Di kamar hotel, Flora merapikan semua barang-barang dan gaun pengantinnya dalam kotak. Nanti ada suruhan Reno yang membereskan dan mengirim ke Singapura. Flora memandang gaun pengantin yang kemarin di pakainya. Teringat kembali saat-saat dia sempat dibuat stres oleh ibu Megawati.
Sedang sibuk mempersiapkan perjalanan bulan madunya, ponsel Flora berdering, dari Vivian.
"Hallo mbak Flora, selamat atas penikahannya. Semoga langgeng ya mbak.."
Flora ingin menjawab , terdengar suara berisik," Sombong , tidak ngundang kami menyaksikan pernikahanmu. Kamu kira kami tidak bisa ke sana? " kata Shinta.
Flora terkejut, hmm.. pasti Shanti merebut ponsel Vivian .
"Kamu kira dengan memblokirku aku tidak bisa menghubungimu? Kamu pasti melarang Reno menerima teleponku, kemarin aku nelpon dia tutup ponselnya ! Kamu bahagia? No ! Aku akan membuat pernikahanmu tidak bahagia. Aku baru dapat info dari mantan Reno yang tinggal di London, Reno itu psikopat, nikmatilah pernikahanmu, aku jamin belum sebulan kamu minta cerai atau dia menceraikanmu !" kata ibu Megawati,
Sekujur tubuh Flora tiba-tiba merinding, kebingungan melanda dirinya , bagaimana mungkin ibu Megawati bisa mengetahui bahwa di samping Irene ada mantannya Reno? Ah.. itu hanya halusinasi ibu Megawati yang ingin merebut Reno, pasti dia akan buat seribu hal untuk mendapatkan Reno, batin Flora kembali mengepak bajunya dan baju Reno ke koper untuk di bawa ke London.
*****
Esok paginya mereka mengadakan perjalanan bulan madu dari bandara Ngurah Rai , singgah di Dubai kemudian ke bandara Heathrow, London , Britania Raya membuat mereka capek. Tiba di bandara Heathrow , London, cuaca sangat dingin, perubahan cuaca membuat Flora agak meriang dan bersin-bersin sepanjang dari bandara Heatrow ke rumah orangtua Reno di pedesaan. Hampstead.
Malam pertama di Hampstead , mereka tidak bercinta, Reno ingin agar mereka beristirahat apalagi dia melihat Flora yang meriang, batuk-batuk dan bersin-bersin. Dia melayani Flora yang terus meringkuk di tempat tidur, mengatur suhu ruang kamar tidur agar tetap terasa hangat.
Flora melihat di matanya, sinar matanya tajam yang telah membuat Flora gugup ketika mereka pertama kali bertemu di café jalan Jaksa. Sinar matanya sekarang berkabut rindu ingin bercinta .
“ Maafkan , saya tidak bisa memenuhi keinginanmu. “ bisik Flora .
“ Aku akan menunggu sampai kau sembuh. Dua tahun aku menunggu, masa beberapa hari aku tidak bisa.” bisik Reno sambil mengecup kening Flora.
Kemudian dia menggendong Flora , membawanya ke depan perapian , dimana api menari-nari dengan lincahnya. Lidah-lidah api yang menari-nari, membuat suasana terasa romantis . Kehangatan api perapian menembus kulit mereka yang berbalut baju hangat, selimut tebal berlapis-lapis .
“ Kamu ingin seteguk wine?” bisik Reno.
“ Hmm… boleh agar badanku bisa terasa hangat, dalam dekapanmu dan hangatnya wine.” Kata Flora sambil menatap Reno.
Reno membaringkan Flora di sofa depan perapian , mengambil botol anggur dengan dua gelas anggur. Sambil menggoyang-goyangkan gelas anggur lalu menghampiri Flora , menyerahkan gelas anggur.
“ Mmm… sepat, asam dan terasa hangat di kerongkongan.” gumam Flora.
“ Ini Red wine, memang terasa lebih sepat daripada rasa white wine.” Sahut Reno.
