Beranda / Romansa / Gerald Sang Penakluk / 8) Tante Baik Hati

Share

8) Tante Baik Hati

Penulis: NDRA IRAWAN
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-01 22:51:37

Alasan yang dibuat-buat pada Bu Ana, akhirnya membuat Gerald bingung sendiri. Sejatinya dia sama sekali tidak punya janji dengan siapapun. Gerald belum banyak punya teman, dan hampir semua temannya tidak tinggal di kost. Mereka bersama orang tuanya dan cukup jauh.

Sebagai lelaki yang sudah mengenal dunia esek-esek dan bahkan sudah pernah beberapa kali melakukan hubungan badan, Gerald bukan tidak tahu gelagat Bu Ana yang sepertinya akan membawa dia menuju sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Gerald sangat paham, namun dia juga masih menjaga menocba menjaga kewarasannya dan berusaha menjunjung tinggi moral dan etika. Biar bagaimana pun Bu Ana adalah wanita yang sangat dihormatinya. Dan walau tidak terlalu kenal dengan suaminya, namun Gerald yakin Pak Sukardi orang baik.

Sebenarnya Gerald tadi sempat berpikir untuk memanfaatkan kesepian Bu Ana. Kalau boleh jujur, Gerald selama ini pun sangat memahami kebaikan Bu Ana pada dirinya yang relatif agak berlebihan dan berbeda, bukan tanpa alasan dan tujuan. Namun Gerald masih berpikir jernih untuk tidak menodai itu. 

Setelah kebingungan hendak pergi kemana, akhirnya Gerald terdampar di depan sebuah mall, memperhatikan orang-orang yang lalu- lalang di depannya. Hatinya terus berdoa dan berharap ada yang menawarkan pekerjaan yang membuatnya tetap bisa bertahan hidup dan melanjutkan kuliah di kota ini. 

"Maaf Mas, Anda dipanggil oleh Ibu yang ada di dalam." Tiba-tiba seorang pelayan restaurant cepat saji menyapa Gerald dengan sikap yang sangat santun. 

"Hah? ibu yang mana, Mas?" tanya Gerald pada pelayan itu. Dia sedikit kaget dan bingun karena merasa tidak punya kenalan ibu-ibu di sana.

"Itu, Ibu yang di dalam yang pakai baju hijau. Tuh yang sedang melambaikan tangannya sama Mas," jawab pelayan itu setengah berbisik.

Kepala Gerald refleks menoleh ke dalam restaurant dan memandangi seorang ibu berbaju hijau yang melambaikan tangan padanya. Untuk beberapa saat, Gerald tertegun karena sama sekali tidak kenal dan belum pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya.

‘Apakah dia salah orang?’ tanya Gerald dalam hati. Namun wanita itu kembali tersenyum dan terus melambaikan tangannya pada Gerald.

‘Saya?’ tanya Gerald dengan bahasa isyarat gerakan bibir tanpa suara, sambil menunjuk dadanya sendiri. Dan wanita itu pun menganggukkan kepalanya dengan bibir yang tetap tersenyum.

Walau dengan perasaan heran, Gerald akhirnya menghampiri wanita itu dengan langkah yang ragu-ragu. Setelah dekat dengan wanita itu dan bisa memandang dengan jelas dan leluasa raut wajahnya, hati Gerald semakin yakin jika wanita itu salah orang.

‘Hadeuh, mengapa dalam keadaan terang benderang begini, kok masih bisa salah orang?’ keluh Gerald dalam hati.

"Selamat sore, Bu. Perkenalakan saya Gerald, maaf dengan Ibu siapa?" tanya Gerald pada wanita itu dengan suara yang agak pelan dan sikap santun penuh hormat.

Dari penampilan dan pembawaan sikap sang wanita, Gerald menduga jika wanita di depannya adalah seorang pengusaha atau sekurang-kurangnya wanita karir yang cukup sukses dan mapan.

"Saya Sonya, panggil saja Tante Sonya. Silakan duduk, Dek. Gak ditarik bayaran kok kalau cuma duduk, hehehe,” tawar wanita yang mengaku Tante Sonnya itu dengan suara yang sangat ramah.

“Terima kasih, Tante,” balas Gerald sambil menarik kursi di depannya. Lalu dia pun duduk di hadapan Tante Sonya.

