Share

63. Morning Kiss

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-16 13:01:25

Happy Reading

*****

"Jangan di sini. Kita cari tempat yang lebih enak untuk berbincang," ucap Nazar.

Entah apa maksud lelaki itu, Mutia berusaha waspada karena tidak ingin terjebak dengan drama yang Gladys lakukan. Cukup sudah penderitaannya selama ini akibat ulah perempuan itu.

"Cepat katakan, aku nggak punya banyak waktu, Zar," pinta Mutia.

"Pliss, Mut. Apa yang akan aku sampaikan sangat penting, kamu harus tahu siapa Bagas. Bagaimana kehidupan masa lalunya dengan segala permasalahan mental yang pernah dia alami."

"Stop!" pinta si ibu guru dengan mengangkat kelima jari kanannya menghentikan ucapan Nazar. "Jika niatmu cuma untuk menjelek-jelekkan Pak Bagas, aku nggak mau dengar."

"Tia, tolong kamu ke ruangan saya, sekarang juga," ucap lelaki berambut lurus dengan potongan upper cut.

"Baik, Pak?" sahut Mutia. Segera melenggang pergi tanpa mempedulikan Nazar lagi.

Sepeninggal Mutia, lelaki yang tak lain adalah Fikri. Memegang kerah kemeja mantan kekasih Mutia dengan wajah geram.

"Ma
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   64. Antara Curiga dan Cemburu

    Happy Reading*****Mutia yang melihat ketakutan di wajah si kecil segera mendekat dan tanpa banyak kata lagi langsung menggelitik pinggang dan perut Fardan.Tawa keras keluar dari bibir mungil Fardan, Bagas melihat semua itu dengan puas. "Ampun, Ma. Geli," kata Fardan sambil terus tertawa."Kapok, rasain pembalasan kami," kata Bagas."Ya, bener, Pak," sahut Mutia yang terus saja menggelitik perut si kecil."Ampun, Ma. Sudah, dong. Papa ada rapat jam setengah tujuh. Kita akan terlambat kalau Mama terus menggelitiki aku seperti ini," kata Fardan mencoba menghentikan aksi Mutia.Bagas melirik arlojinya sekali lagi. "Sudah, Tia. Kita harus cepat berangkat kalau tidak mau terlambat.""Iya, bener kata Papa," sahut si kecil. Mutia pun menghentikan aksinya. Lalu, dia mendekati Bagas, merapikan dasinya. Setelah itu, dia merapikan pakaian dan rambut Fardan. Kuranng dari lima menit, mereka semua sudah rapi. Baik Fardan dan Bagas tidak mau sarapan, keduanya hanya meminum susu kedelai yang suda

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   63. Morning Kiss

    Happy Reading*****"Jangan di sini. Kita cari tempat yang lebih enak untuk berbincang," ucap Nazar. Entah apa maksud lelaki itu, Mutia berusaha waspada karena tidak ingin terjebak dengan drama yang Gladys lakukan. Cukup sudah penderitaannya selama ini akibat ulah perempuan itu."Cepat katakan, aku nggak punya banyak waktu, Zar," pinta Mutia. "Pliss, Mut. Apa yang akan aku sampaikan sangat penting, kamu harus tahu siapa Bagas. Bagaimana kehidupan masa lalunya dengan segala permasalahan mental yang pernah dia alami.""Stop!" pinta si ibu guru dengan mengangkat kelima jari kanannya menghentikan ucapan Nazar. "Jika niatmu cuma untuk menjelek-jelekkan Pak Bagas, aku nggak mau dengar.""Tia, tolong kamu ke ruangan saya, sekarang juga," ucap lelaki berambut lurus dengan potongan upper cut."Baik, Pak?" sahut Mutia. Segera melenggang pergi tanpa mempedulikan Nazar lagi.Sepeninggal Mutia, lelaki yang tak lain adalah Fikri. Memegang kerah kemeja mantan kekasih Mutia dengan wajah geram. "Ma

