Share

Pacar Kinara; Rega

last update Last Updated: 2022-01-11 00:28:12

1 minggu kemudian. 

Kinara berjalan beriringan dengan Cantika, cewek berhijab yang merupakan teman dekatnya. Sesekali mereka terlihat cekikikan bersama, entah hal seru apa yang sedang dibicarakan. 

"Ngomong-ngomong, kamu nggak pulang bareng Rega? Kayaknya semingguan ini kamu lebih sering pulang sama aku deh."

Meskipun Cantika berhijab, tapi dia tak munafik dan tak pernah melarang Nara untuk tak berpacaran. Dia malah mendukung Nara dekat dengan Rega, karena satu kampus juga tahu, cowok itu orangnya seperti apa. 

"Belum tau, nih. Rega belum menghubungi gue."

"Kalian berantem?"

Menggeleng kepalanya. "Nggak. Siapa bilang?"

Cantika menatap Nara dengan tatapan penuh minat. "Lah itu? Kamu bilang, Rega belum menghubungi? Memangnya harus Rega dulu yang nelpon baru kamu ngomong sama dia? Ini malam Minggu loh, Ra. Nggak ada rencana ngapel gitu?"

Oh, malam Minggu ya? Nara nyaris lupa. 

"Bentar deh, gue telpon dulu." Nara merogoh isi tasnya mengambil ponsel. Jemari tangannya begitu cepat bergerak untuk menelpon, menaruh ponsel di telinga, tapi belum sempat diangkat oleh Rega ketika sikutan Cantika mengenai lengannya. Sontak Nara menoleh Cantika dengan kerutan di dahi. Kenapa? Begitulah kiranya kalau diartikan.

"Itu Rega!" 

Nara mengikuti arah telunjuk temannya, dan benar saja, tak jauh di depan sana, Rega melambai tangan seraya sebelah tangan yang memegang ponsel sengaja digoyang-goyangkan. 

"Kalau begitu, aku duluan ya, Ra." Cantika pamit seraya mengedipkan sebelah matanya, menggoda. 

"Bye, hati-hati jalannya."

Tempat Cantika, digantikan oleh Rega. Kini dua anak manusia lawan jenis itu berdiri berhadap-hadapan tapi tak saling bicara untuk beberapa saat. Rega senyam-senyum sendiri, seperti ada sesuatu yang ingin dia utarakan.

"Ga, kenapa lo senyum sendiri gitu? Ada yang aneh dengan wajah gue?"

Rega Pramudya menggeleng. Cowok jangkung itu masih mengulum senyum, membuat Nara geram. Sebenarnya ada apa sih? Satu pukulan dia layangkan ke bahu Rega, biar cowok itu tahu rasa. 

"Sakit, Ra!" rengek Rega memasang tampang memelas. 

"Makanya, jangan senyam-senyum sendiri gitu, ditanya lo malah diam aja. Gue kan jadi kesal."

"Iya sorry deh." Rega menjeda kalimatnya, melihat kiri kanan, takut bicaranya didengar orang lain. "Malam Minggu ini, lo nggak sibuk, kan? Nggak ada kerjaan tambahan, kan?"

Mendengar pertanyaan Rega, ia jadi ingat malam Minggu yang lalu, saat dia diminta Elsa menggantikan bekerja di klub. Malam Minggu yang paling sial bagi Nara. 

"Kenapa? Lo mau ngajak gue makan malam di luar?"

Mengusap tengkuknya dengan gerakan lambat dan malu-malu, Rega pun menjawab. "Nggak sih. Gue aja rencananya mau numpang makan di rumah lo."

Sore harinya, Nara pulang ke rumah dengan membawa kantong besar berisi belanjaan berbagai jenis. Ada sayuran, ikan dan buah-buahan. Meletakkan kantong tersebut di atas meja di dapur, Nara kemudian meregangkan tangannya yang terasa pegal. 

Fyuuuh.

Nenek Ratih yang melihat kepulangan cucunya beserta banyak barang jadi kaget dan menghampiri. "Banyak sekali, kayak orang mau bikin syukuran aja."

Nara berdecak karena lelah dan sebal bersamaan. "Ini permintaan dari pacar brondong nenek," ketusnya.

Alis nenek Ratih berkerut. "Maksud kamu Rega?"

"Memangnya siapa lagi? Tck. Malam Minggu bukannya ngajak Nara jalan berdua, malah dia memilih makan bersama nenek. Dia lebih mentingin perasaan nenek daripada aku, pacarnya." Nara mengoceh dengan bibirnya yang dimanyun-manyunkan.

"Makanya kamu itu jangan bawel sama Rega. Jadi wanita itu harus lemah lembut."

"Nenek aja yang senang banget ladenin dia, kan jadi besar kepala anaknya."

