Dua minggu setelah acara makan malam bersama cucu-cucunya, nenek Sari masih belum bisa membujuk Kaivan untuk membantunya mengurus perusahaan. Jangankan membujuk, berbicara saja sulit dilakukan karena Kaivan seolah merajuk kepada sang nenek karena merasa dipaksa keluar dari zona nyamannya selama ini.
Seminggu terakhir ini bahkan Nyonya Sari tidak melihat Kaivan dirumah, cucu tampannya tersebut sengaja pulang larut malam dan mulai beranjak dari kamarnya saat Nyonya Sari sudah meninggalkan rumah atau bahkan pagi-pagi buta sebelum neneknya tersebut terbangun.
Namun hari ini Nyonya Sari sengaja mengosongkan jadwalnya agar dapat berbincang dengan cucunya tersebut. Kaivan tampak kaget saat menuruni tangga hendak sarapan ia melihat sang nenek tengah asyik mengelus kucing kesayangannya sembari menonton televisi padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, biasanya neneknya sudah meninggalkan rumah untuk ke kantor atau sekedar meninjau pabrik.
“Nenek belum ke kant
Setelah perdebatan dengan cucunya, Nyonya Sari sengaja mengunjungi La Casa untuk bertemu dengan Azrico. Ia berharap agar Azrico mau membantunya membujuk sahabatnya tersebut untuk mengelola perusahaannya sementara Azrico menjalankan bisnis mereka. Sebuah win-win solution untuk mereka berdua. Toh selama ini memang sebagian besar kegiatan di Kafe diambil alih oleh Azrico karena Kaivan sibuk kesana-kemari dengan kekasihnya.Akan tetapi sesampainya di La Casa ternyata Azrico belum tiba, saat Nyonya Sari menanyakan kepada salah satu pegawai disana mereka mnegatakan bahwa hari ini Azrico tengah mengantar ibunya ke bandara sehingga ia akan sangat terlambat ke Kafe. Mendengar hal tersebut Nyonya Sari memutuskan untuk menunggu sembari menikmati suasana Kafe, sesekali menggantikan Kaivan untuk mengawasi usahanya batin Nyonya Sari.Saat tengam melihat-lihat suasana sekeliling mata Nyonya Sari mengakap sosok gadis yang tidak asing. Gadis itu baru saja tiba dari arah ruang
Ditengah-tengah asyiknya perbincangan antara Nyonya Sari dan Namara, tiba-tiba terdengar dering telepon dari smartphone milik Nyonya Sari.“Halo Banu” Nyonya Sari menjawab telepon dari salah seorang sekertarisnya.“Mohon maaf sebelumnya bu, saya ingin menyampaikan kabar buruk” suara diujung telepon terdengar sangat gusar serta sedikit bergetar.“Tenang Banu, katakan perlahan. Kenapa kau panik seperti itu”“Bu, area gudang dan pabrik di sektor A1 terbakar. Saat ini seluruh buruh tengah dievakuasi dan pemadam masih berusaha memadamkan api. Mereka kesulitan karena barang-barang yang ada di gudang kita sebagian besar mudah terbakar dan beberapa lainnya merupakan bahan baku yang mudah meledak sehingga api belum bisa.....” Nyonya Sari meletakkan smartphonenya tanpa sadar. Ia tidak memperdulikan seruan diseberang telepon yang memanggil-manggil namanya.Wajah Nyonya Sari tiba-tiba memucat, tatapannya berubah
Kaivan mengikuti dokter Hasbi menuju ke ruangannya. Pikirannya bercabang antara lega sekaligus resah memikirkan masa depannya dan kesehatan neneknya. Sembari mengikuti langkah dokter Hasbi, Kaivan merogoh sakunya dan mengirim sebuah pesan di grup keluarga mereka. Ia mengabarkan bahwa semua baik-baik saja, saat ini neneknya tengah dirawat di ruang ICCU setelah melewati masa kritis serta meminta kepada om dan tantenya agar jangan terlalu khawatir.Sebuah panggilan masuk dari Alanna masuk ke smartphone milih Kaivan untuk kesekian kalinya. Ia menekan tombol merah menolak panggilan dari kekasihnya tersebut. Saat ini ia benar-benar sedang tidak ingin berbicara dengan Alanna walau ia jelas tahu bahwa gadus cantik itu tengah mengkhawatirkannya.Tak lama berselang sebuah panggilan kembali masuk ke layar smartphonenya, nama Bunda tertulis di layar tersebut.“Ya bun”“Kaivan kamu dimana? Bunda baru landing dan masih di bandara. Nenek baik-bai