Reno duduk di sofa, mengangkat tubuh Flora , memangkunya, memeluk Flora dari belakang, sekali-kali mencium tengkuk Flora.
Flora menatap perapian di depannya sambil menyesap anggur, entah kekuatan dari mana dia merasa tubuhnya yang hangat ingin menjadi lebih hangat.
“ Reno ….? “ panggil Flora manja.
“ Yes darling….”
“ Aku ingin lebih hangat lagi.” Katanya.
" Kamu masih kedinginan?" tanya Reno.
" Peluklah aku erat-erat, aku rasanya ingin bercinta."
“ Heh… apakah anggur yang membuatmu ingin bercinta?” bisik Reno.
“ Mmm…. Tidak ! Kau…… dari kemarin matamu menyiratkan kamu menginginiku. “
“ Kita lakukan di sini ? ” bisik Reno parau menahan hasrat yang disimpannya sejak kemarin.
Flora mengangguk.
“ Hum… are you sure?” tanyanya.
Flora tidak menjawab, meletakkan gelas sampagnenya , mengambil gelas sampagne dari tangan Reno lalu meletakkan di meja di samping sofa. Membalikkan badanya, mereka sekarang berhadapan, nafas yang berhembus dari mulut mereka menjadi uap yang saling berkejaran di depan wajah mereka.
Tanpa menunggu lama Reno mengecup bibir Flora meninggalkan suara kecupan, beralih ke telinga, turun ke leher dan kemudian berlabuh di payudara Flora yang sudah berdenyut minta dimainkan. Merekapun bercinta, perlahan - lahan , takut membuat Flora cepat lelah, Reno berinsiatif memegang kendali membuat Flora mengerang, mendesah, mengeluh serta menyebut nama Reno berkali - kali .
“ Are you ready?” gumam Reno.
Flora hanya mampu mengangguk , tidak mampu berbicara karena sibuk dengan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh tubuhnya. Desahan, desisan, erangan bergema di depan ruang perapian.
" Kita lakukan di depan perapian, agar lebih romantis." bisik Reno.
Diangkatnya tubuh Flora didudukan di sofa, mengambil selimut menebarkan di atas karpet merah berbulu tebal lalu mengangkat Flora dan membaringkannya di atas selimut . Mereka bertatapan, Flora menatap mata coklat terang bercampur dengan aksen hijau dan oranye berselimutkan gairah.
" Flora, I love you," bisik Reno.
" I love you too and I need you." bisik Flora.
Perlahan-lahan Reno melepaskan semua yang menutupi tubuh Flora, api perapian hangat menelimuti tubuh Flora. Kemudian Reno membuka pakaiannya ditatap oleh Flora pernuh hasrat, kedua tubuh telanjang yang berada di depan perapian langsung saling merengkuh kuat.
Gemerisik api perapian, penyatuan dua tubuh yang saling memagut di atas selimut , desisan, desahan dan erangan Flora ditingkah dengan suara salju yang turun di atap pondok, membuat sensasi romantis ditingkahi dengan api perapian yang menjilat-jilat dinding tungku yang kemudian menyebar ke dua tubuh yang saling berpagut menciptakan moment indah yang tidak dapat mereka lihat tapi dapat mereka rasakan sehingga mereka terus berpacu mencari kenikmatan yang selalu mereka dambakan.
Mereka akhirnya terbaring lunglai dengan nafas terengah - engah. Dengan saling berpelukan mereka menuju ke kamar tidur meneruskan kenikmatan yang tidak ingin mereka lepaskan. Setiap awal pasti akan berakhir, kenikmatan telah diraih dengan lenguhan panjang berkali-kali, mereka mengakhiri kemesraan mereka dengan berbaring saling menatap , berpelukan merekapun tertidur dengan rasa puas penuh kenikmatan.
Flora bangun lebih dahulu dari Reno. Dilihatnya Reno yang terbaring pasrah, ada semburat merah di pipinya. Dan senyum kepuasan di bibirnya yang seksi. Meskipun matanya terpejam masih terlihat tampan. Flora turun dari tempat tidur, menyelusuri rumah pertanian yang ditata sangat artistik dan terkesan tradisional.
