Share

Obok-obok di kantor

Author: Rafasya
last update Huling Na-update: 2025-02-27 08:29:33
“Si-siapa kamu?!”

Tak lama kemudian ...

TING!

Ponselnya berbunyi lagi.

[Sahira, buka pintunya. Aku antar makanan.] David.

Hufftt!

“Syukurlah itu Pak David, aku sangat takut sekali.”

Sahira menepuk dahinya sendiri saat sadar, kalau lampu apartemen mati karena memang sedang ada perbaikan. Jantungnya yang sempat berdetak kencang mulai tenang, meskipun rasa takutnya belum sepenuhnya hilang.

Kriet.

Pintu terbuka.

David berdiri di sana dengan kantong makanan di tangan. “Kenapa wajahmu pucat begitu?” tanyanya heran.

Sahira menelan ludah, lalu menggeleng pelan. “Eng ... cu-cuma kaget aja.”

“Oh, ini makanan untukmu. Bos yang mengirimkannya.”

“Terima kasih.”

Sahira segera menutup pintu dan menguncinya.

Dia berpikir.

Kalau semuanya cuma kebetulan ... lalu siapa yang mengirim pesan tadi?

Namun, dia berusaha mengabaikan semuanya.

“Mungkin aku cuma capek dan terlalu paranoid,” pikirnya.

Sahira meletakkan kantong makanan di meja dapur, membuka isinya sekilas, lal
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mesjid Pasar
Sergio pasti inii ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Jauhi mereka, Maxy!

    “Max, apa itu?” suara Belinda menggema pelan di telinga Maxy begitu ia mendengar langkah ibunya mendekat. Belinda berdiri di kejauhan dengan wajah kelelahan dan baju penuh debu, plastik berisi tisu tergantung di tangan kanannya. Pandangannya tertuju pada kotak besar berwarna biru metalik yang dipeluk Maxy erat-erat seperti benda paling berharga di dunia.Wajah Maxy berubah gugup. Dia tahu ibunya tidak suka menerima barang dari orang asing, apalagi jika barang itu tampak mahal seperti mainan di tangannya saat ini.Melihat ibunya mulai mempercepat langkah, Maxy langsung memutuskan menghindari pertanyaan yang mungkin akan memicu kemarahan Belinda.“Bu, aku pergi main dulu!” serunya cepat.“Max, itu—tunggu! Apa itu?!” Belinda mencoba menyusul, tapi Maxy sudah melesat seperti angin. Kakinya berlari lincah, menghindari genangan air dan melompati batu-batu kecil di trotoar.“Max, jangan lama-lama! Sebentar lagi malam!” teriak Belinda, suaranya semakin pelan tertelan hiruk-pikuk kota.“Siap,

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Hadiah untukmu

    Keesokan harinya.Di sudut trotoar pertigaan dekat halte tua, Maxy sedang duduk bersila di atas kardus tipis. Tangannya sibuk membetulkan gantungan kunci yang sempat berantakan karena beberapa orang dewasa tadi memegang seenaknya, lalu pergi tanpa membeli. Tisu-tisu yang biasa dijajakan bersama Belinda telah habis.“Maxy, tunggu di sini sebentar. Ibu mau ambil tisu lagi. Tisunya sudah habis,” ucap Belinda sebelum berlalu.“Baik, Ibu.” jawab Maxy, tetap sibuk dengan tumpukan gantungan kunci dari manik-manik bekas dan benang kasur yang ia kumpulkan dari limbah.Langkahnya tenang, wajahnya serius meski usianya baru delapan tahun. Sesekali, dia menatap lalu lalang kendaraan di seberang jalan, berharap ada satu saja yang berhenti dan membeli dagangannya.Tap! Tap! Tap!Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Awalnya biasa saja. Tapi ritmenya berbeda, pasti bukan langkah orang biasa yang hanya lewat, ini terlalu mantap. Maxy secara refleks menoleh ke kanan.Dan di sanalah dia ...

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Kau menggemaskan!

