Beranda / Rumah Tangga / Godaan Sang Mantan Pacar / Saya Tidak Menjual Diri

Share

Saya Tidak Menjual Diri

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 18:37:25

"Apa kegiatanmu sekarang, Nis?" tiba-tiba Sofia memberikan pertanyaan di luar dugaan. Nisa tertegun sesaat, menatap wajah Sofia yang terlihat begitu penasaran.

"Uhm, sebenarnya aku baru saja kembali dari suatu tempat. Tepatnya, aku baru tiba dua malam di kota ini. Temanku tidak seberapa banyak di sini. Namun, karena pertolongan dari salah seorang teman, besok aku sudah mulai bekerja."

Nisa mengatur nafasnya sesaat, dia tidak ingin terlihat sedang mengarang cerita atau apapun di hadapan Aldo. Yang terjadi saat ini, dia yang sekarang tidak akan mungkin bercerita lagi dengan Aldo.

Nisa harus memahami kondisinya sekarang, Aldo bukan lagi pacarnya. Itu jauh sudah lama berlalu.

Aldo terlihat menyimak setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Nisa.

"Oya? Jadi, kau pergi kemana saja selama ini? Liburan, kuliah lagi atau ...?"

Jantung Nisa seakan berhenti sesaat, mendengar pertanyaan itu, seolah membangkitkan kenangan buruknya. Pertanyaan yang membuat nyambung kamu dan tak ingin dia mengeluarkan segala kesedihannya. Itu terasa sangat menyakitkan seperti sebuah luka yang disiram air garam.

"Ah, kira-kira seperti itu!" Nisa hanya bisa memberikan jawaban menggantung dan mencoba tersenyum di balik setiap dukanya.

"Dia sedang berbohong. Apa sebenarnya yang terjadi?" Hati Aldo berbicara kepo kembali.

Sofia pun menyadari ada yang ditutupi oleh Nisa. Dia hanya ingin membantu suaminya mencari informasi kepergian selama lima tahun belakangan ini.

"Apa itu menyenangkan? Bisa liburan dan berkeliling?" pancing Sofia lagi

Wajah Nisa sedetik berubah muram dan sedih, lalu dia mengangkat kepalanya dan tersenyum.

"Sangat menyenangkan, aku bahkan tidak akan pernah melupakan saat-saat itu. Semua yang terjadi, sangat berarti buat hidupku," ucap Nisa dengan bibir sedikit bergetar dan terasa sekali menahan menangis.

Sofia menyadarinya, dia langsung memberikan segelas air untuk menenangkan hati Nisa.

"Ah, sepertinya kamu akan menjadi sahabat terbaikku. Aku sangat senang bisa bertemu dan berkenalan denganmu, Nisa!" Sofia mengusap punggung lengan Nisa perlahan sambil tersenyum. Dia tak ingin kembali bertanya saat melihat semua kesedihan yang tergambar jelas dari pelupuk mata Nisa.

Nisa menatap wajah istri dari mantan pacarnya, "Terima kasih, Tuhan. Ada orang yang menggantikan posisiku dan menjaga Aldo jauh lebih baik dariku."

"Ayah, kita mau kemana lagi?" suara Nata memecah keheningan dan ketengangan mereka. Mata mereka langsung tertuju pada gadis berambut ikal tersebut. Nata sudah mulai bosan dengan memperlihatkan wajahnya yang cemberut.

"Aduh, Ayah sampai lupa ... kamu mau kemana lagi setelah ini, Tuan Putri?" Aldo berusaha membujuk putri kesayangannya yang sedang ngambek.

Mata Nisa menatap takjub seorang Aldo yang dulu sangat mencintainya, kini sudah berubah menjadi seorang ayah dan suami yang bertanggung jawab.

Tatapan mata Aldo begitu hangat dan perhatian. Dan Nisa melihat keduanya tengah merayu Nata yang sedang merajuk.

Tanpa sadar rasa haru menyelimuti kalbu Nisa dan air matanya meleleh begitu saja dipipi. Nisa sangat bahagia melihat Aldo dengan kehidupannya.

Nisa segera memalingkan wajahnya. Mengusap perlahan air matanya yang meleleh. Dia tak ingin Aldo ataupun Sofia salah paham dengan sikapnya.

Nisa tidak merasa cemburu atau menyesal, dia benar-benar sangat bahagia. Perasaannya terhadap Aldo sudah sirna jauh sebelum dirinya menghilang lima tahun itu.

