Share

Bab 6. Kembalikan barang yang bukan milikmu

Hujan kembali menyirami kota Jakarta. Nayyara mengeluarkan sepeda motor nya untuk memulai aktivitas nya seperti biasa, tak lupa ia memakai helm dan juga pelindung hujan untuk melindungi dirinya. Hujan itu tipis, namun bisa membuat pakaian basah bagi yang berjalan di bawahnya

Belum sempat Nayyara menaiki sepeda motor nya, seseorang menarik tangannya dari belakang menampilkan sosok Rania dengan wajah yang terlihat merah menahan amarahnya

"Apa yang kau lakukan?" tanya Nayyara berusaha melepas cekalan tangannya

"Sudah berulangkali aku katakan jangan pernah sekali-kali mencari kesempatan untuk mendekati kak Faris, perempuan murahan!" bentak Rania geram kala mengingat Nayyara pulang bersama Faris

"Apa hubungannya denganmu? Apa kamu punya hubungan spesial sama kak Faris? Tidak, kan?" jawab Nayyara setenang mungkin walaupun sebenarnya ia merasa kesal Rania menyebutnya sebagai wanita murahan

Kemarahan Rania semakin memuncak melihat Nayyara yang sudah mulai berani padanya, dengan cepat ia mengambil kunci motor Nayyara dan melemparkannya ke sembarang tempat

"Apa-apaan kamu Rania!" bentak Nayyara tanpa sengaja mendorong Rania

"Nayya" terik Fania yang entah keluar dari mana segera menghampiri dengan menatap Nayyara penuh amarah

Plak

Seketika wajah Nayyara langsung tertoleh kesamping saat tamparan keras itu mendarat ke pipinya, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Nayyara merasakan perih di bagian pipi kanannya

"Anak gak tahu diri! Berani kamu menyakiti anakku. Hah!"

Nayyara menatap Fania dengan tatapan sendu sebelum kembali bersuara untuk membela diri. "Tapi, Rania duluan bun, dia-" belum sempat Nayyara melanjutkan, sebuah tamparan kembali mengenai pipinya

Plakk

"Diam! Sekali lagi aku lihat kamu berani menyentuh atau menyakiti putriku. Habis kau di tanganku!" bentak Fania dengan napas memburu, kemudian berlalu dari hadapan Nayyara dengan merangkul lembut tubuh Rania

Nayyara menatap kepergian dua orang wanita itu dengan hati yang pilu, dadanya terasa sesak. Sakit hati dan keperihan itu menjalar memenuhi hatinya. Air matanya jatuh tanpa mampu ia minta, sampai kapan ia akan terus di perlakukan tidak adil oleh kedua orangtuanya

Apa kesalahannya sampai ia harus terus di sakiti seperti ini? Kenapa segala kebaikannya tidak ada yang berbekas sama sekali di hati kedua orang tuanya dan juga Rania adiknya? Nayyara mengusap kedua matanya, ia tidak kuasa menahan air matanya yang terus saja mengalir membasahi pipinya. Ia sudah berusaha untuk tidak akan lagi menangis, namun nyatanya hatinya tidak sekuat itu.

***

Sore itu, mendung kembali menyapa. Awan-awan sebagian sudah berwarna abu-abu kehitaman. Matahari seakan menyelesaikan tugasnya lebih awal dari biasanya, Nayyara baru selesai mengerjakan shalatnya setelah tahu bahwa sebentar lagi waktu ashar akan segera berakhir. Ia terlalu fokus mengerjakan pesanan kue yang kian menumpuk hingga membuatnya terlambat mengerjakan kewajiban nya.

Ya. Nayyara baru mengenal Islam, Agamanya baru-baru ini. Ia baru mempelajarinya sedikit, itupun tanpa sepengetahuan keluarga nya. Sebab, Nayyara tahu bahwa kedua orangtuanya akan sangat menentang jika mengetahui dirinya sedang mempelajari agama tertentu, kedua orang tua Nayyara sangat tidak mempercayai adanya Tuhan, bagi mereka, pencapaian yang mereka miliki saat ini itu murni hasil dari jerih payah mereka sendiri tanpa adanya campur tangan Tuhan.

Dan hal itu yang membuat Nayyara dan juga Rania seakan mengikuti jejak kedua orangtuanya, sedari kecil hingga kini beranjak dewasa, tidak sekalipun mereka melihat atau mendengar orang tua mereka mengajak untuk beribadah, baik itu dalam agama Islam atau agama lainnya. Agama yang tertera di atas ijazah ataupun berkas lainnya hanya sebagai formalitas saja.

