Share

BAB 10. BULAN MADU DI LONDON

Di kamar hotel, Flora merapikan semua barang-barang dan gaun pengantinnya dalam kotak. Nanti ada suruhan Reno yang membereskan dan mengirim ke Singapura. Flora memandang  gaun pengantin yang kemarin di pakainya. Teringat kembali saat-saat dia sempat dibuat stres oleh ibu Megawati.

Sedang sibuk mempersiapkan perjalanan bulan madunya, ponsel Flora berdering, dari Vivian.

"Hallo mbak Flora, selamat atas penikahannya. Semoga langgeng ya mbak.."

Flora ingin menjawab , terdengar suara berisik," Sombong , tidak ngundang kami menyaksikan pernikahanmu. Kamu kira kami tidak bisa ke sana? " kata Shinta.

Flora terkejut, hmm.. pasti Shanti merebut ponsel Vivian .

"Kamu kira dengan memblokirku aku tidak bisa menghubungimu? Kamu  pasti melarang Reno menerima teleponku, kemarin aku nelpon dia tutup ponselnya ! Kamu  bahagia? No ! Aku akan membuat pernikahanmu tidak bahagia. Aku baru dapat info dari mantan Reno yang tinggal di London, Reno itu psikopat, nikmatilah pernikahanmu, aku jamin belum sebulan kamu minta cerai atau dia menceraikanmu !" kata ibu Megawati,

Sekujur tubuh Flora tiba-tiba merinding, kebingungan melanda dirinya , bagaimana mungkin ibu Megawati bisa mengetahui bahwa di samping Irene ada mantannya Reno? Ah.. itu hanya halusinasi ibu Megawati yang ingin merebut Reno, pasti dia akan buat seribu hal untuk mendapatkan Reno, batin Flora kembali mengepak bajunya dan baju Reno ke koper untuk di bawa ke London.

*****

Esok paginya mereka mengadakan perjalanan bulan madu dari bandara Ngurah Rai  , singgah di Dubai  kemudian ke bandara Heathrow, London , Britania Raya membuat  mereka capek.  Tiba di  bandara Heathrow ,  London, cuaca sangat dingin, perubahan cuaca membuat Flora  agak meriang dan bersin-bersin sepanjang dari bandara Heatrow  ke rumah orangtua Reno  di pedesaan. Hampstead.

Malam pertama di Hampstead , mereka  tidak bercinta, Reno ingin agar  mereka beristirahat apalagi dia melihat Flora yang  meriang, batuk-batuk dan bersin-bersin.  Dia melayani Flora yang terus meringkuk di tempat tidur, mengatur suhu ruang kamar tidur  agar tetap terasa hangat.

Flora melihat di matanya,  sinar matanya tajam yang telah membuat Flora gugup ketika mereka  pertama kali bertemu di café jalan Jaksa.  Sinar matanya sekarang  berkabut  rindu ingin  bercinta .

“ Maafkan , saya tidak bisa memenuhi keinginanmu. “ bisik Flora .

“ Aku akan menunggu sampai kau sembuh. Dua tahun aku menunggu, masa beberapa hari aku tidak bisa.” bisik Reno sambil mengecup kening Flora.

Kemudian dia  menggendong Flora , membawanya  ke depan perapian , dimana api menari-nari dengan lincahnya. Lidah-lidah api yang menari-nari,  membuat suasana terasa  romantis . Kehangatan api perapian menembus kulit mereka yang berbalut baju hangat, selimut tebal berlapis-lapis .

“ Kamu ingin seteguk wine?” bisik Reno.

“ Hmm… boleh agar badanku bisa terasa hangat, dalam dekapanmu dan hangatnya wine.” Kata Flora sambil menatap Reno.

Reno membaringkan Flora di sofa depan perapian , mengambil botol anggur dengan dua gelas anggur. Sambil menggoyang-goyangkan gelas anggur lalu menghampiri Flora , menyerahkan gelas anggur.

“ Mmm… sepat, asam dan terasa hangat di kerongkongan.” gumam Flora.

“ Ini Red wine, memang terasa lebih sepat daripada rasa white wine.”  Sahut Reno.

Reno duduk di sofa, mengangkat tubuh Flora , memangkunya, memeluk Flora dari belakang, sekali-kali mencium tengkuk Flora.

Flora menatap  perapian di depannya sambil menyesap anggur, entah kekuatan dari mana dia merasa tubuhnya yang hangat ingin  menjadi lebih hangat.

“ Reno ….? “ panggil  Flora manja.

“ Yes darling….”

“ Aku ingin lebih hangat lagi.” Katanya.

" Kamu masih kedinginan?" tanya Reno.

" Peluklah aku erat-erat, aku rasanya ingin bercinta."

“ Heh… apakah anggur yang membuatmu ingin bercinta?” bisik Reno.

“ Mmm…. Tidak ! Kau…… dari kemarin matamu menyiratkan kamu menginginiku. “

 “ Kita lakukan di sini ? ” bisik Reno  parau menahan hasrat yang disimpannya sejak kemarin.

