Share

HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN
HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN
Penulis: Reinee

MURKA SANG SUAMI

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-06 13:18:51

"Dasar perempuan jalang! Kamu benar-benar memalukan Aghnia Prameswari!" 

Aku sudah bersiap mendengar kata-kata itu keluar dari mulut mas Dewo. Namun ternyata, yang kulihat hanya kilat dari mata merahnya seperti pedang menghunus sampai ke jantungku. Bibir terkatup rapat seolah membendung sesuatu mengerikan yang akan keluar dari dalam mulutnya. 

Untuk pertama kali dalam hidup, aku merasakan ketakutan yang luar biasa pada sosok pria di depanku. Pria yang menikahiku sepuluh tahun lalu dan telah menghadiahi dua putri cantik dalam perkawinan kami itu biasanya memang sangat irit bicara. 

"Ma-afkan aku, Mas," ucapku terbata. Tubuhku limbung ke lantai saat perih tak mampu lagi membendung air mata. Kebahagiaan yang sempat meluap usai perjumpaanku dengan pria idaman lain beberapa jam yang lalu mendadak hilang begitu saja, berganti sebuah penyesalan yang tak pernah terbayang akan bisa kurasakan sebelumnya. 

Aku bersimpuh, tunduk menatap lantai dingin yang bahkan pagi harinya masih kutapaki dengan jejak riang mengiring hasratku untuk bertemu dengan kekasih hati yang telah mengisi hari-hariku beberapa bulan terakhir.

Sepandai-pandai menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Aku tahu pepatah itu. Tapi sepertinya aku sudah berusaha menyimpan rapat segala hal tentang Narendra. Bahkan tak pernah kubiarkan sedikitpun jejak digital tersimpan setelah chat mesranya selama ini. Apalagi tentang pertemuan-pertemuan rahasia kami. 

Satu hal yang membuatku tak habis pikir. Bagaimana cara Mas Dewo bisa tahu semua itu? Sejak kapan dia mulai mengendus pengkhianatanku? Ironisnya, dia justru mengungkapnya tepat di hari ulang tahunku dan di depan mata anak-anak kami.

Aku merasa begitu kotor saat ini. Bahkan dua putriku pun seperti tak mau mendekat lagi padaku. Keduanya kini hanya berdiri memandang jarak beberapa meter dari tempatku bersimpuh dengan tatapan yang tak mengerti. Dua pasang mata tak berdosa itu kurasakan begitu membenciku.

"Bangun!" seru Mas Dewo lagi. 

Aku pun mendongak, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menatap kembali Mas Dewo yang kini tengah berdiri tepat di depanku mengepal tangannya yang masih terlihat bergetar.

"Berdiri!" teriaknya kemudian. 

Jantungku terasa mau lepas mendengar ucap dengan nada tinggi itu. Aku bahkan tak ingat kapan dia pernah berkata kasar seperti itu kepadaku. Ini pertama kalinya dan aku merasa sangat ketakutan.

Dengan susah payah aku mencoba bangkit dari posisi bersimpuh. Namun sebelum dua kaki ini berhasil menumpu dengan sempurna di lantai, tiba-tiba kurasakan tangannya menarik rambut panjangku dengan kasar dan menyeret tubuh ini mengikuti langkahnya yang berat.

"Ibu!!!" Kudengar suara Aqilla, anak bungsuku menjerit dan diikuti tangisan anak pertamaku. Sayangnya, Mas Dewo seolah tuli. Dia tidak peduli dan terus menyeret tubuhku, sampai suara tangis kedua putri kami tak terdengar lagi.

Ternyata, pria itu menarikku sampai ke ruangan di dekat dapur yang selama ini kami sebut dengan gudang.

Brak!

Sesampainya kami di sana, Mas Dewo langsung menendang keras daun pintu yang jarang-jarang kami buka itu. Tanpa menunggu waktu lama,  dia pun mendorong kuat hingga tubuhku merangsek ke dalam, lalu terjerembab di lantai yang sangat kotor dan berdebu.

