"Mas Adit," lirihku.
"Hildan lepasin aku!" Kudorong tubuh Hildan hingga tersungkur. Mata ini terus menatap pada Mas Adit. Di belakang dia juga ada Ilham. Sial ….
Buk!
Buk!
Buk!
Tiga kali Mas Adit melayangkan tonjokan untuk Hildan.
"Kamu! Detik ini juga kujatuhkan talak tiga!" pekik Ilham.
"Jangan pernah injakan kaki di rumah atau pun klinik ini lagi!" tegas Mas Adit.
"Ini nggak kaya yang Mas Adit lihat! Ini salah paham," kelitku.
"Nggak usah banyak berkelit! Kamu pikir aku bodoh!" Ilham menimpali penuh emosi.
"Am, lo ditinggal Ningrum selingkuh nggak ada rasa sedih?" tanya Milka sambil asik mengunyah cemilan favoritnya."Jujur ya, sebenarnya selama ini gue itu nggak ada perasaan untuk Ningrum. Cuma melihat perjuangan dia buat dapetin gue, Nggak ada salahnya gue nyoba. Eh apeknya, ketipu gue sama muka polosnya." Ilham tertawa mengingat awal perkenalan dengan Ningrum."Masa sih, nggak ada perasaan buat, Ningrum?" tanya Tiara menimpali. "Kamu nggak ingat waktu nggombalin Ningrum di depan kami? Ya 'kan, Mas?" Tiara mengalihkan pembicaraan pada suaminya."Ya, itukan dalam proses mencintai, Ra. Tapi sumpah, aku berusaha mencintai Ningrum itu membutuhkan perjuangan super extra. Berasa nikah sama ABG labil. Gila!" celetuk Ilham yang ditertawakan oleh Adit."Serius itu ngomong begitu?" Milka mengubah posisi duduk menghadap Ilham. Dia ingin m
"Mas kamu kenapa jarang pulang?" Protes Ida pada Hildan."Kamu nggak mau kan tinggal di rumahku yang dekat dengan rumah sakit dan kantor. Kamu lebih suka tinggal numpang bersama Abangmu yang benci banget sama aku! Tambah lagi si Sandra Kaka ipar kamu itu!" cetus Hildan."Pokoknya kamu jangan macam-macam lagi di belakang aku, Mas!" ancam Ida."Sadar diri kamu! Seperti apa bentuk tubuhmu! Tidak ada pria yang mau jadi suami kamu, Da! Nggak usah belagu!" cemoh Hildan berbisik di telinga Ida. Sungguh, seketika Ida teringat kelakuan Abangnya pada Tiara. Seperti inikah sebuah karma. Kalau tidak berpikir panjang tentang anak, mungkin saja Ida sudah meninggalkan Hildan. Tapi dia masih memberi kesempatan untuk Hildan. Dia menganggap ini karma hidupnya. Dulu dia sendiri mneyuruh Abangnya menduakan Tiara. B
"Mas! Kamu nggak apa-apa?" tanya Ida pada Ningrum. Sebenarnya Ida sendiri syok melihat Ningrum dan suaminya. Seperti tidak ada tempat lain untuk melakukannya."Tutup pintunya," ucap Ilham. Ida mengangguk dan langsung menutup pintu. Sementara itu, Ida melihat madu dan suaminya tengah mengenakan pakaian. Sementara Ilham kembali memuntahkan sesuatu meski telah menahannya. "Hhhooekk.""Hhhooekkk." Hanya air liur yang keluar dari mulutnya."Mas! Kamu nggak apa-apa kan?""Nggak apa-apa gimana? Aku jijik. Emang kamu nggak jijik?" tanya Ilham pada Ida."Udah nggak usah dibahas. Kepalaku pusing," sungut Ilham. Ida jadi merasa tidak enak.Krek!
