LOGINBrigitta Colby adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang mendapatkan dosen pembimbing super menyebalkan bernama Blake Oxenberg. Dosen tampan itu mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan, dikenal pria paling arogan dan menyebalkan di kampus. Brigitta pun harus menahan sakit hatinya setiap bimbingan hingga suatu hari, Brigitta memergoki kekasihnya berselingkuh dengan gadis populer di kampus. Tanpa diduga, Blake berada disana dan dia mengatakan pada Brigitta, akan memberikan nilai bagus dalam skripsinya dan membalas mantan kekasihnya jika mau bersamanya. Brigitta menolak pada awalnya namun dia semakin dipersulit oleh Blake hingga akhirnya Brigitta menyerah dan tinggal bersama dosennya dalam pernikahan diam-diam. Blake membuat Brigitta tidak bisa pergi meninggalkannya dengan berbagai cara dan gadis itu tetap berusaha pergi dari pernikahan toxic itu. Namun Blake adalah orang yang mampu membuat semuanya menjadi keinginannya hingga Brigitta menyerah dalam gairah si dosen tampan. Hubungan mereka yang sudah menjadi manis, berubah saat Brigitta tahu rahasia Blake dan kali ini, Brigitta benar-benar meninggalkan suaminya.
View MoreSebuah Kampus Terkenal di Edinburgh Skotlandia
Seorang gadis berlari tergesa-gesa memasuki gedung yang terbuat dari batu, mengingatkan pada film-film history atau Harry Potter. Sesampainya di dalam, dia menarik nafas dulu lalu bergegas naik tangga menuju lantai tiga dimana ruang kuliahnya berada. Gadis itu membuka pintu perkuliahan dan berjalan mengendap-endap menuju kursi bagian belakang.
"Brigitta Colby! Ini sudah dua kali anda terlambat kelas saya! Kali ini masih saya tolerir! Ketiga kalinya, tidak ada kelas saya untuk anda!"
Gadis itu mematung karena suara dosennya terdengar dan mengenalinya.
"Selamat pagi Prof Hilton," senyum Brigitta dengan kikuk.
"Masih untung anda terlambat tiga menit. Dua menit lagi, anda saya usir!" Pria yang berdiri di depan para mahasiswa itu menatap tajam dari balik kacamatanya.
"Tidak akan terjadi lagi Prof," jawab gadis itu dengan sikap meyakinkan.
"Saya pegang kata-kata anda, Miss Colby." Professor Hilton lalu kembali ke papan tulis.
"Bagaimana kamu bisa terlambat?" bisik seorang gadis berambut pendek bewarna coklat ke arah Brigitta yang bergegas duduk dan mengatur nafasnya.
"Wekerku mati!" jawabnya pendek.
"Brigett, kamu jangan terlambat lagi!"
Gadis bernama Brigett itu, tersenyum manis. "Tidak akan, Lucy."
"Good!" Lucy lalu kembali fokus ke arah Professor Hiltom yang sedang menjabarkan pemetaan pola pikir Sigmund Freud.
Brigitta Colby atau biasa dipanggil Brigett lalu membuka bindernya dan mula mencatat semua hal-hal yang penting perkuliahan pagi ini. Brigitta memiliki rambut hitam panjang dan tebal, mata biru terang, hidung mungil yang mancung, dan bibirnya yang tidak terlalu tebal tapi terlihat seksih. Siapa pun tahu, Brigitta memiliki darah Irlandia disana.
"Id, ego, dan superego adalah tiga komponen yang membentuk kepribadian manusia menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud. Id adalah naluri dasar yang mencari kesenangan instan, ego adalah bagian rasional yang menyeimbangkan kebutuhan id dengan realitas, dan superego adalah suara hati nurani moral yang mewakili standar etika dan sosial yang diinternalisasi," terang Professor Hilton.
Brigitta sibuk mencatat ketika Lucy menjawil tangannya. Brigitta menoleh ke arah Lucy yang mengedikkan dagunya ke arah seseorang yang menoleh ke arahnya.
Brigitta mengarahkan wajahnya dan melihat seorang pria imut memandang dirinya yang duduk di deretan bawah dari meja kuliahnya. Brigitta tersenyum tipis saat Thomas memberikan gerakan ciuman ke dirinya, membuat gadis itu menggelengkan kepalanya. Gemas dengan kelakuannya.
