Share

141. Will You Marry Me?

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-07-28 07:48:18

Happy Reading

*****

Arham mengangkat kedua bahunya. "Mana aku tahu. Tadi, sebelum kamu minum obat dari Satya, cincin itu sudah kamu pegang," jelasnya.

Bagas menatap sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter, seolah dia berkata, apakah sang dokter mengetahui keberadaan cincin yang diperuntukkan untuk Mutia.

"Mana aku tahu?" Satya mengangkat kedua bahunya. "Seperti kata Arham tadi, kamu ngomong kalau semua sudah disiapkan. Saat kamu sadar, kami semua, termasuk sahabat Mutia harus sudah ada di rumahmu."

"Jadi, semua ini direncanakan sama kamu, Mas?" tanya Mutia dengan nada geram. Namun, di saat bersamaan, dia juga tersenyum.

Bagas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung harus menjelaskan dari mana perihal rencana yang sudah dia jalankan tadi.

"Mas?" panggil Mutia. Dia mendesak Bagas untuk segera menjelaskan.

Lelaki berambut lurus dengan kulit kuning Langsat tersebut menarik garis bibirnya ke atas.

"Mas, nggak punya ide untuk memaksamu menikah segera, selain dengan cara seperti ini, S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   142. Nikah Besok Pagi

    Happy Reading*****Mutia menarik garis bibirnya, senyumnya benar-benar lebar saat ini. Tindakannya adalah bentuk balas dendam apa yang sudah Bagas lakukan."Sayang, kok, bisa?" tanya Bagas sekali lagi."Bisalah," jawab Mutia santai bahkan terlalu santai hingga membuat orang di sekelilingnya menatap tak percaya."Gimana caramu mendapatkannya, Tia?" tanya Arham penasaran. Mutia cuma menjawab dengan senyuman ke arah Arham. Dia lebih memilih menatap Bagas dan mengambil buket mawar yang ada di tangan lelaki itu. Lalu, mengambil tangan si lelaki lembut. "Berdiri, Mas. Aku nggak mau suamiku kesakitan lagi," ucapnya."Jawab dulu pertanyaanku tadi. Maukah kamu menikah denganku?" kata Bagas, masih mempertahankan posisinya tadi."Mas, mau jawaban yang seperti apa lagi. Bukankah cincin yang Mas siapkan sudah melingkar di jari ini? Masak masih tanya jawabannya apa." Mutia mengerucutkan bibirnya lucu."Kayaknya, ini lamaran terkocak yang pernah aku hadiri," sahut Fikri, "Makanya, kalau buat konse

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   141. Will You Marry Me?

    Happy Reading*****Arham mengangkat kedua bahunya. "Mana aku tahu. Tadi, sebelum kamu minum obat dari Satya, cincin itu sudah kamu pegang," jelasnya.Bagas menatap sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter, seolah dia berkata, apakah sang dokter mengetahui keberadaan cincin yang diperuntukkan untuk Mutia."Mana aku tahu?" Satya mengangkat kedua bahunya. "Seperti kata Arham tadi, kamu ngomong kalau semua sudah disiapkan. Saat kamu sadar, kami semua, termasuk sahabat Mutia harus sudah ada di rumahmu.""Jadi, semua ini direncanakan sama kamu, Mas?" tanya Mutia dengan nada geram. Namun, di saat bersamaan, dia juga tersenyum.Bagas menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung harus menjelaskan dari mana perihal rencana yang sudah dia jalankan tadi."Mas?" panggil Mutia. Dia mendesak Bagas untuk segera menjelaskan.Lelaki berambut lurus dengan kulit kuning Langsat tersebut menarik garis bibirnya ke atas."Mas, nggak punya ide untuk memaksamu menikah segera, selain dengan cara seperti ini, S

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   140. Kapan Ngomongnya?