Sebelum kusadari apa yang terjadi, gudang itu pun telah tertutup rapat, diikuti suara kunci yang diputar dari luar. 

Rupanya, inilah cara Mas Dewo menghukumku. Bukan dengan mengotori mulutnya dengan caci maki, tetapi mengurungku di tempat barang-barang berkas tak terpakai di rumah kami.

"Aw!" Aku meringis menahan perih tak terkira. Rasanya, rambutku seperti usai dicabut paksa dari batok kepala karena Mas Dewo menariknya sangat kuat tadi. Dengan masih berlinangan air mata, kucoba menggeser tubuh untuk duduk bersandar di dinding gudang yang gelap dan pengap itu.

Demi apapun, aku tak pernah menyangka Mas Dewo bisa berbuat sekejam ini padaku! Dia yang sehari-harinya terlihat pendiam, tak banyak bicara, dan biasanya juga tak terlalu peduli dengan apa yang kulakukan, kali ini benar-benar membuatku shock.

Di tengah kesakitanku meringis bersandar pada tembok lembab gudang, tiba-tiba ada getaran yang kurasakan dari dalam saku cardigan panjangku. 

"Ponselku!" pekikku dalam hati. 

Rupanya, aku masih menyimpan benda pipih yang selama ini aku sembunyikan dari suamiku itu di saku baju bagian dalam. Benda pipih berukuran tak terlalu besar namun berharga mahal yang dihadiahkan Narendra untukku beberapa bulan yang lalu.

 

“Haruskah kuhubungi Narendra agar dia bisa membantuku keluar dari ruang sempit ini? Tapi, mungkinkah aku bisa hidup tanpa anak-anakku nantinya jika aku memilih untuk pergi bersama dengan Narendra?” lirihku pelan.

Jika aku dan Mas Dewo sampai bercerai, bukankah hak asuh anak-anakku otomatis akan jatuh ke tangannya karena akulah yang telah menyelingkuhinya? Lagipula, pekerjaan suamiku yang seorang Pegawai Negeri Sipil itu tentu jauh lebih dipercaya daripada aku yang hanya seorang penulis freelance.

Satu, dua, tiga menit berlalu. Berulang kali, kupejamkan mata untuk menentukan keputusan terbaik. Aku segera mengakhiri kebimbangan dengan membuka akun perpesanan di ponsel.

[Tolong aku! Kamu harus selamatkan aku, Re. Suamiku mengurungku di gudang. Dia sudah tahu semuanya tentang kita.]

Beberapa menit menunggu, tapi centang dua itu tak kunjung jadi biru. 

Hatiku mulai gelisah. Campur aduk antara rasa nyeri di badan dan sesak di dada–menanti yang tak pasti.

Seketika, mataku terpaku pada warna biru di layar. Narendra telah membaca pesan dariku! Hatiku bersorak, tetapi kegembiraan itu tak berlangsung lama karena tak ada balasan apapun darinya. Narendra bahkan tak terlihat online lagi setelahnya. 

“Apa pria itu hanyalah seorang pengecut yang tersesat sampai ke hatiku? Bukankah, selama ini dia selalu berjanji untuk membahagiakanku? Bahkan, dia selalu mengkhayalkan kami akan bersama dalam sebuah biduk rumah tangga suatu hari kelak walau kami tak pernah tahu kapan itu akan terjadi.” Suara batinku berkecamuk.

Aku masih ingat dengan jelas segala hal yang dikatakannya. Pria itu berkata bahwa andai aku mau bicara jujur saat merasa tak bahagia dengan Dewo, saat itu juga dia akan menjemput dan membawaku pergi dari rumah ini. 

“Mungkinkah itu hanya rayuan gombal?” Tanpa sadar, aku mulai menggigit bibirku resah.