Hati Gerald terus bertanya-tanya, siapa wanita di depannya dan mengapa dia sampai salah orang, bahkan meminta dirinya untuk duduk satu meja dengannya.

“Baru pulang kuliah ya. Di kampus mana kuliahnya, Ger? Tingkat berapa?” tanya Tante Sonya kemudian.

“Saya kuliah di Institut Pertambangan Dolar. Sekarang tingkat dua,” jawab Gerald tegas namun dengan suara yang tetap ramah.

“Dari tadi tante perhatikan, kamu  kok berdiri terus di sana. Sedang nunggu teman atau sedang menghitung orang yang lewat?" tanya Tante Sonya dalam nada canda.

"Ah,  Tante bisa aja. Masa sih orang lewat saya itungin. Gak kok, saya lagi iseng aja emang sih sambil ngeliatin orang yang lewat. Tante sendiri sedang apa di sini? kok sendirian?" tanya Gerald yang sudah mulai tidak terlalu canggung lagi.

“Biasa aja, tante sengaja di sini buat liatin kamu, hehehe.” Tante Sonya membalas candaan Gerald.

“Masa sih? Hehehe.” Gerald tersipu malu.

“Habisnya kamu berdiri tepat di depan tante, ya mau gak mau keliatan terus dari sini. Kirain sengaja kamu pengen diliatin sama tante, hehehehe.”

Tampaknya Tante Sonya tipe orang yang cair dan renyah karena senang bercanda.

Gerald sangat senang berkenalan dengan tipe orang seperti itu karena dalam hitungan detik pun segala kecanggungan akan teratasi. Bukan baru kali ini Gerald berkenalan dengan wanita, namun dia selalu hati-hati dalam bersikap. Lebih tepatnya sadar diri dengan keadaan dirinya orang yang tak punya.

"Gini Ger, sebenarnya tante lagi mau nyari accessoris mobil buat kejutan suami tante, tapi agak mager mau liat-liat ke atas. Lagian sebenarnya tante gak tahu dimana tempat yang jualnya," ucap Tante Sonya. Kali ini dia bicara dengan nada yang sedikit serius.

"Memangnya Tante mau cari barang apa? Mungkin saya bisa bantu cariin," tawar Gerald dengan sikap yang serius pula, namun tidak menghilangkan kesan santainya.

“Makanya tante manggil kamu, karena kamu sepertinya sangat tahu tentang otomotif. Tante uirga kamu lulusan STM deh? Pasti nyambung. Tante pikir juga mungkin kamu bisa bantuin tante,” ucap Tante Sonya sambil mengeluarkan brosure iklan dari dalam tasnya lalu menunjukkan pada Gerald. 

“Kok Tante bisa tahu saya alumni STM?” Gerald bertanya pura-pura karena sesungguhnya dia lulusan SMA. Dan bukan hanya kali ini dia disangka lulusan STM. Gerald bahkan suka bingung, apa bedanya lulusan STM dan SMA. Bukannya setelah lulus tidak memakai seragam lagi.

“Entahlah, feeling aja, hehehe.” Tante Sonya tersenyum. Hatinya juga tersenyum senang karena menurutnya tebakannya tidak meleset. 

"Oke, kalau gitu saya pinjam brosurnya dulu, Tante. Biar saya cari barangnya. Tante tunggu aja dulu di sini, giamana?" tanya Gerald dengan antusias.

“Oke, thank ya, Ger.” Tante Sonya makin senang dan bahagia hatinya.

Semua gambar-gambar dalam brosure itu sangat familiar dengan Gerald. Walau dia tidak punya mobil tetapi dia sudah terbiasa menjadi sopir tembak untuk beberapa teman-temannya yang tajir saat di SMA dulu.

Ketika di SMA dia, disela-sela kesibukan ngojeknya, Gerald bahkan pernah menjadi sopir angkot tembak yang beroperasi tengah malam. Dan Gerald tahu di mana toko terbesar dan terlengkap yang menjual aksesories kendaraan yang dicari oleh Tante Sonya.

Tanpa menungu perinath dua kali, Gerald langsung turun ke lantai dasar untuk mendatangi toko aksesroris dan onderdil kendaraan. Sekedar untuk memastikan barang yang dicari Tante Sonya tersedia atau tidak. Juga sekalian menanyakan harganya. Atau meminta brousur yang sudah tertera harganya.