    Beberapa menit kemudian ....Krukukukuk!Suara perut Maxy yang kelaparan terdengar begitu jelas di tengah suasana senyap sore hari. Ia buru-buru menundukkan kepala, wajahnya memerah karena malu.“Ugh!” Maxy memekik pelan, tangannya refleks memegang perutnya yang berbunyi seperti sedang memberontak.Sierra, yang duduk di sampingnya di tangga depan gedung les elit, menoleh dan langsung menahan tawa. Suara cekikikan kecil keluar dari bibir mungilnya.“Kau lapar?” tanyanya dengan nada geli, matanya membulat lucu.Maxy menggaruk rambutnya yang kusut, meski sebenarnya tidak gatal. Ia menunduk malu. “Hmm. Sedikit,” jawabnya jujur tapi ragu, mencoba menahan rasa malu yang menusuk harga dirinya.Tanpa banyak kata, Sierra membuka tas mungil warna ungu pastel miliknya yang disampirkan di bahu. Ia mengeluarkan sebuah kotak makan bergambar kuda poni. Dengan senyum manis, ia mengulurkannya ke Maxy.“Ambillah, Mommy-ku yang buat.”Maxy menatap kotak itu sejenak. Matanya berbinar, tapi dia masih ragu

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Benar, aku anak haram, ibu?

    Keesokan harinya.Maxy duduk bersila di lantai rumah mereka yang sempit. Di hadapannya, beberapa manik-manik kecil, tali nilon, dan lem tembak berserakan. Belinda duduk tak jauh darinya, sibuk merangkai gantungan kunci berbentuk bunga dari kain perca bekas. Tangannya cekatan, tapi wajahnya tampak lelah, garis-garis tua tergambar jelas di wajahnya meski usianya belum terlalu tua.Belinda sesekali menghembuskan napas berat, namun matanya tetap fokus.Maxy, yang biasanya ceria dan tak betah diam, kini lebih tenang. Tatapannya tajam tertuju pada jemarinya yang tengah merangkai dua manik bulat ke dalam seutas tali. Tapi pikirannya tak di sana.Belinda melirik putranya, heran karena Maxy tak mengajak Joy bermain seperti biasa.“Kau tidak main dengan Joy?” tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan dari kerajinan tangannya.Maxy menggeleng pelan, lalu berkata lirih, “Tidak. Joy sedang ikut ayahnya pergi.”“Hmm.” gumam Belinda sambil mengangguk kecil.Keheningan menggantung di antara mereka selama

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Cih, anak perempuan?

    Mobil sedan hitam mengilap itu meluncur pelan di depan sebuah salon mewah di sudut kota. Michael memarkirnya dengan cermat, lalu membuka pintu dan turun dengan langkah mantap. Udara sore yang hangat menyambutnya, menyatu dengan aroma semerbak dari deretan toko perawatan tubuh yang berjejer rapi di sepanjang jalan itu.Ia berjalan cepat, sesekali melirik jam tangannya. Saat masuk ke dalam salon, suara lonceng kecil menyambutnya. Aroma rambut yang baru dicuci dan semprotan parfum ringan langsung menyeruak ke inderanya.Matanya langsung tertumbuk pada dua sosok yang tengah bercermin di depan meja rias. Sahira sedang membenarkan anting mungil berhiaskan berlian kecil di telinganya. Di sebelahnya, Sierra mengenakan gaun pesta warna ungu muda dengan pita besar di punggungnya. Kuncir kembarnya tampak rapi dan lucu, dihias jepit bintang berkilau.Michael tersenyum. Matanya memandangi mereka sejenak—dua wanita yang ia cintai lebih dari apa pun di dunia ini."Wow ... dua bidadari sedang bersina

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Maxy vs Michael

    “Jangan kasar terhadap anak kecil!” ucap Michael seraya menatap tajam.Pria tua itu terkesiap, tangannya tertahan di udara. Ia menatap Michael dari atas ke bawah, ragu-ragu.“Siapa kamu? Ini bukan urusanmu!”Michael menyipitkan mata. “Namaku Michael Nathaniel, pemilik Horisson Steel.” Suaranya dingin. “Dan saya sangat tidak suka melihat seorang pria dewasa bersikap keji pada anak kecil, apalagi di tempat umum.”Pemilik toko terdiam sejenak. Nama itu tidak asing di telinganya—Michael adalah pengusaha besar, klien penting dari banyak distributor mainan impor. Tidak seseorang yang bisa ia lawan begitu saja.“Tapi anak ini ... dia masuk tanpa izin. Merusak mainan seharga hampir seratus juta! Siapa yang akan ganti rugi?!”Michael menoleh ke arah anak kecil itu. Bocah itu kini menunduk, menggenggam celananya erat-erat, tubuhnya sedikit gemetar. Tapi tatapan matanya keras. Tak ada tangis, hanya ketakutan yang ditahan mati-matian.Michael kembali menatap pemilik toko. “Anak ini masih kecil. K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status