalu menyisakan getaran samar di dadanya, getaran yang seringkali sulit dia kendalikan.Alana kini melangkah

  • Gelora Hati Yang Terbakar   Bab 7. Rencana yang Sudah Disusun Lama

    “Oh, Tuhan! Kenapa dia mengungkit lagi?” Alana menjatuhkan tubuh di sofa, merunduk, dan tangannya meremas lengan dengan gemetar. Mata wanita itu menatap kosong ke arah jendela besar lalu mengembungkan pipinya dengan napas pelan.Malam panas yang terjadi beberapa hari lalu itu seharusnya terkubur bersama waktu—di sudut tergelap dari ingatannya. Alana tidak ingin lagi mengingat bagaimana tubuhnya dan tubuh Arnold menyatu dalam gejolak yang memabukkan. Namun tadi, dengan nada santainya, Arnold kembali mengungkit. Senyuman tipis pria itu menusuk seperti pisau. Pria itu sekana menusuk bukan hanya hatinya, tapi harga dirinya.“Aku tidak mau mengingatnya lagi ...,” desis Alana sambil berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Dia membuka keran bathtub dan membiarkan air hangat mengisi ruang itu dengan uap pelan-pelan. Uap mulai memenuhi kaca dan ubin.Setelah air cukup penuh, Alana menanggalkan pakaiannya dengan gerakan lambat, nyaris ragu. Wanita itu kini menatap bayangannya di cermin, tubuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status