Pria itu bernama Thomas Bardeem, kekasih Brigitta. Brigitta dan Thomas memang sedang berpacaran tiga bulan ini namun jadwal di rumah sakit sebagai residen, sering tidak sinkron hingga sebulan ini mereka nyaris tidak pernah kencan yang kencan sebenarnya. Thomas memberikan kode dengan dua jarinya yang menggambarkan dia dan Brigitta jalan bersama.
Brigitta mengangguk dan menjawab 'okay' tanpa suara ke Thomas.
Thomas pun tersenyum manis dan kembali konsentrasi kuliahnya.
Brigitta melirik ke arah Lucy yang memajukan bibirnya, pertanda dia tidak suka. Brigitta pun menyenggol siku Lucy, dan memberi kode untuk tidak ikut campur dengan hubungan pribadinya.
Brigitta kembali konsentrasi kuliah tentang psikoanalisa yang merupakan bagian dari salah mata kuliah wajib sebelum kamu memutuskan hendak menjadi dokter spesialis apa. Menjadi dokter adalah impian Brigitta sejak kecil apalagi ibunya meninggal karena kanker payudara saat dirinya masuk high school, Ayahnya yang seorang masinis, bekerja keras demi putrinya dan Brigitta pun tidak mau memberatkan ayahnya. Dia berhasil mendapatkan beasiswa masuk ke fakultas kedokteran Universitas Edinburgh.
Pada saat Brigitta lulus menjadi sarjana kedokteran, ayahnya meninggal karena serangan jantung. Brigitta terpaksa menjual rumahnya karena tidak mampu membayar pajak yang cukup tinggi. Berbekal uang hasil penjualan rumah dan tabungan, Brigitta memilih tinggal di flat murah dekat kampus dan rumah sakit. Brigitta benar-benar menerapkan hidup sederhana untuk kehidupan sehari-hari karena dia belum mendapatkan pemasukan. Beruntung dia diberikan otak cerdas hingga nilai-nilainya tetap bagus dan beasiswanya lancar setiap tahunnya.
"Oke, perkuliahan kita cukup hari ini dan minggu depan kita akan adakan pop quiz!" Professor Hilton membereskan semua berkasnya dan memasukkan ke dalam tas, begitu juga dengan para mahasiswanya termasuk Brigitta dan Lucy. "Miss Colby, ingat pesan saya!"
Brigitta pun meringis ke arah dosen yang sebenarnya favoritnya tapi salah satu dosen terkiller di fakultas kedokteran.
"Siap Prof!" jawab Brigitta sebelum Professor Hilton keluar dari pintu yang melambaikan tangannya.
"Bagaimana bisa weker kamu mati?" tanya Lucy sambil menyampirkan tali tasnya setelah teguran dosennya ke sahabatnya.
"Mati ... ya mati, Luce." Brigitta memasukkan bindernya ke dalam tas ranselnya dan berjalan keluar ruang kuliah.
"Brigett!"
Brigitta menoleh dan Thomas langsung menjejeri dirinya sementara Lucy di sisi lain. Pria itu menggandeng tangan Brigitta.
"Apa Tom?" tanya Brigitta. "Apa kita jadi kencan nanti malam? Aku dapat shift siang kok."
"Apa kamu bisa bergantian shift denganku besok? Kamu ambil shift malam dan aku siang?" jawab Thomas sementara Brigitta terkejut, begitu juga dengan Lucy.
"Lho? Kita tidak jadi kencan? Kita sudah lama tidak pergi bersama lho. Kan kamu juga dapat shift siang hari ini?" jawab Brigitta ke kekasihnya.
"Ayolah, Brigett," rayu Thomas. "Soal kencan kan bisa di rumah sakit. Sekarang kamu mau nggak besok bertukar shift?'
"Sorry, darling, aku tidak mau kali ini. Aku sudah tiga kali bertukar shift denganmu!"
Thomas melepaskan gandengannya. "Kamu kekasih tidak peka."
"Seharusnya aku yang bilang begitu, Thomas. Aku sudah capek shift malam." Brigitta menatap penuh selidik ke Thomas. "Kenapa kamu begitu ngotot besok minta shift siang?"
Thomas mencibir Brigitta. "Aku hanya ingin bisa tidur malam."
"Thomas, untuk kali ini, aku tidak mau bertukar shift padamu!" sela Brigitta.
"Kamu memang menyebalkan! Kencan kita batal! ... Kekasih macam apa kamu?" Thomas pun pergi meninggalkan Brigitta dan Lucy yang terbengong-bengong.