“ Kamu menyukainya? “ terdengar suara Reno di belakangnya.
“ Ini tempat mom dilahirkan dan dibesarkan. Kemudian mom menikah dengan dad, mereka ke Singapura memulai hidup baru. Setiap liburan kampus aku lebih senang kemari daripada kembali ke Singapura.”
“ Asyik , sepanjang mata memandang terlihat hijau membentang, “ bisik Flora mengagumi padang rumput di sekeliling pondok pertanian, nampak beberapa domba merumput.
“ Siapa yang mengurusnya?” tanya Flora.
“ Setiap enam bulan sekali ada tim yang kami kontrak untuk membersihkan di dalam pondok dan di luar pondok. Waktu aku menetapkan akan berbulan madu di sini, aku minta mereka membersihkan dan menyiapkan beberapa bahan makanan, kopi , susu dan air mineral.”
“ Hmm…. Dapurnya lucu banget.” kata Flora melihat dapur tradisional tapi sudah direnovasi menjadi modern dengan peralatan listrik.
“ Mau minum kopi?” tanya Reno.
“ Boleh, aku nanti yang bikin sandwich , mau pakai daging slice ? “ tanya Flora sambil membuka kulkas.
“ Ada beef slice, ada daging slice, ups…. Ada sirloin slice beef.” Kata Flora memandang ke dalam kulkas ukuran besar .
“ Apakah kita tinggal disini lama? Kok bahan makanannya banyak banget !” seru Flora.
“ Aku serahkan padamu, kamu yang menentukan berapa hari kamu mau menikmati . “
“ Selesai sarapan , aku ajak kamu pacaran.”
“ Pacaran? He..Eh… kita kurang sekali berpacaran, malah lebih banyak…. Mmm…mmm…” dehem Flora membuat Reno gemas , mengangkatnya, menciumnya dan bibir mereka kembali berkulum.
“ Eh… aku buat sarapan dulu, kau buat kopi.” kata Flora sambil tertawa.
Dibantu Reno, Flora menyelesaikan membuat sandwich, dilapisi beef slice dan telur rebus dipadu dengan mayonaise dan sambal tomat.
Setelahnya bersama-sama mereka membersihkan , merapikan dapur dan madi bersama yang bathtubnya lucu, gentong besar yang bisa air panas dan air dingin.
Bergandengan tangan mereka keluar pondok , berjalan menyusuri tanah pertanian menapaki jalan setapak yang tertata rapi menuju ke taman Hampstead.
“ Ini hutan kota, aku biasanya bersantai, berolah raga dan piknik , membawa bekal sandwich seharian duduk-duduk , membaca buku menghilangkan stress akibat tuntutan kuliah. Aku betah berlama-lama di sini.”
“ Pernahkah kamu mengajak Liza dan Ami?” tanya Flora.
“ Sering, kalau liburan musim panas, Liza dan Ami minta berlibut ke pondok.” kata Reno.
“ Sebenarnya aku ingin menjualnya, karena di Singapura aku punya apartemen dan kondonium. Bagaimana pendapatmu? “ tanya Reno.
“ Kalau aku sih jangan dijual, apalagi Liza dan Ami menurutmu menyukai pondok ini, siapa tahu nanti jika mereka kuliah di London mereka bisa berlibur kemari, ” kata Flora.
Sambil bergandengan tangan, malah kadang-kadang saling menatap, mereka mencari spot-spot indah agar bisa menyaksikan panorama indah kota London.
“ Reno…?”
“ Hmm…. Ada apa darling?”
“ Kamu pasti pernah pacaran dengan Irene di taman ini? “ tanya Flora.
Reno tidak menjawab, tatapannya jauh ke depan, “ Kalau kamu tidak mau jawab tidak apa-apa.” kata Flora takut Reno tersinggung.
