Share

bab 8

Brakk …

Santi membanting tasnya ke atas meja dengan kesal.

“Kenapa ‘tak jemput aku, Bang?”

“Aku jalan kaki dari gang depan, sampek kesini.” gerutunya.

“Kenapa ‘tak minta antarkan sampai depan rumah sama selingkuhanmu?”

Santi merengut.

“Selingkuhan apa lah, Bang? Dia itu temanku,”

Adi menghela nafas “Mila, Nadia. Kalian makan di kamar ya?” pintanya.

“Heh, apa-apaan makan di kamar. Nanti kotor!” ucap Santi dengan meninggikan suaranya.

Entah lupa atau memang sengaja dia membentak anak-anak di depan Adi.

Brak ..

Adi menggeprak meja dengan keras, membuat Santi dan kedua anaknya terkesiap. Mereka sudah sering kali melihat Santi marah-marah, tetapi kali ini Ayahnya yang melakukan, bagaikan gunung yang siap meletuskan larvanya, seperti itu ketika dia lihat kilat amarah dimata sang Ayah.

“Masuk kamar!”

Tanpa membantah lagi, mereka pergi tanpa mempedulikan sang Emak yang sedang melotot.

“Aku sudah cukup sabar sama semua sifatmu, San!” ucap Adi tegas setelah anak-anak berada di ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status