Share

Pria Bajingan

last update Last Updated: 2021-12-19 19:15:07

"Telepon sialan!"

Kaisar Lerian Widjaya, pria tampan jantan dan mapan berusia 32 tahun yang menjadi pengunjung tetap ruang VVIP klub malam Scorpio Zone, mengutuk geram ponsel di saku celananya yang terus menjerit. 

Ia yang sedang bermesraan dengan beberapa wanita sangat tidak senang, jeritan ponsel itu sangat mengganggu aktivitasnya. Tangannya yang lincah bergerilya di gundukan kembar si wanita jadi terhenti, padahal di bawah sana, adik kecilnya juga mulai menegang. Nanggung banget, kan? 

"Apa perlu aku yang angkat dan mengaku sebagai pacar kamu, Kai?" tawar salah seorang wanita, seraya mengedip manja Kai yang berada di bawahnya. Sepertinya wanita itu sadar kalau Kai sangat terganggu dengan panggilan tersebut.

Tidak. Tidak boleh. Kai yakin yang menelponnya pasti Luna. 

Meski kepalanya berat oleh pengaruh alkohol, Kai masih bisa berpikir jernih soal Luna. Wanita itu tak boleh tau, kalau dia sedang bersenang-senang dengan para wanita penghibur. Cukup Luna tau, kalau Kai pergi ke klub malam. 

Menepis gerakan tangan si wanita penghibur yang berusaha meraih dagunya untuk kemudian menciumnya, Kai bangkit dari sofanya dengan terhuyung. 

"Kai, mau ke mana?"

Tidak menjawab, Kai berlalu begitu saja keluar dari ruang VVIP menuju tempat yang tak terlalu ramai dan berisik. Di mana lagi kalau bukan area toilet. 

Pergi ke sana, mata Kai yang berat menangkap sosok yang baru keluar dari toilet dan membuatnya terpana. Seketika, pikiran soal hendak mengangkat telpon dari Luna menghilang begitu saja. Ia lebih tertarik dengan gadis itu. Kai pun langsung menyerangnya di bibir.

                                     ***

"Dasar kurang ajar!"

Satu tamparan keras Nara layangkan sebagai hadiah karena pria tak dikenal yang tidak lain adalah Kai telah berani mengambil ciumannya. Itu ciuman pertama Nara. Bibir yang selama ini dia jaga dan rawat, bahkan Rega saja tak pernah menyentuhnya, kini sudah tak suci lagi. 

Ah, menyebalkan sekali. Apa memang seperti ini resiko bekerja di klub malam? Apa itu pertanda Tuhan tidak meridhoi pekerjaan ini? Lalu, bagaimana dengan Elsa? Ah, tidak-tidak. Ngapain juga gue mikirin si Elsa. Yang penting sekarang, gue pergi dari hadapan pria ini. 

Nara ingin segera pergi, sebelum terjadi hal yang tak diinginkan. Orang mabuk bisa berbuat seenaknya, bukan? Tapi, sebelum ia berhasil pergi, tangannya dicekal oleh tangan besar milik Kai. 

Sialan. Maunya apa sih?

"Lepasin nggak? Atau mau gue teriakin penjahat?" Nara memicing tajam tepat ke manik mata Kai, namun bukan sorot mata seorang penjahat yang dia lihat dari sana, melainkan — ah, Nara sangat suka pancaran matanya.

"Nggak ada yang percaya sama lo, karena semua orang di sini kenal gue." Kai menyeringai mengelap bibirnya yang basah setelah ciumannya dengan Nara. Dia juga bergerak maju mengunci pergerakan Nara yang sudah pula bertemu antara punggungnya dengan dinding. 

"Terus apa mau lo?" Nara suka mata Kai, tapi dia tak suka direndahkan seperti sekarang. 

"Bercintalah dengan gue, berapapun akan gue bayar demi bisa menikmati tubuh indah lo ini." Kai berucap enteng seraya mata indahnya memandang penuh minat tubuh Nara dari atas hingga bawah. 

Tidak ada yang tau, di dalam kepala Nara seolah ada sisi baik dan buruknya yang sedang perang batin. Antara uang dan harga dirinya. Ia mendengkus kasar. 

Entah kenapa, hari ini Nara begitu sial. Keputusannya menggantikan Elsa bekerja membuatnya seolah berada di ujung jurang kesesatan. Bagaimana tidak? Tadi saja, bos klub malam itu berani mengusap pundaknya, lalu sekarang ada pria yang berani membayar mahal untuk bercinta dengannya? 