"Hush, nggak baik ngomong gitu sama pacar sendiri." Nenek Ratih mengibas tangannya tepat di depan bibir Nara. "Harusnya kamu bersyukur, memiliki Rega yang tulus menyayangi kamu yang urakan dan bawel begini. Di mana lagi kamu mau cari pria seperti dia? Kalau bukan Rega, nenek yakin saat ini kamu pasti masih jomblo."

Nara tak bisa menahan bibirnya untuk tak berdecak. Kenapa bicara nenek jujur sekali, sih? Dasar, suka banget mengejek cucunya. Memangnya segitu urakannya, Nara? Ia pun mengabsen penampilannya sebelum akhirnya tertawa sumbang. 

"Iya deh, iya. Nara memang beruntung punya Rega sebagai pacar. Untuk itu sekarang, kita harus masak yang banyak dan enak untuk makan malam."

"Kamu istirahat saja, biar nenek yang masak semua. Kamu terima beres."

Menggeleng. "Nggak bisa dong. Rega pacar Nara, jadi Nara yang harus masak, nenek bagian bantu-bantu aja. Nara nggak mau ya, kalau nanti malah nenek yang dipuji-puji sama Rega. Nggak mau."

"Tck. Kamu cemburu sama wanita tua ini?"

"Tentu saja." 

Nara pun mengeluarkan satu persatu barang yang dia beli, menata di atas meja sambil kepala otaknya memikirkan masakan apa yang bisa dia olah. Setelah mendapat ide, ia pun mengikat rambutnya ke atas, kebiasaan kalau hendak mengawali sesuatu pekerjaan yang ribet dan memerlukan ekstra tenaga. 

                                    ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Memikat Abang Ipar   KAISAR INGIN MENEMUI NENEK RATIH

    “Sweety, kayaknya gue harus cepat-cepat ke rumah lo deh, meluruskan masalah kita.”Sore itu, di saat Nara sedang nikmat-nikmatnya tidur karena tadi malam tak nyenyak, sebuah pesan dari Kaisar membuat matanya terbelalak sempurna. Nara melihat pesan seperti melihat setan. Sontak Nara terbangun, tidak membalas pesan Kaisar, tapi jemari lentiknya malah memulas ikon untuk menghubungi suami orang yang kini jadi kekasihnya itu. Ah, pokoknya rumit deh. Terdengar ponsel berdering samar-samar dari arah depan rumah, Nara sejenak berpikir, apa mungkin Kaisar berada di depan sana? Pria itu kan gila. Lalu, saat panggilannya diangkat, dering ponsel itu seketika berhenti. Nara semakin bergerak gelisah, melihat ke luar jendela kamar kalau-kalau yang dia pikir betulan terjadi.“Kai, jangan sekarang. Please!” Mohon Nara seraya memijat pelipisnya yang mendadak pening. Dia memang tak punya alasan yang tepat untuk meyakinkan Kaisar, tapi tidak juga ingin rahasia ini cepat terbongkar. Bagaimana reaksi n

  • Godaan Memikat Abang Ipar   MAKAN SIANG REGA BERSAMA KELUARGA

    Di kamarnya, Nara tak bisa tertidur, padahal sudah mandi, badannya yang lengket akibat permainan dengan Kaisar di mobil tadi kini kembali segar. Namun, otak dan perasaannya sekarang yang butuh penyegaran, karena terlalu sumpek memikirkan masalahnya dengan Rega dan Kaisar. Sebenarnya dengan Rega, Nara tak mempunyai masalah sedikitpun. Namun, hadirnya Kaisar membuat cintanya terhadap pemuda baik dan sopan itu oleng. Pesona Kaisar sangat sulit dielakkan.Gue harus curhat sama siapa? Siapa yang bisa mengerti perasaan gue sekarang? Apakah Cantika? Gadis itu bukan tidak pernah berpacaran setahu Nara. Nara mengusak-usak rambutnya hingga berantakan, saking kesalnya. Ia tak bisa tidur hingga azan subuh, barulah rasa kantuk itu datang membuatnya ketiduran sampai siang. Nenek Ratih saja bingung melihat cucunya tidak bangun. Beruntung hari ini minggu, tak perlu ke kampus. ———Esok harinya di kediaman orangtua Rega. Mama Dahlia, Papa Gunawan dan Kakek Widjaya sedang berada di meja makan untuk m