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   62. Rencana Pernikahan

    Happy Reading*****Mutia keluar kamar dengan tangan yang digandeng olah Bagas sampai ke meja makan. Anjani dan Fardan melihat keduanya dengan senyum. Si kecil menggeser kursinya, mendekat pada eyang kesayangannya yang selalu memanjakan dan menuruti semua keinginannya walau Bagas sering kali tidak setuju. "Eyang lihat, Mama sama Papa serasi banget. Aku nggak mau punya mama lain selain Mama Mutia," katanya cukup lirih, tetapi Bagas jelas mendengar kalimat tersebut."Sayang, kamu mau pake sambal apa nggak?" tanya Mutia."Nggak," jawab Fardan."Pake," kata Bagas.Anjani menatap putra dan cucunya bergantian, lalu tertawa. "Kamu harus memperjelas panggilan itu ditujukan pada siapa, Tia. Kalau nggak, ini yang akan terjadi. Anak sama Papa akan menyahut barengan."Mutia memutar bola mata ketika melirik Bagas. Namun, dia tetap menampilkan senyuman ketika menoleh ke arah Anjani. "Saya biasa memanggil sayang pada Fardan, Ma. Nggak pernah menyebut panggilan itu pada Pak Bagas," jelasnya."Lho, k

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   61. Masa Lalu yang Belum Terurai

    Happy Reading*****Mutia terdiam. Sudah berulang kali Bagas memperingatkan Mutia agar tidak mencampuri urusannya yang menyangkut masalah mamanya Fardan. Namun, berkali-kali juga si ibu guru melupakan peringatan itu. Dia selalu resah ketika mengingat perempuan yang melahirkan si kecil muncul. Statusnya yang tak jelas membuat Mutia resah."Benar kata, Bagas. Kamu nggak perlu memikirkan masalah mamanya Fardan. Cukup fokus dengan hubungan kalian saat ini. Mama harap, jika kalian memutuskan bersama, segeralah resmikan hubungan itu supaya Fardan bisa bahagia dengan keluarga kecil yang dimilikinya," kata Anjani yang langsung meninggalkan keduanya.Wajah marah yang semula terlihat kini sudah berganti senyuman ketika Bagas melihat Mutia menarik garis bibirnya."Maaf, Pak. Saya melupakan peringatan untuk nggak membahas tentang mamanya Fardan," ucap Mutia ketika Bagas sudah berdiri dengan jarak yang cukup ddekat dengannya.Membalik tubuh perempuan itu dengan cepat, Bagas memeluk Mutia dari bela

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   60. Panggil Mama Anjani

    Happy Reading*****Anjani dengan cepat menggoyangkan tangan kanannya dan juga menggelengkan kepala. "Nggak, Sayang. Perempuan yang melahirkanmu, cuma wanita biasa yang tidak memiliki pendidikan tinggi, sedangkan Mutia bukan perempuan seperti itu. Lagian, seinget Eyang, namanya bukan itu.""Lalu, siapa namanya, Eyang?" tuntut Fardan."Eyang lupa," jawab Anjani dengan raut muka penuh penyesalan. "Sudahlah, sebaiknya kita tidur saja. Kalau sampai papamu tahu kamu belum tidur jam segini bisa marah dia."Walau sedikit kecewa, tetapi Fardan mematuhi ucapan Anjani. Si kecil kembali merebahkan tubuhnya yang memang terasa lelah. Sebentar saja, keduanya sudah terlelap.Ketika Anjani dan Fardan sudah tertidur, Bagas diam-diam menyelinap ke kamar Mutia padahal malam sudah semakin larut. Perlahan, lelaki itu mengetuk pintu karena ternyata si ibu guru menguncinya dari dalam."Tia, buka pintunya," kata Bagas lirih disertai ketukan pintu. "Ini aku, Bagas."Perempuan berambut lurus melebihi bahu ters

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   59. Ingatan Anjani

    Happy Reading*****Anjani menggelengkan kepala dengan cepat."Lalu, kenapa pertanyaan Mama seolah-olah sudah mengenal Mutia?""Entahlah. Mama merasa familier dengan wajahnya ini," jelas Anjani. "Selamat malam, Bu," sapa Mutia. Punggungnya sedikit membungkuk ketika menyapa perempuan yang telah melahirkan Bagas.Mutia tidak menyangka jika eyangnya Fardan masih terlihat muda walau rambutnya sudah mulai beruban. Bagas tersenyum melihat tingkah Mutia yang begitu ramah dengan kesopanan tingkat tinggi."Ma, kenalkan. Dia, Mutia. Guru di sekolah milik keluarga Fikri," kata Bagas memperkenalkan wanitanya. Sementara itu, si sopir membawa Fardan ke kamar yang biasa digunakan olehnya. Matanya masih tertutup rapat, sama sekali tidak mengetahui keberadaan eyangnya."Malam, Tia. Aku mamanya Bagas, Anjani." Perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan si ibu guru."Ma, karena sudah malam dan aku capek banget. Mama sebaiknya pulang. Aku pengen istirahat.""Kamu ngusir Mama, G

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status