“ Sering, waktu kami kuliah di Oxford, liburan kami adalah di pondok , kami jalan-jalan , berpacaran di taman ini. Kamu bertanya , saya menjawab yang sebenarnya. Kamu marah atau jealous?” tanyanya.
“ Tidak ! Aku hanya ingin tahu saja , ternyata kamu jujur juga.” Kata Flora menahan senyum karena sengaja mengajukan pertanyaan nakal.
“ Kamu menggemaskan ! Tidak saja di tempat tidur, tapi juga sedang berpacaran.” Kata Reno.
“ Awas, nanti malam, aku membuatmu menjerit-jerit histeris, pondok ini jauh dari pondok tetangga.” Kata Reno dengan memincingkan matanya membuat Flora tertawa.
“ Siapa takut?!” tantang Flora.
Setelahnya Reno mengajak Flora “ berpacaran “ sambil melihat keindahan kota London, mengunjungi Katedral St. Paul yang ikonik dan artistik , dibangun pada abad ke 17, terletak di distrik kota London. Sambil saling menggenggam , jari-jarinya Reno kuat menggenggam jari Flora seakan-akan Flora hilang di keramaian wisatawan yang juga mengagumi keindahan di sekitar gereja St. Paul.
Mereka beristirahat sebentar, selanjutnya meneruskan perjalanan ke jembatan Millenium yang letaknya di seberang gereja. Setelah puas mengagumi keindahan di sekitar gereja St. Paul, mereka singgah makan siang di Dion Restaurant , menikmati suasana romantis dan kuliner yang enak dan bergengsi sambil memandang gereja St. Paul.
Mereka tidak mensia-siakan situasi ramantis dengan saling memandang , berbisik dan dengan saling menjalin jari-jari kami. Bisikannya membuat telinga Flora merah dan memberi respons pada jantung Flora yang berdebar tak terkendali, sekali-sekali berbisik di telinga Flora, “ I love you.” sambil mengangsurkan badannya ke depan lalu mencium Flora.
Selama tiga hari sehabis menelusuri kota London, malamnya mereka mengisi dan mencharge cinta mereka Satu hal yang baru diketahui Flora ketika mereka bercinta di depan perapian, adalah wajah Reno jika mencapai puncak klimaks, raut wajahnya terlihat aneh, bukan hasrat, bukan gairah tapi tatapan liar yang bikin tengkuknya merinding. Apakah mungkin jilatan api di perapian membuat wajahnya terlihat aneh? Batin Flora. Selama mereka berhubungan intim di Bali, wajah Reno terlihat penuh gairah cinta, bukan wajah yang terlihat menakutkan di mata Flora.
Dua malam tiga hari mereka menikmati keromatisan etape pertama bulan madu mereka. Salju turun menutupi sebagian pondok, jalan dipenuhi salju , ketika mobil yang menjemput mereka ke bandara Heathrow , London. Flora sudah memakai baju berlapis-lapis di dalam jas long coat, masih membuatnya meringkuk ke dinginan dalam pelukan Reno. Mereka akan ke Paris , dari bandara Heathrow ke Charles-de-Gaule kira-kira dua jam dua puluh menit, mereka langsung ke hotel setelah istirahat mereka jalan-jalan melihat kota Paris yang sarat keindahan dan keajaibannya. “ Seharian kami dil luar, makan siang dan makan malam, aku ingin memperkenalkan kepadamu kota yang sarat dengan keromatisannya, baik orang-orangnya, gedung-gedung, museum dan modenya.” Kata Reno ketika kami menuju hotel dari bandara. “Mmm… aku pernah melihatnya.” kata Flora dengan muka menahan senyum. “Kau pernah ke Paris?” tanya Reno. “He.. Eh… di film dan di dalam mimpi.” kata Flora tertawa terbahak-bahak bisa mengacaukan pikiran R