Selama dalam berjalan menuju toko onderdil, hati Gerald masih terus bertanya-tanya karena tidak menduga dan sedikit tidak percaya akan dipertemukan dengan seseoang yang sama sekali tidak diekanlnya. Seorang wanita cantik yang bahkan sanggup membuat Gerald merasa nyaman hanya dalam hitungan menit.

‘Siapa sebenarnya Tante Sonya ini? Jangan-jangan dia malaikat yang sengaja dikirim Allah, untuk menolongku?’ tanya Gerald dalam hati.  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ntaelia
Ronald itu baik, ya, asal jangan disenggol aja wkwk. Lanjut thor, ceritanya seru cuma ada beberapa kata yang typo sama tanda bacanya masih ada yang kurang tepat. Hehe, semangaaattt nulisnyaaa!!
goodnovel comment avatar
Abah Pollimite
di tunggu lanjutannya thor
goodnovel comment avatar
Ar_key
anak jendral jadi pahlawan, semangat Gerald ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gerald Sang Penakluk   38) Bab

    Sore harinya Bu Nina memintaku untuk mengantarnya pulang. Tentu saja dia bukan benar-benar ingin pulang. Sepanjang perjalanan otakku tak pernah bisa diam, dipenuhi dengan berbagai obsesi liar. Bahkan beberapa kali aku sengaja memancing Bu Nina dengan obrolan yang sedikit panas dan menjurus mesum. Namun beliau sepertinya selalu mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia masih jengah dengan peristiwa tadi pagi, namun aku sendiri menduga jika dia sengaja mengajakku pulang duluan karena ingin mengulanginya. “Ke Duta Permata aja, Ger.” Tiba-tiba Bu Nina bicara tegas setelah mobil melaju di jalan raya. “Kita mau Ke hotel, Bu?” tanyaku memastikan. “Ya,” balas Bu Nina pelan, dan dengan santainya menganggukkan kepala seraya tersenyum. Dengan semangat 45 aku melajukan mobil Bu Nina menuju hotel yang dia sebutkan. Tak sampai setengah jam kemudian kami pun tiba di depan hotel yang berlokasi dekat dengan salah kampus negeri ternama. Kami segera masuk ke dalam hotel. Setelah menyelesaikan urusan di

  • Gerald Sang Penakluk   37) Bab

    Wajah Bu Nina semakin tampak merah merona namun matanya seolah sudah terpatri di selangkanganku. Batang zakarku pun sepertinya merasakan itu, dia bergerak-gerak sendiri seolah mengangguk-angguk memberikan penghormtan pada Bu Nina. Bu Nina pun melangkah menuju ke arah jam tangannya yang tertinggal. Pikiran mesumku semakin menjadi-jadi maka dengan cepat aku tutup pintu jamban. “Gerald kamu apa…ap…apaaan?” Bu Nina bertanya dengan suara yang sedikit gelagapan. "Maaf Bu, ta.. pi.. Ibu benar-benar sangat menggoda dan menggairahkan saya." Entah siapa yang mengajariku untuk bicara frontal dan kurang ajar pada mantan Kepala sekolahku. Aku bahkan tidak memikirkan apa akibat dari permainan dan perkataan gilaku ini. “Kamu.. sudah gila apa, Gerald!" sentak Bu Nina. Namun belum sempat kujawab pertanyaannya dia kembali menyahut. "Ibu sudah menduga kamu dari kejadian tadi malam, tapi kamu harus tahu bahwa Ibu sudah bersuami dan lagian ibu kan sudah tua, Gerald!" Dia mencoba menyadarkan aku. "Tap

  • Gerald Sang Penakluk   36) Bab

    Aku bertanya dalam hati mimpi apa semalam sehingga memperoleh keuntungan dobel. Pertama memegang buah dada indahnya, yang kedua bisa melihat bokong dan pahanya walaupun agak sedikit samar. Tak terasa celanaku semakin sempit karena senjata kesayanganku pun ikut-ikutan menggeliat. Tanganku meraba rudalku dan membuat remasan-remasan kecil. Tak puas dengan itu aku mengeluarkan batang rudalku sehingga dapat berdiri bebas mengacung. Aku yakin Bu Nina tidak akan melihat polahku yang super gila ini. Sepertinya Bu Nina sudah selesai buang air kecilnya. Dan ketika akan naik ke atas, aku ulurkan tanganku dan menariknya. Aku minta Bu Nina berjalan di depanku dengan alasan aku mengawal kalau ada apa-apa. Namun yang sebenarnya bukan karena itu, tapi aku bisa bebas membuat rudalku terjulur keluar dari seleting celanaku. Sensasi ini aku nikmati sampai ke dekat tenda pembina. Kami melanjutkan ngobrol sampai akhirnya acara jurit malam selesai. Malam sudah larut bahkan menjelang dini hari, kami pembi