“Kaivan....” Adiba menyentuh pundak Kaivan perlahan.“Bunda.” Kaivan menoleh kearah sumber suara, ia melihat sang ibu dengan mata berkaca-kaca. Seketika Adiba merasakan hatinya sangat hancur, dan memeluk Kaivan sengan erat.“Ini semua salahku, seandainya aku mengiyakan permintaan nenek untuk mengurus perusahaan pasti nenek tidak akan seperti ini Bun. Ini semua karena aku, aku ini cucu durhaka. Aku yang membuat semuanya menjadi seperti ini” lanjut Kaivan menumpahkan segala emosi yang ia pendam sedari tadi, tangisnya pecah dipelukan Adiba.“Tidak apa-apan nak, tidak ada yang salah. Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir” setetes airmata membasahi pipi Adiba.Bahkan disaat kedua orangtuanya berpisah Kaivan tidak sedikitpun mengeluarkan airmata, kejadian ini pasti menjadi pukulan yang sangat berat baginya apalagi Nyonya Sari adalah orang yang peling dekat dengan Kaivan selama ini.“Enggak
Keesokan harinya setelah memastikan pagi ini neneknya dalam kondisi baik di rumah sakit, Kaivan bergegas menuju pabrik area A1 yang kemarin terbakar. Sejak kemarin neneknya masih belum siuman namun kabar baiknya kondisi Nyonya Sari sudah lebh baik dari sebelumnya meskipun masih harus dirawat di ruang ICU.Mobil yang ia tumpangi melaju ke arah pabrik, hari ini ia diantar oleh supir pribadi Nyonya Sari serta didampingi oleh Pak Banu.Pak Banu adalah orang kepercayaan Nyonya Sari yang sudah lama bekerja sejak Kaivan masih anak-anak. Ia paham betul bagaimana Nyonya Sari menjalankan bisnisnya dengan baik selama ini, oleh karena itu ia akan membantu Kaivan untuk meneruskan menajlankan bisnis keluarga mereka. Pak Banu memberikan beberapa dokumen penting yang harus segera dipelajari oleh Kaivan. Lelaki itu tampak mengangkat sebelah alisnya saat melihat tumpukan map yang berisi dokumen dari pak Banu.“Bapak tidak berharap saya akan menyelesaikan semua dokumen ini h
“Kaivan ada kesini nggak?”“Ha? Eh nggak ada kak. Mas Kaivan belum ada kemari sejak kemarin” seorang pegawai di La Casa menjawab dengan sedikit gugup. Ia terkejut karena tiba-tiba ditanyai perihal atasannya oleh seorang wanita cantik saat tengah asyik mengelap meja.“Oke, thanks!” Alanna berbalik dengan cepat dan segera meninggalkan La Casa.Gadis itu mulai bingung kemana lagi ia harus mencari kekasihnya yang sudah beberapa hari mengabaikannya padahal mereka sudah berbaikan beberapa waktu yang lalu. Ditambah kejadian yang menimpa perusahaan keluarganya tersebut pasti membuatnya terkejut batin Alanna.Pagi ini bahkan ia sudah mampir kerumah Kaivan namun pembantunya bilang tuannya tersebut sudah pergi kerumah sakit namun ia tidak diberitahu rumah sakit mana yang dimaksud dengan dalih Kaivan tidak memberitahukan kepada pembantunya dimana Nyonya Besar rumah ini dirawat.Menghubungi Sheira juga percuma saja, sel
Kaivan baru saja merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu ketika sebuah deringan dari panggilan masuk menyeruak dari smartphonenya.Nama Bunda tertera di layar, namun kali ini ia tidak lagi merasa kesal saat membaca nama itu di layar smartphonenya karena sudah pasti ada kabar terbaru mengenai neneknya.“Halo Bun”“Van kamu bisa kerumah sakit sekarang? Nenek sudah siuman”“Beneran Bun? Syukurlah, aku kesana sekarang”“Jangan ngebut ya, hati-hati di jalan nak” tutup Adiba mengakhiri teleponnya.Rasa lelah Kaivan seolah sirna bergantikan rasa senang yang membuncah, akhirnya neneknya sadarkan diri. Sejak kemarin neneknya hanya terbaring dan tidak sadarkan diri, sebenarnya Kaivan masih sangat mencemaskan kondisi neneknya akan tetapi keruwetan mengurus perusahaan tidak memberikannya kesempatan untuk memikirkan hal lain selain pekerjaannya. Kaivan hanya mengganti baju dan membasuh wajahnya dengan air da
Seminggu setelah dirawat di rumah sakit akhirnya kematin sore Nyonya Sari sudah diperbolehkan pulang. Om dan Tante Kaivan sudah kembali ke rutinitas mereka sejak 3 hari yang lalu, rumah mewah itu kembali terasa lengang.Di pagi yang tenang tiba-tiba rumah Nyonya Sari kedatangan seorang tamu yang sudah beberapa kali datang selama beberapa hari terakhir namun tidak kunjung bertemu dengan tuan rumah yang dicarinya. Tamu itu adalah Alanna.Pagi ini Alanna sengaja pagi-pagi sekali mendatangi rumah Nyonya Sari agar dapat menemui Kaivan. Ia merasa sangat kesal dengan kekasihnya tersbeut karena hampir dua pekan ia merasa benar-benar diabaikan.Karena tidak bisa mengelak lagi akhirnya Kaivan menemui Alanna karena desakan mbok Ratmi yang iba melihat Alanna selalu mencari Kaivan. Dengan wajah yang masih mengantuk mau tidak mau Kaivan harus segera turun sebelum mbok Ratmi menyeret tuan mudanya tersebut turun dari kamarnya.Saat tiba di ruang tamu ia melih