Flora mengangguk.

“ Hum…  are you sure?” tanyanya.

Flora tidak menjawab, meletakkan gelas sampagnenya , mengambil gelas sampagne dari tangan Reno lalu meletakkan di meja di samping sofa. Membalikkan badanya, mereka sekarang berhadapan, nafas yang berhembus dari mulut mereka menjadi uap yang saling berkejaran di depan wajah mereka.

Tanpa  menunggu lama Reno mengecup bibir Flora meninggalkan suara kecupan, beralih  ke telinga, turun ke leher dan kemudian berlabuh di payudara Flora yang sudah  berdenyut minta dimainkan. Merekapun bercinta, perlahan - lahan , takut membuat Flora cepat  lelah, Reno  berinsiatif memegang kendali membuat Flora mengerang, mendesah, mengeluh serta  menyebut nama Reno  berkali - kali .

“ Are you ready?” gumam Reno.

Flora hanya mampu mengangguk , tidak mampu berbicara karena sibuk dengan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh tubuhnya.  Desahan, desisan, erangan bergema di depan ruang perapian.

" Kita lakukan di depan perapian, agar lebih romantis." bisik Reno.

 Diangkatnya tubuh Flora didudukan di sofa, mengambil selimut menebarkan di atas karpet merah berbulu tebal lalu mengangkat Flora dan membaringkannya di atas selimut . Mereka bertatapan, Flora menatap mata coklat terang bercampur dengan aksen hijau dan oranye berselimutkan gairah.

" Flora, I love you," bisik Reno.

" I love you too and I need you." bisik Flora.

Perlahan-lahan Reno melepaskan semua yang menutupi tubuh Flora, api perapian hangat menelimuti tubuh Flora. Kemudian Reno membuka pakaiannya ditatap oleh Flora pernuh hasrat, kedua tubuh telanjang yang berada di depan perapian langsung saling merengkuh kuat.

Gemerisik api perapian, penyatuan dua tubuh yang saling memagut di atas selimut , desisan, desahan dan erangan Flora ditingkah dengan suara salju yang turun di  atap pondok, membuat sensasi  romantis ditingkahi dengan api perapian yang menjilat-jilat  dinding tungku yang kemudian menyebar ke dua tubuh yang saling berpagut menciptakan moment indah yang tidak dapat mereka lihat tapi dapat mereka rasakan sehingga mereka terus berpacu mencari kenikmatan yang selalu mereka dambakan.

Mereka akhirnya  terbaring lunglai dengan nafas  terengah - engah. Dengan saling berpelukan  mereka menuju ke kamar tidur meneruskan kenikmatan yang tidak ingin mereka lepaskan. Setiap awal pasti akan berakhir, kenikmatan telah diraih dengan lenguhan panjang berkali-kali, mereka mengakhiri  kemesraan mereka  dengan berbaring saling menatap  , berpelukan  merekapun tertidur dengan rasa puas penuh kenikmatan.

Flora bangun lebih dahulu dari Reno. Dilihatnya Reno yang  terbaring pasrah, ada semburat merah  di pipinya. Dan senyum kepuasan di bibirnya yang seksi.  Meskipun matanya terpejam masih terlihat tampan.  Flora turun dari  tempat tidur, menyelusuri rumah pertanian yang ditata sangat artistik dan terkesan tradisional.

“ Kamu menyukainya? “ terdengar suara Reno di belakangnya.

“  Ini tempat mom dilahirkan dan dibesarkan. Kemudian mom menikah dengan dad, mereka ke Singapura memulai hidup baru.  Setiap liburan kampus aku lebih senang kemari daripada kembali ke Singapura.”

“ Asyik , sepanjang mata memandang terlihat  hijau membentang, “ bisik Flora mengagumi padang rumput di sekeliling  pondok  pertanian, nampak beberapa domba merumput.

“ Siapa yang mengurusnya?” tanya Flora.

“ Setiap enam bulan sekali ada tim yang kami kontrak untuk membersihkan di dalam pondok dan di luar pondok. Waktu aku menetapkan akan berbulan madu di sini, aku minta mereka membersihkan dan menyiapkan beberapa bahan makanan, kopi , susu dan air mineral.”

“ Hmm…. Dapurnya lucu banget.” kata Flora melihat dapur tradisional tapi sudah direnovasi menjadi modern dengan peralatan listrik.

“ Mau minum kopi?” tanya Reno.

“ Boleh, aku nanti yang bikin sandwich , mau pakai  daging slice ? “ tanya Flora sambil membuka kulkas.

“ Ada beef slice, ada daging slice, ups…. Ada sirloin slice beef.” Kata Flora memandang ke dalam  kulkas ukuran besar .

“ Apakah kita tinggal disini lama? Kok bahan makanannya banyak banget !” seru Flora.