  • Gerald Sang Penakluk   35) Bab

    “Geer, udah dulu bersih-bersihnya!” Teriakan ibuku mengagetkan. Saat ini aku sedang berada di rumah ibuku dan membantu membersihkan kebun belakang. Kedua adikku pun ikut membantu. Kami semua pun sontak menghentikan segala aktifitas, walau hanya sekedar menyiangi rumpat pada sayuran yang rencananya beberapa hari lagi akan dipanen oleh tengkulak yang sudah mondar-mondir kebelet pengen membelinya. “Ada apa, Ma?” tanya Gayatri, adikku yang baru berusia empat belas tahun kebetulan berdiri tak jauh dariku. “Ada Pak Budi, mau ketemu sama A Gerald,” jawab Ibu sambil menyodorkan handuk kepadku. Perintah halus agar aku segera mandi atau setidaknya mencuci anggota tubuhku yang kotor. “Pak Budi mana?” Aku balik bertanya sambil mengernyitkan dahi, banyak sekali nama Budi di kampung ini, terutama yang sudah dewasa. Kalau anak-anak muda rasanya sudah jarang sekali yang bernama ‘Budi.’ Kata ibu, dulu nama Budi dan Wati adalah nama pavorit di seluruh Indonesia. Gak tahu mengapa bisa demikian. “Pa

  • Gerald Sang Penakluk   34) Bab

    Aku hanya mengganguk dan tersenyum seraya sedikit menunduk, lalu dengan pelan berjalan mendekati Bu Ardy yang kini sudah kembali tengkurep di atas kasurnya. Dengan jantung yang semakin tak karu-karuan dan dalam intimidasi tatapan nenekku, aku memulai kerjaku dengan memijat pelan-pelan pergelangan kaki Bu Ardy, seperti biasa saat aku memijat teman-temanku atau tetangga lelakiku yang kadang iseng meminta dipijat. Titik titik pergelangan kedua kaki Bu Ardy kupijat dengan tekanan cukup kuat tapi tidak sampai membuatnya kesakitan. Setelah pergelangan kaki, aku pun mulai memijat betisnya, tak lama naik ke paha, pantat lalu punggung. Itu hanya pijatan adaptasi atau perkenalan awal dengan tanpa menggunakan lotion. Pelan tapi penuh tekanan, aku memijat telapak kaki Bu Ardy. Sesekali aku melirik pada nenekku, takut kalau pijatanku salah. Namun nenekku sama sekali tidak memberikan respon, tampaknya memang pijatanku masih sesuai dengan prosedur yang selama ini dia terapkan. "Enak loh pijatan

  • Gerald Sang Penakluk   33) Bab

    Kurang lebih jam setengah tujuh malam, aku sudah bersiap mengantar nenek ke emplasemen dengan motor Umi Yani. Emplasemen adalah sebutan untuk kompleks perumahan yang dihuni oleh para petinggi atau pejabat perkebunan yang lokasinya bersebelahan dengan kampung tempat tinggalku. Jaraknya kurang lebih tiga kilo meteran. Untuk ukuran kampung masih terasa dekat, karena biasanya ditempuh dengan jalan kaki. Sejak kakek meninggal dunia, aku yang selalu mengantar nenek jika ada panggilan memijat ke tempat yang jauh. Aku tidak mengizinkan beliau naik ojek karena sebagain besar tukang ojek di kampungku bermata keranjang. Dan sebagaimana janda yang lainnya, nenek pun terkadang masih suka digodain. Sungguh edan memang mereka itu, hehehe. "Parkir dulu motornya, Ger, jangan lupa kunci stangnya juga," ucap nenek saat kami sudah tiba di depan rumah keluarga Pak Ardy yang akan dipjatnya. Menurut nenek, Pak Ardy adalah salah seorang pejabat di perkebunan itu. Tidak berapa lama pintu rumah Pak Ardy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status