"Tante Nisa, kapan-kapan main ya ke rumah Nata ya," ucap Nata sambil melihat ke arah Nisa.

Nisa menatap gadis cilik yang mengajaknya tadi dengan penuh kecerian. Sedangkan kedua orang tuanya sangat heran. Bagi mereka Nata bukanlah anak yang mudah membuka diri dan bergaul dengan anak seusianya.

"Ayah, Bunda, Tante Nisa, boleh kan main ke rumah?" ucap Nata lagi karena belum memperoleh jawaban dari Nisa.

"Tentu saja boleh dong, apapun asalkan Tuan Putri senang," sahut Aldo gemas sambil menarik hidung mungil Nata perlahan.

"Iya, Nata. Nanti kapan-kapan tante Nisa main ke rumah." Nisa memberikan jawaban yang diinginkan Nata. Nata menghampiri Nisa dan mengarahkan kedua tangannya, meminta dipeluk.

"Janji ya tante, tante nggak boleh ingkar dengan Nata," ucap Nata berbicara di pelukan Nisa.

"Iya Nata sayang, tante janji!" Nisa mengikat janji kelingking karena Nata menyodorkan jari kelingkingnya.

"Astaga, Nata sungguh menggemaskan. Semoga aku pun bisa segera mendapatkan keluarga yang bahagia seperti Aldo." Batin Nisa kembali berbicara menatap haru kebahagiaan keluarga kebahagiaan kecil mereka.

"Kami pamit dulu ya, Nis!" Sofia berpamitan sambil memeluk Nisa. Aldo berjabat tangan lalu mereka pergi dengan Nata yang berada di tengah gandengan mereka.

"Huh, ternyata sangat menyenangkan melihat keluarga utuh." Kembali Batin Nisa masih berkomentar.

Nisa baru saja akan beranjak dari tempat duduknya ketika seorang pelayan menghampiri meja makannya.

"Nona, ini pesanan yang akan dibawa pulang!" ucap pelayan tadi memberikan dua kantong paper bag.

Nisa membuka paper bag yang berisi beberapa kotak makan yang akan dibawa pulang. Nisa menautkan alisnya, bahkan dia tidak memesan untuk makanan itu.

"Hurf, Aldo masih saja tetap perhatian. Untung Sofia bukan tipe wanita yang mudah cemburu dan terprovokasi."

"Terima kasih." Pelayan tadi mengangguk dan pergi.

Nisa berjalan keluar membawa dua paper bagi tadi, berbarengan dengan mobil Leon yang sedang berhenti kembali di lampu merah. Leon kembali menyadari sosok Nisa dari kursi penumpang, Leon berencana bertemu klien meskipun di hari libur.

Tanpa pikir panjang, Leon yang tak ingin kehilangan jejaknya. Membuka pintu mobil, dia bertekad tidak akan melepaskan Nisa begitu saja.

Seseorang mencengkram tangan Nisa tiba-tiba. Tatapan matanya penuh dengan kemarahan juga kebencian.

Nisa menarik wajahnya, melihat perlahan wajah orang yang sedang mencengkram nya dengan erat. Sosok itu terasa kabur dimata Nisa, bahkan dia tak mengenal orang di hadapannya.

"Kemana saja kamu pergi, hah? Aku terus mencarimu!" suara bariton penuh penekanan juga keras keluar dari mulut lelaki tadi membuat Nisa bingung.

"Aw, sakit!" Nisa meringis. Paper bagnya terjatuh karena guncangan hebat dari lelaki tadi.

"Katakan padaku, kamu pergi kemana!!" Hardik laki-laki tadi kembali membuat Nisa bertambah bingung.

"Ma–ma–maaf, Tuan mungkin anda salah orang!" Nisa bersikeras tidak mengenal laki-laki tersebut.

"Apa maksudnya? Dia sedang berpura-pura? Dia bahkan melupakanku." Leon sewot sendiri di dalam hatinya.

Laki-laki bertubuh besar itu menatap Nisa dipenuhi kemarahan. Dia merasa Nisa pura-pura tidak mengenalnya.

"Tuan, lepas!" Nisa menghempaskan tangan laki-laki tadi, berjongkok akan mengambil paper bagian makanan, tapi, brak, brak.

Makanan tadi sudah di injak-injak oleh kaki Leon membuat Nisa bahkan Bisma yang sudah memarkirkan mobilnya mengejar tuannya yang selalu tiba-tiba saja melarikan diri akhir-akhir ini, membulatkan kedua mata mereka.

"Arghh. Kamu!" teriak Nisa.