“ Aku serahkan padamu, kamu yang menentukan berapa hari kamu mau menikmati . “

“ Selesai sarapan , aku  ajak kamu pacaran.”

“ Pacaran? He..Eh… kita kurang sekali berpacaran, malah lebih banyak…. Mmm…mmm…” dehem Flora membuat Reno gemas , mengangkatnya, menciumnya dan bibir mereka kembali berkulum.

“ Eh… aku buat sarapan dulu, kau buat kopi.” kata Flora sambil tertawa.

Dibantu Reno, Flora menyelesaikan membuat sandwich, dilapisi beef slice dan telur rebus dipadu dengan mayonaise dan sambal tomat.

Setelahnya bersama-sama mereka membersihkan , merapikan dapur dan madi bersama yang bathtubnya lucu, gentong besar yang bisa air panas dan air dingin.

Bergandengan tangan mereka keluar pondok , berjalan menyusuri tanah pertanian menapaki jalan setapak yang tertata rapi menuju ke taman Hampstead.

“ Ini hutan kota, aku biasanya bersantai, berolah raga dan piknik , membawa bekal sandwich seharian duduk-duduk , membaca buku menghilangkan stress akibat tuntutan kuliah. Aku betah berlama-lama di sini.”

“ Pernahkah kamu mengajak Liza dan Ami?” tanya Flora.

“ Sering, kalau liburan musim panas, Liza dan Ami minta berlibut ke pondok.” kata Reno.

“ Sebenarnya aku ingin menjualnya, karena di Singapura aku punya apartemen dan kondonium. Bagaimana pendapatmu? “ tanya Reno.

“ Kalau aku sih jangan dijual, apalagi Liza dan Ami menurutmu  menyukai pondok ini, siapa tahu nanti jika mereka kuliah di London mereka bisa berlibur kemari, ” kata Flora.

Sambil bergandengan tangan, malah kadang-kadang saling menatap,  mereka mencari spot-spot  indah agar bisa menyaksikan panorama indah kota London.

“ Reno…?”

“ Hmm…. Ada apa  darling?”

“ Kamu pasti pernah pacaran dengan Irene di taman ini? “ tanya Flora.

Reno tidak menjawab, tatapannya jauh ke depan, “ Kalau kamu tidak mau jawab tidak apa-apa.” kata Flora takut Reno tersinggung.

“ Sering, waktu kami kuliah di Oxford, liburan kami adalah di pondok , kami jalan-jalan , berpacaran di taman ini. Kamu bertanya , saya menjawab yang sebenarnya. Kamu marah atau jealous?” tanyanya.

“ Tidak ! Aku hanya ingin tahu saja , ternyata kamu jujur juga.” Kata Flora menahan senyum karena sengaja mengajukan pertanyaan nakal.

“ Kamu menggemaskan !  Tidak saja di tempat tidur, tapi juga sedang berpacaran.” Kata Reno.

“ Awas, nanti malam, aku membuatmu menjerit-jerit histeris, pondok ini jauh dari pondok tetangga.” Kata Reno dengan memincingkan matanya membuat Flora tertawa.

“ Siapa takut?!” tantang Flora.

Setelahnya Reno mengajak Flora “ berpacaran “ sambil melihat keindahan  kota London, mengunjungi Katedral St. Paul yang ikonik dan artistik , dibangun pada abad ke 17,  terletak di distrik kota London. Sambil saling menggenggam , jari-jarinya  Reno kuat menggenggam jari Flora seakan-akan  Flora  hilang di keramaian wisatawan  yang juga mengagumi keindahan di sekitar  gereja St. Paul.

Mereka beristirahat sebentar, selanjutnya meneruskan perjalanan ke jembatan Millenium yang letaknya di seberang gereja. Setelah puas mengagumi keindahan di sekitar gereja St. Paul, mereka singgah makan siang di Dion Restaurant , menikmati suasana romantis dan kuliner yang enak dan bergengsi sambil memandang gereja St. Paul.

Mereka tidak mensia-siakan situasi ramantis dengan saling  memandang , berbisik  dan dengan saling menjalin jari-jari kami. Bisikannya membuat telinga Flora  merah dan memberi respons pada jantung Flora  yang berdebar tak terkendali,  sekali-sekali berbisik di telinga Flora, “ I love you.” sambil mengangsurkan badannya ke depan lalu mencium Flora.

Selama tiga hari sehabis menelusuri kota London, malamnya mereka mengisi dan mencharge cinta mereka Satu hal yang baru diketahui Flora ketika mereka bercinta di depan perapian, adalah wajah Reno jika mencapai puncak klimaks, raut wajahnya terlihat aneh, bukan hasrat, bukan gairah tapi tatapan liar yang bikin tengkuknya merinding. Apakah mungkin jilatan api di perapian membuat wajahnya terlihat aneh? Batin Flora.  Selama mereka berhubungan intim di Bali, wajah Reno terlihat penuh gairah cinta, bukan wajah yang terlihat menakutkan di mata Flora.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status