Adit sudah sampai di Swiss beberapa jam yang lalu. Dia pun segera memberi kabar pada Tiara.Setelah memberi kabar pada Tiara, Adit dan Bara pun keluar untuk bertemu client.Bruk!Seorang perempuan menabrak Adit."Zilfa?" ucap Adit senang."Aa … Adit?" ucap Zilfa tak kalah senang."Ya Tuhan … Zil! Lo apa kabar? Nggak nyangka gue ketemu lo disini.""Iya, gue juga nggak nyangka ketemu lo disini. Lo apa kabar? Udah nikah?" tanya Zil."Udah mau punya anak tiga malah. Oh iya, gue buru-buru. Ni kartu nama gue. Jangan lupa lo hubungi gue," ucap Adit berlalu menyusul Bara.&nb
"Bund! Bunda!" ucap Adit. Wajahnya sangat panik melihat perempuan yang dicintainya menangis."Bunda! Bangun! Ih, dicariin malah tidur dipojokkan gini," ucap Adit. Bara, Sandra serta Milka juga sampai geleng-geleng kepala. Mereka menyalakan senter hape masing-masing."Ayah!" teriak Tiara. Dia langusung memeluk suaminya dan melirik sinis pada Milka. Milka pun menjadi heran dibuatnya."Kok masih gelap? Bukannya tadi udah nyala lampunya? Terus, bukannya tadi aku di kamar yak?" tanya Tiara."Apa? Orang kami nyariin kamu. Malah kamu tidur, tapi nangis. Ayah bingung," ucap Adit."Aku mimpi buruk, Yah," ucapnya."Mimpi apa?" tanya Adit.
Pagi ini Ningrum bersiap untuk pergi melancarkan misinya. Rasa haus dalam diri mampu menutup mata hati dan pikiran. Rasa ingin memiliki setiap orang yang dia inginkan membuatnya nekat melakukan hal yang melawan aturan. Siapa mereka berani memainkan perasaanku? Selalu itu yang dipikirkan olehnya. Begitulah, Ningrum. Tak sadar akan apa yang dia lakukan. Dan yang dia pikir hanya benar dan benar. Tak mau mengakui kesalahan dan selalu merasa menjadi korban."Kamu mau kemana, Rum?" tanya Ida."Bukan urusan elu, gue mau kemana! Nggak usah banyak nanya! Nggak suka gue," celetuknya. Ida diam dan merasa malu mendengar jawaban Ningrum. Padahal dia bertanya baik-baik. Ningrum terdiam sejenak. "Gue akan bikin kalian yang nolak ataupun menghina bahkan mencaci, bertekuk lutut sama gue," batinnya."Minggir lu kebo!" sungutnya beranjak keluar. "Ja
Sepulang dari Swiss, paginya mereka langsung berolahraga bareng. Badan Adit terasa kaku. Kebetulan juga, Sandra dan Bara menginap di rumah Adit. Karena, tiba di Indo larut malam."Tiara! Berhenti menatapku," ucap Adit karena istrinya menatap tanpa kedip. Mengagumi semua yang dimiliki oleh suaminya."Kenapa memang?" tanya Tiara."Aku lagi berkonsentrasi," jawabnya dengan bahasa formal."Dengan aku menatapmu, akan menambah konsentrasimu, Sayang …," ujar Tiara menggoda."Lebay banget sih kalian!" cetus Milka."Hhhhaah." Tiara tertawa."Jeles dia! Ilham masih belum nongol," sahut Adit tertawa."Ngomongin gue ye?" Ilham datang dengan memakai celana pendek dan kemeja putih lalu duduk santai di kursi ruangan kusus Gym."Kamu santai banget sih,Yang. Bukan olahraga," protes Milka. 
Seperginya Bara dan Ningrum. Ketiga perempuan itu bermusyawarah untuk mendapat jalan keluar. Sementara, suara teriakan dari dalam kamar tidak lagi terdengar.Beruntung, di era moderen dan serba canggih, mereka cukup mnecari informasi lewat gogle."Tanda-tanda, suami kena pelet," ucap Sandra. Milka dan Tiara tertawa mendengar ucapan Sandra."Tanda-tanda perempuan pake susuk," ucap Milka."Cara membuat sadar suami yang terkena efek susuk pemikat," ucap Tiara. Ketiganya asal saja mencari informasi. Berbekal rasa curiga, mereka pun mencari kebenarannya."Eh, seandainya susuk tidak haram alias diperbolehkan, kelinik kecantikan, Adit sepi pelanggan kali ya?" tanya Sandra."Itulah kenapa