Saat berada di rumah, Nayyara akan diam-diam mengerjakan shalat nya dengan tidak lupa memeriksa pintu kamarnya yang selalu ia kunci sempurna. Sebelum melakukan kegiatannya

"Nayya, di luar ada yang nunggu kamu tuh" ucap Salwa memecah lamunan Nayyara

"Siapa? Kak Faris?" tebak Nayyara

"Iya" balas Salwa cepat

Nayyara menghela napas panjang saat mengetahui Faris masih saja menemuinya, bukan tidak suka, hanya saja Nayyara ingin meminimalisir pertemuannya dengan Faris yang dapat menimbulkan masalah baru lagi antara dirinya dengan Rania.

Nayyara meraih benda pipih yang terletak di atas meja kerjanya dan segera mengirim pesan pada Faris, meminta agar laki-laki berwajah tampan itu tidak lagi menunggu dirinya meskipun ada rasa bersalah dalam hatinya, namun Nayyara bisa apa? Ia hanya berusaha untuk melindungi dirinya supaya tidak lagi berurusan dengan hal-hal yang menyangkut dengan Rania.

Nayyara memasuki rumah dengan sangat hati-hati, hatinya dilanda rasa takut mengingat ia pulang terlambat di sebabkan menunggu Faris yang tak juga kunjung pulang meski sudah mendapat pesan darinya. Nayyara menunggu hingga Faris merasa jenuh sendiri, hingga memutuskan untuk pulang setelah Nayyara tidak juga menampakkan diri

"Syukurlah ayah sama bunda sudah tidur" Nayyara bernafas lega setelah sampai di depan pintu kamarnya

Namun saat membuka pintu kamarnya, Nayyara di kejutkan dengan keadaan kamarnya yang terlihat sangat berantakan, bahkan baju-baju dari lemari pakaian nya pun sudah berserakan di lantai. Nayyara melihat Rania yang masih sibuk mencari sesuatu tanpa memperdulikan kehadirannya

"Rania! Apa yang kau lakukan?" Nayyara menghentikan pergerakan Rania yang masih terus saja mengeluarkan baju-bajunya di dalam lemari

Bukannya mengindahkan pertanyaan Nayyara, Rania justru menepis kasar tangan Nayyara dan melanjutkan kegiatannya

"Hentikan, Rania!" bentak Nayyara, ini pertama kali baginya meninggikan suara di depan Rania adiknya.

Sejenak, Rania terdiam mendengar Nayyara yang membentaknya dengan keras. Ia menghentikan kegiatannya dan beralih memandang Nayyara dengan tatapan nyalang

"Apa-apaan kamu! Lihat, seluruh barang-barang milikku berserakan gara-gara kamu, apa kamu nggak punya sopan santun? Masuk kamar orang seenaknya dan menghancurkannya" ucap Nayyara yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan amarahnya, tubuhnya sudah benar-benar lelah. Rasanya ia ingin segera merebahkan tubuhnya. Namun yang terjadi malah sebaliknya

Nayyara melihat kotak perhiasan pemberian Delia saat ia berulang tahun itu sudah berada di tangan Rania. Jadi sedari tadi Rania membongkar seisi kamarnya hanya untuk mencari itu? pikir Nayyara

"Kembalikan, itu bukan milikmu?" Nayyara mencoba meraih kotak itu dari tangan Rania. Namun dengan cepat Rania menepisnya

"Barang semahal ini sangat tidak layak di pakai oleh wanita kampungan seperti kamu" ucap Rania dengan senyum mengejek

"Terserah kamu mau bilang aku apa, cepat balikin" Nayyara masih terus berusaha untuk mengambil nya kembali

"Rania! Kenapa kamu selalu saja suka mengambil sesuatu yang seharusnya bukan menjadi milikmu? Apa kamu tidak malu? Dengan begini, semua akan tampak jelas, bahwa kamu memang selalu iri dengan kehidupan ku" ucap Nayyara yang mendapat keberanian entah dari mana. Ia sudah lelah terus-menerus mengalah pada Rania

Rania tersenyum mendengar perkataan yang Nayyara lontarkan padanya. "Apa, aku iri? Untuk apa iri pada anak yang tidak tahu asal usul nya seperti mu. Dengar, nikmatilah waktumu disini sebelum aku menendangmu keluar dari rumahku" ucap Rania menekankan

Rania melangkah keluar dari dalam kamar Nayyara setelah berhasil menemukan sesuatu yang dia inginkan. Namun, belum beberapa langkah Nayyara kembali mencekal nya

"Kamu boleh pergi, tapi sebelum itu kembalikan dulu barang yang bukan milik mu?"

"Lepas" Rania kembali menepis tangan Nayyara.

Nayyara tetap berusaha mengambil kotak itu dari tangan Rania sedangkan Rania juga tetap tidak mau mengembalikan. Hingga terjadilah aksi tarik menarik dari dua orang bersaudara berbeda orang tua itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status