Paris memiliki sejumlah spot , mempunyai nuansa dengan energi yang memancarkan energi romantis dan eksotik bagi mereka yang sedang berbulan madu. Reno yang faham dengan tempat-tempat yang romantis karena pernah dikunjunginya mengajak Flora di hari kedua, pada etape kedua bulan madu untuk mengukir kenangan indah bulan madu mereka. “ Hari ini kita ke Pont des Arts, jembatan gembok cinta.” kata Reno ketika mereka sarapan di restoran hotel. “ Hmm… seperti saran supir taxi sewaktu kita dari bandara?” tanya Flora. “ Yes.” seru Reno, memandang Flora yang pagi terlihat cantik dengan memakai gaun panjang setengah lutut dengan sepatu bot, rambutnya digelung di bawah tengkuk lehernya. “ Kamu tambah hari tambah cantik.” bisik Reno. “ Karenamu.” jawab Flora. “ Aku ??” tanya Reno tidak percaya. “Kau selalu bisa memenuhi keinginanku…..” bisik Flora. “Mmm…. ??” “ Setiap hari aku jatuh cinta padamu, setiap hari kau memberi aku cinta, hadiah, pujian dan kepuasan, membuat aku bahagia . Kebahagia
“ Sisi gelapmu ? Tentang apa? "tanya Flora. “ Mmm… terlihat senyum liar di ujung bibir Reno. Setelah kau tahu, saya serahkan semuanya padamu.” katanya sambil membuka seluruh bajunya , dalam ketelanjangannya dia mengambil semacam pecut dari ranselnya, menyerahkan kepada Flora yang menerimanya dengan penuh tanda tanya. “ Whip me!” perintahnya. “ ????" “ Pukuli seluruh tubuhku dengan yang kau pegang !" perintahnya tegas. “ Reno …?” “ Whip me now !” raung Reno. “ Tidak mau !” jerit Flora. Dengan kasar Reno mengambil cambuk dari tangan Flora memukul dirinya. Nampak punggungnya dan dadanya di penuhi dengan ruam-ruam menyisakan luka-luka bergaris-garis. Flora menutup wajahnya , betapa kagetnya ketika tubuhnya direngkuh Reno dengan kasar dan membuka seluruh baju yang dipakainya , memaksanya berhubungan intim. Flora menolak , tapi Reno memaksa dengan kekerasan melakukannya dengan paksa membuat Flora menjerit. Jeritannya terdengar di dalam cabin kecil . Erangan Reno , jeritan Flora d
Perkataan Reno membuat perut Flora serasa ditonjok, akal sehatnya hilang, Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalannya. Sepanjang malam, dia tidak bisa tidur di kasur ukuran besar, empuk menyisakan body lotion Reno di kasur, mengunci kamar tidur, tidak ingin Reno masuk ke dalam kamar tidur , tidak peduli dimana Reno tidur. Hatinya tercabik-cabik setelah mendengar pengakuan Reno serta kebohongannya bahwa isterinya meninggal. Waktu mendapatkan info dari Reno bahwa isterinya meninggal ada kelegaan di hati Flora, berarti pernikahannya aman. Tidak ada mantan isteri yang akan memporak porandakan rumah tangganya. Ada ketakutan, kecemasan , kegelisan ketika Reno mengakui bahwa Irene meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil. Sejenak ditatapnya langit-langit kamar, impuls Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalan Terjadi perdebatan antara hati nurani dengan otak kecilnya , mengg
Setelah sarapan Reno terlihat sibuk di laptopnya, mengetik sesuatu, kemudian mengirim hasil ketikannya. Flora membiarkan Reno dalam kesibukannya. Tidak lama email di ponsel Flora berbunyi. Dibukanya ponselnya, matanya terbelalak membaca isi email. “ Reno..” “ Hum..” “ Ini kotrak yang kamu bicarakan kemarin? “ tanya Flora. “ Aku serius, aku tidak main-main karena aku melihat keraguan ada pada dirimu. Flora aku ingin berubah, aku ingin hidup normal dan melakukannya hubungan kita dengan normal. Aku tidak ingin selama masa pernikahan kita ada ketakutan dan keraguan dalam dirimu. Aku sangat mencintaimu, bantulah aku untuk bisa berubah.” Pinta Reno. “ Tapi aku tidak nyangka sedemikian cepat kamu membuat kontraknya.” “ Apakah kamu tidak menyesal memberikan sebagian dari kekayaanmu kepadaku? Apakah kamu tidak memikirkan sewaktu-waktu Irene yang kau bilang sudah meninggal, hidup kembali dan merongrong kekayaanmu? Meminta Liza dan Ami?” tanya Flora. “ Untuk itulah aku persiapkan segala