    Happy Reading*****Seketika. Mutia menoleh ke sumber suara. Namun, lelaki yang masih memejamkan mata itu, tetap diam tak bergerak. Bagas masih tetap pada posisi semula. "Siapa tadi yang berkata? Kenapa suaranya mirip dengan Mas Bagas?" tanya Mutia. Tangisannya berhenti secara otomatis.Ditanya seperti itu oleh Mutia, semua orang bingung dan saling menatap satu sama lain, hanya si kecil yang memperhatikan mamanya."Kenapa kalian menatapku begitu?" tanya Muti. "Maksud pertanyaanmu apa, Tia?" kata Arham, "Suara apa yang kamu maksud?""Itu, tadi Mas Bagas mengatakan kalau aku bisa menebus semua kata maaf dengan menikahinya." Setelah berkata demikian, Mutia kembali menatap Bagas yang masih terbujur dengan mata terpejam."Kamu aneh-aneh, Tia. Sudah tahu Bagas nggak bisa ngapa-ngapain, mana mungkin dia berkata seperti itu," sahut Fikri."Apa mungkin kamu cuma berhalusinasi?" tambah Satya.Bola mata Mutia berputar. Mungkinkah apa yang mereka katakan itu benar? Mungkinkah suara itu, hanya d

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   139. Benarkah Kecelakaan?

    Happy Reading*****Semua mata tertuju pada seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar. Fardan bahkan berlari mendekati lelaki itu. Mata Mutia membelalak selebar-lebarnya, sangat terkejut mendapati lelaki itu sehat-sehat saja. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa dia sedang terluka.Di belakang si lelaki, sahabat-sahabat Mutia juga terlihat. Pasangan Satya dan Fikri juga ada di antara mereka. "Kalian, kenapa ada di sini?" tanya Mutia sedikit terkejut melihat teman-temannya. Belum sempat pertanyaan Mutia dijawab oleh para sahabatnya. Suara Fardan kembali terdengar."Om, katanya tadi masih ada di ruang UGD. Kok, sekarang sudah ada di sini dengan keadaan sehat?" tanya si kecil. Jelas terlihat di matanya jika ada kecurigaan.Fardan mengitari tubuh saudara sepupu papanya. Mengamati keseluruhan tubuh Arham yang sama sekali tidak ada tanda-tanda bekas luka kecelakaan. Bola mata si kecil menyipit. "Om beneran kecelakaan apa nggak, sih? Nggak ada bekas darah sama sekali,

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   138. Lebih Baik Mati

    Happy Reading*****"Ma, tenang," kata Fardan. Mengusap punggung perempuan yang sudah melahirkannya itu dengan air mata yang menganak sungai.Mutia menoleh pada putranya. "Gimana bisa tenang, papamu terbujur," katanya mulai histeris."Bukannya kamu akan lebih tenang jika dia tidak?" kata Surya."Pa," bentak Anjani.Mutia menoleh pada lelaki yang membantunya menemukan dan mengungkapkan fakta tentang keberadaan putranya. Dia tidak marah malah mengingat apa yang sudah dikatakan pada Bagas waktu itu.Memang benar bahwa dirinya pernah meminta Bagas untuk menjauh dan tidak mengganggunya lagi. Mutia bahkan meminta lelaki yang terbujur ditutupi kain putih itu untuk meninggalkannya selamanya. Namun, Bagas seolah tak peduli dengan peringatan Mutia. Lelaki itu tetap saja gencar mendekatinya.Mutia teringat perkataan Bagas tadi pagi yang memintanya untuk memanggil 'Mas'. Namun, perempuan itu sama sekali tidak mengabulkannya."Andai aku tahu bahwa permintaan itu adalah permintaan terakhir, aku pas

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   137. Jangan Tinggalkan Aku

    Happy Reading*****"Sebaiknya, kita pulang saja," kata Fikri. Kedua kaki Mutia rasanya begitu lemah seperti tak bertulang. Perkataan atasannya semakin membuatnya yakin jika keadaan Bagas tidak baik-baik saja."Tapi, Om. Kita belum menyelesaikan proses administrasi kepulangan Mama," sahut si kecil."Ya, sudah. Biar Om yang mengurus. Kamu sama mamamu tunggu di sini saja. Mana surat keterangan yang diberikan untuk mengurus kepulangan mamamu," pinta Fikri.Si kecil menyodorkan surat yang diberikan perawat tadi pada sahabat papanya. Mutia sampai saat ini masih bungkam. Pikirannya, hanya tertuju pada keadaan Bagas padahal raganya masih di rumah sakit. Berbagai macam pikiran buruk menghampiri bahkan hal terburuk yang sedang dipikirkannya saat ini adalah kematian."Bagaimana mungkin kamu meninggalkanku begitu saja, Mas. Kamu belum aku maafkan, tapi kamu sudah berani meninggalkanku seperti ini," gumam Mutia."Mama ngomong apa, sih?" kata Fardan."Mama sangat takut kalau kecelakaan itu sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status