  • Godaan Memikat Abang Ipar   PESAN DARI KAISAR

    “Nara milik gue sekarang. Jadi gue minta, lo ikhlaskan aja dia, percuma juga saingan sama gue, karena lo sendiri yang akan sakit hati.”Kaisar membaca pesan yang dia kirim ke Rega yang sudah ada tanda centang dua, artinya Rega sudah membacanya. Senyum di bibirnya terbit, sama sekali tidak ada penyesalan. Lebih cepat Rega tahu malah lebih bagus, kan? Kaisar rupanya baru tiba di apartemen setelah mengantar Nara. Dia langsung meluru ke kamar mandi karena merasa tubuhnya lengket sisa permainan dengan Nara di mobil tadi tapi suara Luna menahan langkahnya. “Baru pulang kamu jam segini?” Kaisar menoleh pada istrinya. “Kenapa? Nggak masalah juga kan buat lo?”Kaisar tahu Luna juga sering pulang malam belakangan ini, pasti asyik bersama pria barunya. Entah siapa itu, Kaisar tak peduli, yang penting bebannya terhadap wanita itu sudah berkurang. Luna memilih caranya sendiri untuk mengatasi masalah mereka yang selalu dimintai momongan oleh kedua orangtua. Luna menggeleng pelan, memang tak mas

  • Godaan Memikat Abang Ipar   REGA MENANGIS

    Setengah jam kemudian, mobil Kaisar memasuki komplek rumah Nara. Mereka yang tadinya saling berpegangan tangan, sontak terlepas, lebih tepatnya Nara melepasnya begitu melihat ada Rega yang menunggu di depan rumah. “Kai, berhenti di sini aja.” Mobil Kaisar pun berhenti agak jauh dari depan rumah Nara. Wajah Nara berubah tegang, karena kaget mendapati Rega ada di depan rumah malam hari begini. Apa Rega menunggu gue dari tadi? Begitu batinnya. Kaisar yang melihat itu, hanya tersenyum samar. Agak tidak suka sebenarnya melihat Rega datang menemui Nara, tapi mau bagaimana lagi, status Rega kini masihlah pacar Nara. Atau, perlukah dia bilang sama Rega kalau dia juga menginginkan Nara? Baru Nara hendak keluar dari mobil, Kaisar sekali lagi menarik tangannya.“Kenapa lagi, Kai?”Tidak menjawab, Kaisar malah menunjuk bibirnya, apalagi kalau bukan minta cium sebagai salam perpisahan. Meski malu-malu, Nara pun memajukan bibirnya lalu mengecup lembut bibir Kaisar. Kini, dia tak bisa mengelak

  • Godaan Memikat Abang Ipar   MOBIL BERGOYANG-GOYANG

    Nara yang ketahuan mengintip, seketika berlari masuk ke mobil. Dia tak boleh lama-lama menatap tubuh bidang dan polos milik Kaisar, otaknya bisa memikirkan hal yang jorok. Nara membawa tubuhnya mengumpet di jok belakang mobil itu, tapi Kaisar malah ikut masuk dan duduk di sebelahnya. Suasana hening, Kaisar tidak berbicara, tapi deru nafasnya terdengar tak beraturan. Nara berniat menenggelamkan wajahnya ke dalam jaket, ketika lengan kekar milik Kaisar mengangkat tubuhnya dengan posisi menghadap ke arah Kaisar sendiri, lalu mendudukkan tubuh Nara di atas perut yang keras. Astaga! Bukan di perut, lebih tepatnya di bagian bawah pusar, tempat tonjolan itu berada. Nara merasa aneh pada bagian bawahnya, padahal dia memakai celana jeans, tapi benjolan milik Kaisar itu seakan bisa menusuk-nusuk area kewanitaannya. Apa memang saat ini Kaisar sedang on? Jangan bilang kalau dia menginginkan itu di sini, di dalam mobil yang sempit seperti ini. Keduanya kini saling bertatapan lekat. Nara yang gu

  • Godaan Memikat Abang Ipar   PANTAI DI MALAM HARI

    Tangan Nara refleks menjitak jidat Kaisar saking geramnya. Duduknya yang memang sengaja agak mepet ke pintu, sampai dicondongkan ke depan ke arah Kaisar agar tangannya bisa mencapai bagian jidat itu. PUK.Nara baru menyadari kelakuannya saat tangan Kaisar mencegahnya dari menjitak jidat itu sekali lagi lalu beralih menggenggam tangannya. Seperti ada aliran listrik, Nara rasa tangannya seolah kesetrum. Untung tidak sampai kejang-kejang. Alih-alih marah, Kaisar malah terkekeh. Pasalnya, ini kali pertama Nara melakukan skinship terlebih dahulu padanya, yah walaupun adegannya pukul-pukulan bukan peluk-pelukan. “Ngomong gitu sekali lagi, gue minta turun dari mobil.” Ancam Nara setelah sekuat tenaga mengeluarkan suara dari mulutnya. Gugup sekali rasanya, apalagi satu tangannya masih digenggaman oleh Kaisar. Hangat sekali rasanya. “Ngomong yang mana? Nggak perlu ngenalin istri gue ke mereka atau ngomong kalau lo itu istri gue?” goda Kaisar seraya memandang genit Nara. “Turunin gue sekar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status