Belum selesai dengan pertentangan batinku, akun Narendra tiba-tiba terlihat sedang mengetikkan sesuatu. Segala kekhawatiran yang tadi melingkupi hatiku seakan lenyap dan berganti dengan kegembiraan.

[Hei, Jalang! Membusuklah kamu di situ! Suamiku tidak akan pernah datang untuk menolongmu.] balas akun itu.

Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fatma Wati
biarkanlah dan ikhlaskanlah
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
lanjut kak author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   DAMAI DI MATA AGNIA (TAMAT)

    Rani menatap sahabatnya yang duduk bersandar di sampingnya dengan kebingungan. Tangannya bahkan masih terasa gemetar usai membaca berita itu. Namun kondisi Agnia yang terlihat masih begitu lemah membuatnya ragu. Sayangnya, kebingungan Rani terbaca oleh Agnia yang sedang menoleh ke arahnya. “Kenapa, Ran?” tanyanya, masih dengan suara parau. “Eh, ehmm nggak kok, Ni. Nggak apa-apa,” jawabnya terbata. Meski dalam kondisi terpuruk, Agnia tentu tak tega melihat muka pucat pasi sahabatnya itu. Dia pun kemudian menggeser posisi duduknya, lalu berusaha memegang kening Rani. “Apa kamu sakit?” tanyanya. “Kalau memang nggak kuat, kamu pulang saja nggak apa-apa, Ran. Ada bapak ibu dan adik-adik Mas Dewo di sini. Mereka bisa menemaniku,” lanjutnya. Rani menggeleng. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja Rani lebih memilih untuk tinggal bersama dengan Agnia dibanding beristirahat di kontrakan sendirian. Meski begitu, Rani masih belum ingin menceritakan kondisinya saat ini pada sahabatnya. “Aku ng

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   TRAGIS

    Roda empat Narendra melaju makin cepat di depan mobil polisi yang mengejarnya. Celine ingin terus mempertahankan kecepatannya demi tak tertangkap oleh polisi-polisi yang mengejarnya itu, sementara Narendra yang berusaha sekuat tenaga menghentikan wanita itu justru membuat gerak mobil jadi semakin tak tentu arah. “Cel, berhenti Celine!” Narendra makin panik. Ditambah lagi, suara sirine mobil polisi yang meraung raung di belakang mereka dan orang-orang di jalanan yang nyaris semuanya berhenti menyaksikan kejadian itu seolah menelanjangi keduanya. Narendra terus berteriak menyuruh Celine untuk menghentikan mobilnya. Sementara tangannya berusaha sebisa mungkin menghentikan Celine. Namun hal itu justru membuat Celine kehilangan fokus. Laju mobil pun semakin tak terkendali. Celine yang panik, bahkan tak sempat berpikir untuk menghentikan saja mobil itu dan menyerahkan dirinya pada pihak berwajib. “Diam kamu! Bisa diam nggak sih! Kamu justru bikin aku nggak fokus, Narendra!” kata wanita

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   MELARIKAN DIRI

    Tak lagi memperdulikan Celine, Narendra bergegas turun ke lantai bawah. Lelaki itu berjalan cepat menuju dimana mobilnya terparkir. Namun karena merasa belum selesai dengan Narendra, Celine mengejar hingga ke tempat parkir. Dorong mendorong kasar pun terjadi. Narendra yang yang ingin cepat pergi ke rumah Agnia merasa sangat terganggu dengan kehadiran Celine yang terus ingin mengajaknya bicara. Sementara itu, Celine yang masih merasa punya urusan dengan lelaki itu pun tak mau tinggal diam. Berulang kali dia menutup kembali pintu mobil yang dibuka oleh Narendra. Karena kesal dengan ulah Celine, Narendra akhirnya menghentikan niatnya untuk segera pergi. Dia kembali menutup kembali pintu mobilnya dengan kasar, kemudian berdiri berkacak pinggang di depan sang istri. “Mau kamu apa sih?! Kamu nggak lihat aku mau pergi? Aku juga punya urusan, Celine. Nggak bisa terus terusan meladeni tingkah konyolmu yang kekanak-kanakan kayak gini.”Melihat Narendra makin marah, Celine justru juga bertam