Plak!

Nisa spontan melayangkan satu tamparan di pipi Leon, membuatnya terkejut dan mengepalkan kedua tangannya. Nisa sedih melihat makanan tadi sudah berserakan dan tak berbentuk.

"Ada apa Tuan, apa salahku, hah? Aku sudah bilang, aku tidak mengenalmu? Kenapa kamu malah menginjak-injak makananku!" Nisa tidak terima dirinya diperlakukan kasar oleh laki-laki itu.

"Berapa hargamu? Katakan!!" ucap Leon dengan santai sambil mengeluarkan isi dompetnya, lalu melemparkan banyak lembaran uang kertas ke wajah Nisa.

Ini pertama kalinya Nisa merasa direndahkan. Hatinya terkoyak. Bagaimana bisa ada orang yang begitu saja menanyakan harga dirinya dengan sangat enteng. Di saat dia sedang merasa kesulitan dengan keuangan.

Nisa menggeleng hingga tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Entah kenapa kata kata tadi sangat mengusik hatinya.

"Maaf, Tuan, anda salah orang. Saya tidak menjual diri!" ucap Nisa dengan sorot kekecewaan langsung meninggalkan Leon.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Kalah Telak

    “Sudah nggak usah banyak tanya kalau kamu mau apa yang kamu inginkan tadi berlanjut. Kalau kamu terus bertanya, lebih baik nggak sekalian!” Skakmat Leon dibuatnya mendengar perkataan dari Nisa.“Nggak bisa gitu dong, sayang. Ini kan dia yang ngajakin aku ribut,” suara Leon kini melemah dan menurunkan kedua tangannya. Sikap berubah dari keras dan lembut ketika mendengar ancaman Nisa.Leon tidak terima kalau permintaan lamaran dia ditangguhkan akibat ulah Aldo. Aldo memicingkan matanya pada Nisa, “Ada apa ini? Apa yang kalian rencanakan? Az, kita sudah sepakat malam ya,” Aldo tidak terima dan membuat kebimbangan diantara mereka lagi.Nisa mengabaikan dan segera berbalik. Dia melihat kantong baju yang sudah disiapkan oleh Leon saat dia mandi tadi.“Balik badan kalian!” Nisa memberikan perintah, kali ini setelah ingatan dia kembali, dia tidak mau jadi boneka diantara dua laki-laki itu.Nisa sudah yakin mencintai Leon dan siap memilih Leon, tapi jika harus dihadapkan dengan kejadian sepert

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Lamaran Leon

    “Selamat pagi,” suara lembut dan kecupan di kening membangunkan Nisa yang masih asik dengan tidurnya.Gadis itu membuka matanya dan melihat Leon tersenyum padanya, “Aku mau meresmikan hubungan kita, maukah kamu menikah denganku?” Mata Nisa mengkrejap tidak percaya. Leon tidak ingin membuang waktu lagi, dia ingin segera menjadikan Nisa istrinya.“Jangan bercanda, Leon, ini bukan hal kecil dan nggak main-main,” Nisa bangun dan menutupi tubuhnya dengan selimut.“Aku selalu serius dengan hubungan kita, sejak kita bertemu pun sama. Harusnya ini aku lakukan 5 tahun lalu. Aku ingin menikah denganmu sejak dulu. Kalau nggak ada kejadian itu dan aku kehilangan kamu, mungkin sejak 5 tahun lalu kamu sudah menyandang nama Faraniza Aznii Pratama,” jawab Leon tanpa ragu sambil mengusap pipi Nisa.“Kamu gila, aku masih kuliah tingkat akhir 5 tahun lalu dan nggak mungkin juga aku mau sama anak bocah kayak kamu,” cibir Nisa, di memajukan bibirnya sedikit.“Hahahaha, bocah, tapi kamu suka sama aku kan?

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Gairah Liar

    “Leon, nggak bisakah kita hanya tidur dan nggak melakukan hal ini,” Nisa bernegosiasi, namun sebagian bajunya sudah dibuka sampai perut oleh Leon hingga dua aset miliknya terpampang nyata di mata Leon.“No–no.” Leon pasti menolak, apalagi hasrat liarnya sudah meronta-ronta sejak tadi, “pakai saja dulu, aku mau melihatnya,” Leon benar-benar menurunkan baju Nisa hingga ke lantai dan tersisa bagian yang tertutup di dua benda kenyal dan bagian bawah miliknya.“Buka semua dan pakailah. Cepat, aku sudah nggak tahan,” mulutnya berbicara, tangan Leon ingin menarik kain yang menutupi kedua benda kenyal miliknya yang tersisa.“Aku bisa sendiri,” Nisa menghindari dan segera berbalik. Malu-malu dia melepaskan sisa kain tadi. Nisa merasa tidak nyaman, tapi dorongan Leon seperti tidak bisa ditolaknya. Ada bagian dari Nisa yang seolah menginginkan hal itu.“Padahal aku nggak menginginkan, tapi kenapa jantungku ikutan berdebar. Apa dia benar-benar orang yang sangat aku cintai dulu,” kembali berargume