"Jaga ya ucapan lo. Lo pikir karena semua wanita di sini bertekuk lutut sama lo, terus gue juga mau bertekuk lutut sama lo? Mimpi aja." Telunjuk Nara menuding keras ke dada Kai. 

"Nggak usah munafik. Semua cewek yang masuk klub malam ini pasti butuh duit. Dan asal lo tau, nggak ada sejarahnya cewek nolak gue tiduri, bahkan mereka dengan suka rela membuka paha lebar-lebar demi gue masuki." Kai berucap bangga. 

"Gue bukan mereka. Kalau gitu, cari aja cewek-cewek itu. Jangan ganggu gue, keberadaan gue di sini cuma buat kerja." 

"Sayangnya, adik kecil gue pengennya sama lo."

"Dasar bajingan, nggak ada otak."

BUG.

"Akh... Sialan lo." Kai mengerang karena adik kecilnya berhasil dapat tendangan sempurna dari Nara. 

Secepat kilat, Nara berlari kabur. Tidak, dia tidak akan bekerja lagi di tempat ini. Biar besok uang dari Elsa dikembalikan saja. Mau Elsa dipecat juga bodo amat lah. 

                                ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Memikat Abang Ipar   KAISAR INGIN MENEMUI NENEK RATIH

    “Sweety, kayaknya gue harus cepat-cepat ke rumah lo deh, meluruskan masalah kita.”Sore itu, di saat Nara sedang nikmat-nikmatnya tidur karena tadi malam tak nyenyak, sebuah pesan dari Kaisar membuat matanya terbelalak sempurna. Nara melihat pesan seperti melihat setan. Sontak Nara terbangun, tidak membalas pesan Kaisar, tapi jemari lentiknya malah memulas ikon untuk menghubungi suami orang yang kini jadi kekasihnya itu. Ah, pokoknya rumit deh. Terdengar ponsel berdering samar-samar dari arah depan rumah, Nara sejenak berpikir, apa mungkin Kaisar berada di depan sana? Pria itu kan gila. Lalu, saat panggilannya diangkat, dering ponsel itu seketika berhenti. Nara semakin bergerak gelisah, melihat ke luar jendela kamar kalau-kalau yang dia pikir betulan terjadi.“Kai, jangan sekarang. Please!” Mohon Nara seraya memijat pelipisnya yang mendadak pening. Dia memang tak punya alasan yang tepat untuk meyakinkan Kaisar, tapi tidak juga ingin rahasia ini cepat terbongkar. Bagaimana reaksi n

  • Godaan Memikat Abang Ipar   MAKAN SIANG REGA BERSAMA KELUARGA

    Di kamarnya, Nara tak bisa tertidur, padahal sudah mandi, badannya yang lengket akibat permainan dengan Kaisar di mobil tadi kini kembali segar. Namun, otak dan perasaannya sekarang yang butuh penyegaran, karena terlalu sumpek memikirkan masalahnya dengan Rega dan Kaisar. Sebenarnya dengan Rega, Nara tak mempunyai masalah sedikitpun. Namun, hadirnya Kaisar membuat cintanya terhadap pemuda baik dan sopan itu oleng. Pesona Kaisar sangat sulit dielakkan.Gue harus curhat sama siapa? Siapa yang bisa mengerti perasaan gue sekarang? Apakah Cantika? Gadis itu bukan tidak pernah berpacaran setahu Nara. Nara mengusak-usak rambutnya hingga berantakan, saking kesalnya. Ia tak bisa tidur hingga azan subuh, barulah rasa kantuk itu datang membuatnya ketiduran sampai siang. Nenek Ratih saja bingung melihat cucunya tidak bangun. Beruntung hari ini minggu, tak perlu ke kampus. ———Esok harinya di kediaman orangtua Rega. Mama Dahlia, Papa Gunawan dan Kakek Widjaya sedang berada di meja makan untuk m

  • Godaan Memikat Abang Ipar   PESAN DARI KAISAR

    “Nara milik gue sekarang. Jadi gue minta, lo ikhlaskan aja dia, percuma juga saingan sama gue, karena lo sendiri yang akan sakit hati.”Kaisar membaca pesan yang dia kirim ke Rega yang sudah ada tanda centang dua, artinya Rega sudah membacanya. Senyum di bibirnya terbit, sama sekali tidak ada penyesalan. Lebih cepat Rega tahu malah lebih bagus, kan? Kaisar rupanya baru tiba di apartemen setelah mengantar Nara. Dia langsung meluru ke kamar mandi karena merasa tubuhnya lengket sisa permainan dengan Nara di mobil tadi tapi suara Luna menahan langkahnya. “Baru pulang kamu jam segini?” Kaisar menoleh pada istrinya. “Kenapa? Nggak masalah juga kan buat lo?”Kaisar tahu Luna juga sering pulang malam belakangan ini, pasti asyik bersama pria barunya. Entah siapa itu, Kaisar tak peduli, yang penting bebannya terhadap wanita itu sudah berkurang. Luna memilih caranya sendiri untuk mengatasi masalah mereka yang selalu dimintai momongan oleh kedua orangtua. Luna menggeleng pelan, memang tak mas