"Dia ... NPD ( Narcissistic Personality Disorder ) ya?" ucap Lucy. "Sudah, Brigett! Tinggalkan saja pria menyebalkan itu!"
"Aku bingung ... Apa benar hanya demi bisa tidur malam? Aku kan juga ingin merasakan shift siang dan bisa tidur di tempat tidur aku sendiri," gumam Brigitta.
"Jangan kamu pikirkan! Kita harus kembali ke rumah sakit, B!" Lucy lalu menarik tangan Brigitta dan mengajaknya keluar dari gedung kokoh itu menuju parkiran. Keduanya pun tiba di mobil Citroen imut Lucy dan masuk ke dalam.
"Kamu yakin mau bertahan dengan pria macam begitu?" tanya Lucy sambil menstater mobilnya.
"Thomas baik ...."
"No, girl, Thomas bukan pria baik!" ucap Lucy gemas. "Dengar Brigett, kita sudah bersahabat sejak awal kita masuk kampus dan aku sangat tahu kamu itu anak baik. Dan aku tidak ikhlas kalau kamu mendapatkan pasangan yang NPD macam Thomas itu!"
Mobil mungil Lucy tiba di parkiran rumah sakit dan keduanya pun turun. Brigitta berjalan masuk ke dalam rumah sakit sembari membongkar tasnya mencari ID cardnya tanpa melihat jalan. Tiba-tiba gadis itu tersandung dan jatuh keatas paha seseorang yang duduk diatas kursi roda. Brigitta pun mendongakkan wajahnya yang langsung memucat saat tahu siapa orang itu.
"Pro ... Professor Oxenberg?"
***
EdinburghAlbert mendapatkan detektif yang berbeda dari apa yang disewa oleh Blake. Dokter bedah itu berharap akan mendapatkan informasi yang akurat dan bisa menemukan Brigitta dan bayi yang masih di dalam kandungannya. Blake tidak mau ada hilang moment saat proses kelahiran anaknya nanti."Apakah detektif yang ini, bisa menemukan Bri?" tanya Blake ke Albert."Saya harap bisa tuan. Semakin banyak orang yang mencari, bukankah kemungkinan ditemukan akan semakin besar?" jawab Albert.Blake mengangguk. "Kamu benar. Aku tetap merasa Lucy tahu semuanya."Albert mengangguk. "Saya juga merasa demikian."***Seminggu KemudianBrigitta merasa akhir-akhir ini suasana di desa Killin tidak nyaman dan seperti ada yang mengawasi dirinya. Dokter Zach yang melihat rekannya tampak tidak nyaman, ikut penasaran kenapa Brigitta seperti itu."Ada apa Dokter Colby?" tanya Dokter Zach saat melihat Brigitta tampak gelisah."Rasanya seperti ada orang yang mengawasi saya, Dokter Zach," jawab Brigitta.Dokter Za
Setelah Lucy pergi, Blake pun melamun di ruang kerjanya. Dirinya merasa gagal menjadi seorang suami yang melindungi istrinya. Blake hanya bisa berharap ada kabar baik dari detektif yang mencari Brigitta. Tak lama, Jeff pun masuk ke dalam ruang kerjanya. Terapis yang juga menjadi sahabat Blake itu langsung duduk di depan meja kerja pria yang sedang termenung."Ada apa Blake? Tadi itu Dokter Lucy kan? Aku tadi berpapasan dengannya." Jeff menatap Blake. "Dia tidak ada info soal Brigitta?"Blake menggeleng. "Lucy tidak mau memberitahukan dimana Bri."Jeff menghela nafas panjang. "Tentu saja Dokter Lucy tidak mau memberitahu karena dia takut sahabatnya terluka lagi."Blake menutup wajahnya dengan tangan. "Aku harus cari kemana? Aku ingin segera bertemu dengan Bri apalagi dia sedang hamil besar. Uang yang dia miliki akan tetap berkurang!""Apakah kamu masih mengirimkan uang ke rekening Brigitta?"Blake membuka tangannya dan wajahnya menatap Jeff. "Aku masih mengirimkan uang ke rekening Brig