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Minta Jatah

    Nisa mengingat, dia tidak bisa berenang. Saat dua teman Natasya yang ikut andil mendorong dia ke kolam memang tidak tahu apapun. Namun, yang tahu kisah Nisa memiliki riwayat penyakit adalah Aldo. Dibalik semua, sebelum Aldo meninggalkan Nisa, Aldo sempat iseng pada Nisa.Aldo memang tidak tahu kalau Nisa tidak bisa berenang dan memiliki riwayat penyakit dalam. Aldo awalnya ngerjain Nisa dengan menceburkan dia ke kolam, tapi setelah itu Nisa langsung dilarikan ke rumah sakit. Aldo yang merasa bersalah dan saat mengetahui perbedaan cara hidup Nisa akhirnya meninggalkan Nisa tanpa penjelasan.Saat itu Aldo ingin menjelaskan semua dan meminta maaf pada Nisa. Aldo juga ingin memperbaiki keadaan, tapi Nisa sudah jadian dengan Leon. Aldo lebih duluan terjun ke dalam kolam saat peristiwa itu, Leon tidak menyadari kejanggalan itu. Tapi, setelah itu Nisa tiba-tiba menghilang dari kehidupan mereka.Leon yang menjadikan dirinya keras hati, dingin dan tidak ingin disentuh wanita. Namun, selalu men

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Membela Diri

    Kepala Nisa sedikit pusing mendengar ucapan Aldo. Dia menceritakan masa lalu mereka, tapi dalam bayangan Nisa adalah samar. Dia masih mencoba merapikan kepingan ingatan dia yang hilang.“Ah!” “Apa yang sakit, Az?” Aldo segera mendekat ketika Nisa tadi sempat mendorong tubuhnya. Aldo melihat Nisa memegangi kepala.“Jangan sentuh,” Nisa mengarahkan tangan, memberikan isyarat agar laki-laki itu tidak mendekat.“Az, ayolah jangan marah. Aku melakukan ini karena aku nggak pernah bisa melupakan kamu. Aku hanya sayang kamu, Az,” Aldo sedang memberi pembelaan diri. Dia juga tetap khawatir saat melihat Nisa seperti itu.“Hentikan omong kosong kamu, Al. Kamu benar-benar keterlaluan dan tidak bertanggung jawab. Bisa-bisanya kamu mempermainkan perasaan seseorang sampai bertahun-tahun,” Nisa berkata sambil memegangi kepala. Dia benar-benar menolak Aldo mendekat.“Setidaknya aku sudah mencoba, Az, aku nggak menjadi laki-laki bodoh seperti Leon. Dia itu benar-benar bodoh,” maki Aldo menjadi seorang

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Istri Yang Paling Berharga

    “Maaf Az, aku jadi merepotkan kamu,” Aldo duduk lesu di ruang tamunya.“Nggak apa-apa, Al, aku juga hanya bisa bantu seperti ini,” Nisa menatap lekat wajah Aldo. Dia terlihat lesu dan benar-benar tidak bersemangat.“Nata sudah pulas kan?” Aldo balik menatap Nisa.“Iya, tadi aku sempat temani sebentar di kamar. Pas aku yakin dia sudah benar-benar pulas aku baru keluar,” Nisa tidak pernah menyangka kalau Nata akan benar-benar bersikap seperti tadi.Nisa bukan seseorang yang gampang dekat dengan anak kecil, tapi sikap Nata sangat berbeda. Apalagi Nisa menganggap kalau Nata anak dari Aldo.“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Sofia, Aldo?” Nisa yakin kalau istri mantan pacarnya itu baik-baik saja, dia tidak terlihat seperti orang sakit.“Aku nggak tahu apa yang disembunyikan oleh istriku, Az, tapi aku pun baru tahu hari ini kalau selama setahun belakangan ini kondisi istriku sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Aku sebagai suami bahkan nggak pernah merasakan keganjilan itu. Sofia benar-benar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status