  • Godaan Memikat Abang Ipar   REGA MENANGIS

    Setengah jam kemudian, mobil Kaisar memasuki komplek rumah Nara. Mereka yang tadinya saling berpegangan tangan, sontak terlepas, lebih tepatnya Nara melepasnya begitu melihat ada Rega yang menunggu di depan rumah. “Kai, berhenti di sini aja.” Mobil Kaisar pun berhenti agak jauh dari depan rumah Nara. Wajah Nara berubah tegang, karena kaget mendapati Rega ada di depan rumah malam hari begini. Apa Rega menunggu gue dari tadi? Begitu batinnya. Kaisar yang melihat itu, hanya tersenyum samar. Agak tidak suka sebenarnya melihat Rega datang menemui Nara, tapi mau bagaimana lagi, status Rega kini masihlah pacar Nara. Atau, perlukah dia bilang sama Rega kalau dia juga menginginkan Nara? Baru Nara hendak keluar dari mobil, Kaisar sekali lagi menarik tangannya.“Kenapa lagi, Kai?”Tidak menjawab, Kaisar malah menunjuk bibirnya, apalagi kalau bukan minta cium sebagai salam perpisahan. Meski malu-malu, Nara pun memajukan bibirnya lalu mengecup lembut bibir Kaisar. Kini, dia tak bisa mengelak

  • Godaan Memikat Abang Ipar   MOBIL BERGOYANG-GOYANG

    Nara yang ketahuan mengintip, seketika berlari masuk ke mobil. Dia tak boleh lama-lama menatap tubuh bidang dan polos milik Kaisar, otaknya bisa memikirkan hal yang jorok. Nara membawa tubuhnya mengumpet di jok belakang mobil itu, tapi Kaisar malah ikut masuk dan duduk di sebelahnya. Suasana hening, Kaisar tidak berbicara, tapi deru nafasnya terdengar tak beraturan. Nara berniat menenggelamkan wajahnya ke dalam jaket, ketika lengan kekar milik Kaisar mengangkat tubuhnya dengan posisi menghadap ke arah Kaisar sendiri, lalu mendudukkan tubuh Nara di atas perut yang keras. Astaga! Bukan di perut, lebih tepatnya di bagian bawah pusar, tempat tonjolan itu berada. Nara merasa aneh pada bagian bawahnya, padahal dia memakai celana jeans, tapi benjolan milik Kaisar itu seakan bisa menusuk-nusuk area kewanitaannya. Apa memang saat ini Kaisar sedang on? Jangan bilang kalau dia menginginkan itu di sini, di dalam mobil yang sempit seperti ini. Keduanya kini saling bertatapan lekat. Nara yang gu

  • Godaan Memikat Abang Ipar   PANTAI DI MALAM HARI

    Tangan Nara refleks menjitak jidat Kaisar saking geramnya. Duduknya yang memang sengaja agak mepet ke pintu, sampai dicondongkan ke depan ke arah Kaisar agar tangannya bisa mencapai bagian jidat itu. PUK.Nara baru menyadari kelakuannya saat tangan Kaisar mencegahnya dari menjitak jidat itu sekali lagi lalu beralih menggenggam tangannya. Seperti ada aliran listrik, Nara rasa tangannya seolah kesetrum. Untung tidak sampai kejang-kejang. Alih-alih marah, Kaisar malah terkekeh. Pasalnya, ini kali pertama Nara melakukan skinship terlebih dahulu padanya, yah walaupun adegannya pukul-pukulan bukan peluk-pelukan. “Ngomong gitu sekali lagi, gue minta turun dari mobil.” Ancam Nara setelah sekuat tenaga mengeluarkan suara dari mulutnya. Gugup sekali rasanya, apalagi satu tangannya masih digenggaman oleh Kaisar. Hangat sekali rasanya. “Ngomong yang mana? Nggak perlu ngenalin istri gue ke mereka atau ngomong kalau lo itu istri gue?” goda Kaisar seraya memandang genit Nara. “Turunin gue sekar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status