Flora , Liza dan Ami sibuk bercerita di kamar tidur Flora dan Reno. Tempat tidur besar dan nyaman serta hangat membuat mereka sulit untuk berpisah. Reno memandang mereka bercerita tentang rencana yang disusun bersama daddy dan uncle Krishna dengan penuh tawa, ceria bahkan saling berpelukan. “ Uncle Krishna cool, he can make this surprise work.” seru Liza. “ Yeeee ! “ seru Ami. “ Hello ladies, it is time for breakfast. Uncle Krishna already waiting for us in the dinning room .” Seru Reno. Flora, Liza dan Ami turun dari tempat tidur, Flora merapikan rambutnya , blus dan celana jinsnya, diikuti Liza dan Ami. “ You look beautiful ,” bisik Liza memandang Flora. “ Thankyou, “ kata Flora sambil memeluk Liza. “ Both of you are beautiful too.” Bisik Flora. Sesampai di restoran hotel , Krishna sudah menunggu mereka. Flora yang melihat Krishna langsung memeluk pundaknya. “ Thank you for delivering my two angels” kata Flora. “ They are cute little angels,” jawab Krishna. “ Uncle Krishna
Setelahnya Reno tidak pernah menelpon Flora. Biasanya pagi, siang, sore dan malam , tak putus-putusnya dia menelpon tanpa henti. Apa saja ditanyakan. Hanya malam saja ia menelpon, menanyakan keadaan dan kerinduannya pada Flora.Jedanya Reno menelpon , Flora memutuskan untuk menyampaikan kepada Mamanya bahwa dia sedang jatuh cinta.“Kau pulang cepat, Flora ? Biasanya jam begini kau belum pulang, banyak alasan yang kau pakai jika mama bertanya.” Cicit mamanya dengan tatapan penuh tanya.Karena Flora tidak menjawab, mamanya bertanya lagi, “Apakah lantai di kantormu sudah selesai kau ukur?“ canda Mamanya.Flora yang sedang berdiri di ambang pintu, memandang Mamanya lama sekali, Apa yang akan kukatakan pada mama ?, batinnya.“Ada yang tidak beres, sayang?” tanya mamanya.“Hmm.. apakah menu makan malam kita ?” tanya Flora.“Oh, mama belum masak untuk malam. Takut nanti kamu tidak makan malam,”“Kalau begitu, aku ajak mama kencan. Kita berdua saja. Aku lagi kepingin makan ayam baka
Sebulan kemudian Flora tiba di bandara Changi, Reno menjemput Flora bersama kedua anak gadisnya. Mereka anak gadis yang cantik. Liza mengambil profil bapaknya, dagu terbelah dua dan mata biru yang bersinar penuh kejenakaan. Ami, pasti mengambil profil ibunya, lembut dengan mata coklat dan dagu yang runcing. Flora kaget ketika Liza dan Ami memeluknya erat-erat, rupanya setiap bertemu dengan Reno diakhir pekan , Reno selalu cerita tentang Miss Flora dan memperlihatkan foto Flora di ponselnya .Flora sering mengirim foto yang sedang selfie disetiap aktivitas dan terakhir foto ketika mereka jalan-jalan di Tunjungan dan berpose bersama mama di rumah Flora. “Miss ,you are beautiful and kindness. Daddy, said that he love you, so me and Ami will love you too “ kata Liza. “May, I give you I big hug ? “ tanya Ami. Mendengar perkataan dan pertanyaan polos kedua anak Reno, Flora terharu dan tak terasa airmatanya berlinang, dipeluk dan dicium kening mereka dengan lembut. Mereka begitu