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   MERASA MENANG

    Rani akhirnya menemukan sebuah rumah kontrakan kecil yang langsung dibayarnya selama setahun ke depan. Sebenarnya bisa saja dia menyewa sebuah apartemen yang pastinya lebih nyaman daripada kontrakan yang dipilihnya saat itu. Tapi mengingat sudah tak ada lagi lelaki yang mensupport finansialnya saat ini, Rani memilih untuk berhemat sampai nanti dia mendapatkan sumber penghasilan lainnya lagi. Memikirkan kondisinya yang berbalik seratus delapan puluh derajat dari yang sebelumnya, Rani jadi teringat dengan nasib malang yang juga sedang menimpa sahabatnya. Untuk itulah, hari itu dia memutuskan untuk kembali mengunjungi Agnia di rumah sakit. Namun sesampainya di sana, Rani dibuat shock dengan telah berkumpulnya semua keluarga besar Agnia yang seolah sedang bersiap menghadapi sesuatu buruk yang akan terjadi. Dan benar saja, beberapa saat setelah kedatangan Rani, dokter akhirnya menyampaikan berita bahwa Dewo benar-benar telah pergi meninggalkan mereka semua. Tangis yang pecah dari Agnia

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   BAHU UNTUK BERSANDAR

    Di tengah tengah kebingungannya, Rani hanya teringat pada Agnia. Tapi saat taksi yang membawanya menuju rumah sahabatnya itu baru sampai setengah perjalanan, dia seperti baru tersadar bahwa keputusannya untuk pergi ke rumah Agnia adalah salah. Bagaimana mungkin dia berpikir untuk menumpang tinggal di rumah sahabatnya itu jika saat ini saja Agnia sedang mengalami kesulitan yang bahkan jauh lebih berat dibanding dirinya. “Nggak jadi, Pak. Saya turun di sini saja. Saya akan ganti ongkosnya,” katanya kemudian pada si driver taksi online yang ditumpanginya. Rani pun kemudian turun, lalu memutuskan untuk duduk sebentar di sebuah bangku taman untuk memikirkan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Kembali ke rumah orang tuanya adalah hal yang jelas tidak mungkin dilakukannya. Selain karena keduanya sudah meninggal dunia, rumah itu kini juga telah diambil alih keluarga kakaknya yang sangat membencinya karena ketidakpeduliannya pada keluarga besar. Ternyata selama ini dia merasa hidupnya b

  • HANCUR BERSAMA SELINGKUHAN   BUSUKNYA NARENDRA

    Wanita yang biasanya sangat patuh dan penurut pada Rani itu tak menampakkan gentar sedikitpun. Bahkan dia juga berani membalas saat mantan istri dari majikannya itu menampar pipinya berulang kali. “Saya sudah berusaha menjadi asisten yang baik, tapi kelakuan Anda sudah sangat keterlaluan. Anda mengkhianati suami Anda sendiri di rumahnya. Itu sama saja Anda membuang kotoran Anda di tempat makan yang telah diberikan majikan Anda. Sekarang lebih baik Anda pergi. Karena walaupun sampai menangis darah pun, Bapak tidak akan pernah memaafkan Anda,” kata wanita itu setengah mengancam. Mendengar kata-kata sang mantan pembantu, niat Rani untuk meminta maaf pada mantan suaminya pun urung sudah. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan oleh mantan asisten rumah tangganya itu, suaminya tentu tak akan sudi lagi menerima permintaan maafnya mengingat dirinya bukan lah satu satunya wanita yang dia miliki. Rani mengutuk kebodohannya sendiri karena ternyata selama ini karena memilih untuk menerima

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status