"Tuan Oxenberg, bagaimana dengan istri anda? Apakah dia bisa diajukan sebagai saksi?" tanya asisten hakim ke Blake."Maaf tuan asisten hakim, tapi saya tidak mau membawa istri saya kemari sebagai saksi karena ini sangat memalukan. Saya pun cukup malu dengan kelakukan kakek saya meskipun saya tahu dia seorang womanizer tapi saya sungguh tidak menduga jika dia akan berani melakukan itu pada istri saya sendiri! Jadi yang mulia hakim, saya tidak akan membawa Bri kemari. Saya tidak mau membuat dia teringat kembali kejadian tidak menyenangkan itu."Albert dan Dennis McCarthy bisa paham kenapa Blake tidak mau Brigitta menjadi saksi agar wasiat itu batal karena pria itu cukup malu dengan sikap kakeknya. Ditambah dirinya tidak bisa melindungi istrinya dari kelakuan Charles yang memalukan!"Baik Tuan Oxenberg." Asisten hakim menoleh ke arah Hakim yang menatap tajam."Bukankah aku tadi sudah bilang, jika aku berada di posisi Dokter Colby atau Nyonya Oxenberg, aku pun akan melakukan hal yang sama
Brigitta melihat berita di televisi bahwa Blake menjadi CEO Oxenberg Pharmacy Ltd, perusahaan farmasi milik keluarganya. Bumil itu hanya tersenyum miris karena akhirnya suaminya mendapatkan apa yang dia inginkan tapi dia masih sakit hati dengan perlakuan Charles Oxenberg."Kakek aku itu memang womanizer dan kamu harus berhati-hati padanya."Brigitta tidak melupakan pesan Blake tapi dia tidak menduga akan mengalaminya sendiri. Brigitta diundadang oleh Charles untuk makan siang dan saat itu dia baru menikah dua bulan. Brigitta tidak pernah menyangka jika acara makan siang itu menjadi acara paling buruk yang pernah dia alami.Brigitta datang karena menghomati Charles yang datang bersama dengan asistennya, Roy. Dia tidak berpikiran macam-macam hingga pria tua itu mulai menyenggol balik kamar tidurnya dan kehidupan seksualnya."Memangnya cucuku yang lumpuh itu bisa berdiri? Bisa berhubungan intim denganmu? Bukankah dengan lumpuh, maka akan kesulitan?" ejek Charles membuat Brigitta bertanya
Seminggu sudah Charles Oxenberg dimakamkan dan semua orang yang tahu Blake sudah menikah dengan Brigitta Colby, membuat gosip dan spekulasi bahwa pernikahan mereka hanya pura-pura sampai dokter bedah senior itu bisa berjalan. Blake mengacuhkan semua gosip itu sampai dia mendapatkan panggilan dari tangan kanan Charles untuk pembacaan wasiat.Blake pun datang ke pabrik farmasi Oxenberg bersama Albert serta pengacaranya, Dennis McCarthy, dan dia melihat sudah ada pengacara kakeknya sekaligus pengacara perusahaan. Ketiganya tahu bahwa ini sangat serius dan mereka pun dipersilahkan duduk. "Selamat pagi Mr Oxenberg, Mr McCarthy, Mr Albert. Hari ini kita akan memulai acara pembacaan suart wasiat dari the late Mr Oxenberg senior," ucap pengacara itu saat ketiganya sudah duduk dengan serius."Baik," balas Blake."Kita mulai ya Sir."Pengacara itu mulai membacakan opening dan hingga ke intinya."Perusahaan farmasi Oxenberg akan diberikan pada cucuku, Blake dan nanti harus diberikan pada anakny
Blake bergegas mendatangi rumah kakeknya, Charles Oxenberg, bersama dengan Albert. Untuk sementara, dia harus menunda mencari Brigitta karena kakeknya lebih penting. Blake merasa dirinya sedikit jahat karena dia berharap kakeknya mati hingga tidak ada yang akan mengganggu Brigitta."Tuan muda, tuan besar dalam kondisi kritis!" lapor kepala pelayan saat Blake datang."Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?" tanya Blake dengan nada gusar dan bergegas menuju kamar Charles."Tuan besar yang tidak mau, tuan muda!"Blake mendengus kesal karena kakeknya memang keras kepala. "Kakek!" panggilnya saat dia masuk ke kamar Charles. Dia melihat Charles Oxenberg tampak kepayahan dengan menggunakan oksigen dan dokter keluarga sudah mengeluarkan mesin-mesin yang disimpan oleh Charles untuk mengontrol kondisinya."Bagaimana kondisinya Dokter Smith?" tanya Blake ke dokter keluarga yang sudah berada disana sembari memeriksa konidisi Charles Oxenberg."Tidak terlalu bagus, Blake tapi kakekmu keras kepala kar






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments