Reno tegas mengatakan bahwa dia akan menyiapkan semua hal yang berkaitan dengan pernikahan, tempat pesta , event organizing, bulan madu semuanya dia yang atur. Flora hanya tinggal menerimanya. Kembali sikap dominannya muncul. Flora protes ,mengatakan bahwa yang menikah mereka berdua, jangan semuanya dibebankan pada Reno. Flora tahu Reno mempunyai keuangan yang kuat sebagai pemilik perusahaan konstruksi yang terkenal di Singapura.
“Ini pernikahanmu yang pertama, kau harus terlihat bahagia. Bagiku untukmu berapapun uang yang kukeluarkan tidak masalah.You are everthying for me.” Tegas Reno.
“But…”
“Flora, don’t argue me !”
Karena kesal Flora menutup pembicaraan, mematikan ponselnya, "Belum menikah sudah mau mengatur semua keinginanku !Setelah menikah kehidupanku diatur. " Flora mendumel.
Reno di kondominiumnya di Singapura gelisah, Flora mematikan ponselnya. Satu-satunya bisa menghubungi Flora hanya melalui ponselnya yang langsung dimatikan Flora.
“ Oh my goodness,” kata Reno tidak menyangka bahwa Flora akan mematikan ponselnya.
Semalaman ,baik Flora maupun Reno tidak bisa tidur, kegelisahan menghantaui pikiran Flora dan Reno. Di kondonium yang megah, Reno melarikan dengan minum alkohol,menerawang bayangan Flora yang berkelebat di pelupuk matanya, kemudian masuk ke suatu kamar . Setelah berjam-jam di dalam kamar . Reno keluar dengan ekspresi muram, tubuhnya lemas, menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut masuk ke kamar tidurnya.
Di rumah mamanya, Flora menghitung detak-detak jam dinding, entah sampai hitungan keberapa dia bisa memejamkan matanya.
Esok paginya Flora membuka ponselnya, beberapa message dan panggilan dari Reno masuk ke ponselnya, diabaikan Flora. Lebih baik aku memutuskan hubungan dengannya kalau dia mau menang sendiri, belum menikah dia sudah mengatur hidupku, apalagi kalau menikah, batin Flora.
Ponselnya berdering, diliriknya log panggilan My Love,profil Reno , diabaikannya meneruskan sarapannya lalu mandi siap ke kantor.Sebelum berangkat, Flora mengambil ponselnya , menata hatinya agar bisa berkata dengan tenang tanpa emosi.
Terdengar suara Reno , “Honey, Are you angry with me.”
“Yes. “
“Flora, Don’t be angry. Let we discuss.”
“I’m trying to discuss about our wedding, but you don’t want to be denied.” Protes Flora.
“Ok. We discuss now.”kata Reno.
“No. I’m busy . Time to go to the office.” jawab Flora tegas, tidak ingin nampak seperti mengemis.
“ Ok. Honey. I will call you.” terdengar suara Reno.
Malam hari, Reno menelpon. Setelah melalui perdebatan akhirnya mereka sepakat, segala perlengkapan pribadi pengantin perempuan , Flora yang menanggung, baju pengantin beserta perlengkapannya , perlengkapan di malam pertama, semuanya disiapkan Flora, juga baju bridemaids. Flora ingin beberapa teman dekatnya hadir di pernikahannya di Bali, mereka akan menjadi bridemaids.
Tiket , hotel, resepsi dan reservasi untuk tamu undangan yang menginap di hotel ditanggung oleh Reno. Undangan cukup message melalui ponsel saja karena hanya keluarga, kerabat serta teman dekat yang akan hadir, diserahkan Reno kepada Event Organizing. Bulan madu ke beberapa negara Eropa, Flora menyerahkan sepenuhnya ke Reno.
Semakin mendekati hari bahagia, Flora mempersiapkan semua keperluan untuk hari bahagianya. Bersama Meilani, iparnya mereka hunting gaun pengantin, masuk keluar butik mencari gaun pengantin yang sederhana tapi anggun. Tidak ada yang menarik perhatian Flora . Akhirnya mamanya mengeluarkan harta karunnya, baju pengantin , model tempo dulu, klasik, elegan , berkelas , pas dengan ukuran tubuh Flora.
“ Aku suka ma,masih fasionable, “ kata Flora.
Flora mencobanya , mematutkan dirinya di cermin, baju pengantin putih polos, bernuansa klasik , tanpa bordir, dipermanis veil memanjang dan frech lace gloves.
Tanggal 15 November, Flora ditelpon salah satu wedding organizer di kota Denpasar, bahwa tempat mereka menikah di Uluwatu. Suatu resort yang eksklusif . Tempat pernikahan yang sangat indah dan privacy. Janji pernikahan dan resepsi yang akan dihadiri 100 orang tamu, memakai konsep taman yang dikelilingi bunga mawar putih , di atas bukit dengan pemandangan laut di bawah bukit. Flora kemudian menelpon Reno, protes mengapa ia harus mengeluarkan uang sedemikan banyaknya.
“Reno, kapan kamu akan melamarku di depan keluargaku. Kita tidak bisa menikah jika kamu belum melamarku secara resmi di depan keluarga.” kata Flora dengan nada cemas karena sebulan menjelang pernikahan , Reno belum melamarnya secara resmi.
“Maybe, next week. Saya ada di Jakarta, malam saya ke Surabaya. Besok saya melamarmu lagi.” kata Reno, terdengar ada nada geli.
“Jika kamu tidak melamar di depan keluargaku, tidak ada pernikahan.” Kata Flora gemas.
Flora kemudian menjelaskan bahwa sebelum melangsungkan pernikahan ada prosesi penting yang tidak boleh terlewatkan, yakni lamaran. Lamaran merupakan ajang pertemuan dan pinangan resmi dari pihak laki-laki kepada keluarga perempuan. Karena Reno tidak ada keluarga di Indonesia, maka Flora menyarankan biarlah Reno sendiri melamarnya di depan keluarganya. Merekapun sepakat untuk mengadakan acara lamaran minggu depan.
Flora bergerak cepat ,mempergunakan jempolnya mengirim message agar mereka bisa berkumpul di rumah mama. Ada berita penting yang harus disampaikan. begitu isi messagenya.
“Berita penting apa, Flor? “ tanya mbak Yani yang langsung menelpon Flora.
“Penting sekalikah, sehingga aku harus terbang dari Jakarta ke Surabaya? “ tanyanya lagi.
“Aku akan dilamar.” kata Flora .
“Oh ! Aku akan datang !” terdengar suara gembira mbak Yani.
Bagaikan berita hoax, Flora dilamar oleh orang Indonesia rasa bule, ponselnya tidak putus-putusnya berhenti membuat telinga Flora panas, akhirnya dengan kesal dicampur bahagia dia melempar ponselnya ke ranjang . “ Hmm… bagaimana ya kalau mereka melihat Reno? “ bisiknya.
Malam minggu, Reno menelpon bahwa dia sudah ada di Surabaya, sekarang lagi beristirahat di hotel.
“Kamu istirahat saja, besok kita akan bertemu. Jangan sering ketemuan nanti kamu bosan melihatku.” kata Flora.
“Apakah kamu ingin dijemput?” tanya Flora.
“Aku akan minta resepsionis hotel memesankan mobil .” kata Reno .
Saat yang ditunggu-tunggu tibalah, hari minggu yang cerah setelah pulang gereja, mereka sibuk menunggu tamu di ruang keluarga.Tante Melly , kakak mamanya Flora yang berusia 75 tahun, tidak menikah ,satu kekurangannya adalah suka ikut campur urusan orang lain terutama keponakannya, apalagi Flora yang setiap ketemu selalu bertanya, “Kapan menikah? “
Belum lagi dilanjutkan dengan kata-kata yang membuat telinga Flora panas, “Jangan seperti tantemu ini, cari yang tampan, kaya, smart, setia dan bla..bla…, sampai sekarang aku masih sendiri.” Sambil menyanyikan lagu “ Aku masih sendiri” dengan suaranya yang merdu melantunkan lagu ciptaan Pance Pondaag.
Setelah kerepotan yang cukup mendesak, mereka semua sepakat berkumpul di ruang tamu. Mama, Oom John dan tante Ratna, Tante Melly , Dik Yana dan isterinya Meilani. Mbak Yani yang tinggal di Jakarta , mbak Maya yang tinggal di Jogjakarta mengusahakan untuk naik pesawat pagi ke Surabaya.
Tidak lama Reno muncul di ambang pintu, semua mata tertuju padanya. Tinggi badannya yang 180 cm seakan-akan tidak cukup untuk melalui pintu rumah.
Berpasang-pasang mata menatap kagum melihat Reno yang tinggi, tampan, gagah , tubuh atletis berdiri tegak di depan pintu. Dengan bahasa Indonesia yang terpatah-patah menyapa ,“Selamat pagi. Senang bertemu kalian.” Katanya sambil melemparkan senyum dengan percaya diri menuju ke mamanya Flora menyerahkan serangkaian bunga Mawar merah . Mama langsung memeluk, mengucapkan terima kasih atas bunganya.
“Kami belum terlambat untuk acara spesial ini?” terdengar suara mbak Yani dan mbak Maya dari ambang pintu.Mereka memeluk mama , menyapa oom dan tante-tante dengan gayanya yang khas mbak Yani menuju ke arah Flora, “Akhirnya, kamu menyusul dik. Selamat !” katanya sambil memeluk Flora.
Dilanjutkan dengan mbak Maya yang langsung nyelutuk ,“Tangkapannya mbak Flora ternyata takjir juga.” godanya.
Semua tertawa mendengar celoteh Maya. Tante Melly tidak mau kalah,” Rasanya tante juga jatuh cinta” .
Ruangan tamu menjadi hingar bingar. Reno tersenyum memandang mereka. Agar mereka tidak lagi menggoda Reno, Flora memperkenalkan Reno kepada keluarganya.
Tibalah saatnya acara lamaran, didahului dengan doa yang dipimpin oom Johny, yang mempersilahkan Reno melamar pujaan hatinya. Sambil mengenggam tangan Flora erat-erat, dengan bahasa Inggris bercampur bahasa Indonesia , Reno melamar Flora. Suara baritonnya menggema di ruang tamu, semua mata kagum memandang gestur tubuhnya yang penuh percaya diri.
“Saya , Reno Baskara Jatmiko , melamar Flora Santi Wijaya. Saya ingin dia menjadi isteri saya dan ibu bagi kedua anak gadis saya. “
“Saya ,ummm…. duda dengan dua anak yang ingin mempunyai mama . Kami berkenalan di Jakarta, sepuluh bulan yang lalu. Pada pandangan pertama saya sudah jatuh cinta pada Flora . Kami sempat berpacaran jarak jauh, ketakutan dan confusion jika tidak mendengar suara Flora seharipun, membuat saya ingin cepat menikahinya,” kata Reno.
“ Saya sudah melamarnya, tapi menurut Flora saya harus melamar secara resmi di depan keluarganya.”
Flora lalu menunjukkan cincin bermata safir ke keluarganya yang disambut dengan nada bersamaan penuh kekaguman, " Ohhhhh…”
Seminggu sebelum hari Thankgiving, mereka bersih-bersih rumah Reno. Mc.Bride mengecat keseluruhan rumah Reno yang telah lama tidak di cat. Seharian mereka membicarakan warna cat apa yang cocok untuk rumah tua yang mungkin sudah berpuluh-puluh tahun didiami orangtua mamanya Reno. Akhirnya mereka sepakat memakai cat coklat tua dipadu dengan cat coklat muda . Mc.Bride mengecat sendiri, Flora membantu mengecat bagian yang mudah dijangkaunya serta menyiapkan makanan dan minumannya, kadang-kadang disela-sela melepas lelah Mc. Bride bermanja-manja di pangkuan Flora.“Kami bagaikan suami isteri,” bisik Flora.“Bukan bagaikan sudah seperti suami isteri,” Ralat Mc.Bride mencari bibir Flora mengecupnya .Malamnya meskipun capek, Mc.Bride minta jatah,Flora langsung meleleh melihat Mc.Bride merayunya dan menatapnya penuh hasrat.“Satu ronde saja, please.” Serunya dengan wajah memelas.“Aku capek, badanku terasa kaku. Malas gerak.” Bisik Flora.“Kamu tidak perlu bergerak, aku yang aktif.” Bisik
Flora menarik napas dalam menghembusnya perlahan, punggungnya bersandar pada pintu belakang yang baru saja dihempaskan lalu dikunci , takut Mc.Bride ikut masuk ke dalam rumahnya. Takut Mathew dan isterinya memergokinya sedang bersama pria lain. Mungkin mereka tidak mempermasalahkannya karena Flora janda yang ditinggal mati suaminya. Sudah dua tahun dia menjanda tapi Flora takut jika dengan tidaknya Flora menjawab message, telepon dan video call Liza, Ami dan Dean dia sibuk dengan pria lain melupakan anak-anaknya.Flora mencium aroma Mc.Bride di tubuhnya, bergegas dia masuk ke kamar langsung menuju kamar mandi langsung membasahkan tubuhnya di bawah shower yang mencurahkan air hangat, menyabuni tubuhnya dengan sabun berkali-kali agar aroma tubuh Mc.Bride hilang tapi aroma itu masih tercium di hidungnya.“Mungkin kami selalu lengket satu sama lain, sehingga aroma tubuh kami saling menstranfer,” bisik Flora membayangkan tubuh mereka saling memeluk, memagut. Bahkan dia tidur di atas tubuh
Flora menatap pria yang memeluk pinggangnya seakan tidak ingin melepaskan tubuh sintal milik Flora begitupun Flora, aroma maskulin tubuh yang memeluknya semakin menyengat di hidungnya.“Grahm berapa wanita yang telah kau taklukkan?,” bisik Flora di telinga pria yang kemudian memeluk lebih erat ketika mendengar bisikan Flora."Hum..kamu ingin tahu?" “Kamu membuatku liar ,”“Aku suka keliaranmu,membuatku sulit mengendalikanmu." bisik Mc.Bride di telinga Flora .Flora mencubit pinggangnya, "Kau terobsesi padaku?""Aku takut kehilanganmu." Mereka melepaskan rasa lelah dan sisa-sisa nikmat , memeluk, mencium, berbisik kata-kata mesra setelah berkali-kali mencapai puncak kenikmatan.Setahun lebih tidak menikmati membuat Flora tidak mampu menahan birahinya apalagi sentuhan Mc.Bride membuat hasratnya timbul tenggelam dalam sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride.Awalnya Flora menolak, namun dorongan hasrat yang kuat tak mampu menolak sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride . Akhirnya m
“Maaf Mc. Bride, aku tidak bisa menerima lamaranmu. Aku harus berunding dengan anak-anakku.Tapi…”“Tapi apa Flora?”“Aku tidak mengerti mengapa kau mengajakku menikah, padahal kamu tahu aku tidak menyukaimu.”“Bagiku tidak penting kau tidak menyukaiku, bahkan tidak mencintaiku. Aku tahu , aku tertepuk sebelah tangan.Seperti yang pernah kukatakan sejak melihatmu mengintip di bingkai pintu, aku terpesona pada mata yang mengintip , kemudian seraut wajah yang begitu mempersonaku. Aku sudah menyukaimu.Malah ketika kau menawarkan aku menjadi detektif sewaanmu, aku langsung menerimanya agar bisa mendekatimu.“Oh ya, kamu ..mmm… mengapa menolak cek. Itu hakmu.”“Uang yang kamu bayar sudah cukup dengan semua pengeluaran untuk menyelidiki kematian suamimu.Yang tersisa adalah uang jasaku. Aku tidak akan menerimanya.”“Mengapa?” tanya Flora menatap pria yang duduk di sampingnya.“Karena aku ingin menikahimu,”“Untuk menikah perlu komitmen, bukan saja cinta, tapi janji kesetiaan dan mempertahankan
Flora mengambil ponselnya, mencari m-bangking, melihat saldo, ternyata saldonya tidak cukup untuk membayar sisa kontraknya dengan Mc. Bride. Diambilnya buku cek, ditulisnya nominal . Sambil berpikir-pikir apakah menyerahkannya nanti saja ketika bertemu dengan Mc. Bride, “ Sebaiknya aku bayar sekarang, agar selesai pembayaran, selesai kontrak sudah tidak ada hubungan antar aku dengannya.” Bisiknya pada dirinya sendiri.Flora masuk ke kamar, mengganti bajunya dengan gaun panjang dibalut cardigan rajut over size untuk menutupi dadanya karena dia tidak suka memakai bra kalau di rumah. Setelah mematutkan dirinya di kaca, mematutkan keseluruhan tubuhnya , setelah merasa puas, Flora menuju pintu belakang . Melalui arena belakang rumahnya yang berseberangan dengan rumah keluarga Mc. Bride serta penghuni lain ada taman memudahkan para penghuni untuk saling berkunjung. Demi privasi setiap taman dipisahkan pagar kawat yang berpintu.Flora membuka pintu pagar , menutupnya kembali kemudian menge
Sambil mencicipi roti lapis buatan Mc.Bride yang terasa nikmat diminum dengan kopi, Flora mendengar laporan Mc. Bride mengenai kematian Reno.“Mr. Jatmika dijebak dengan skandal yang akan mempermalukan dirinya jika diekspose keluar. Dia pernah mengalaminya ,waktu itu kamu sangat marah, sempat membuat kalian pisah ranjang.”“Siapa yang menjebak?” tanya Flora.“Marion dan Mr.Chackrii.”“Marion lagi? Belum puas dia melihat rumah tanggaku sempat dibuatnya porak poranda?”“Marion diperalat Chackrii dengan sejumlah uang, malah kalau dia berhasil menguasaimu , dia menyerahkan Mr.Jatmika ke Marion. Kau tetap di Bangkok, Mr. Jatmika dan Marion kembali ke Singapura .“Apa?” teriak Flora, tidak sadar sedang menyerup kopi langsung tersedak. Mc.Bride menepuk punggung Flora, menenangkannya.Setelah tenang dia melanjutkan, “Ternyata Mr. Jatmika sadar yang disetubuhinya bukan kamu, melainkan Marion. Dia sangat marah. Rupanya air yang diminumnya telah diberi obat perangsang .”Flora terdiam sejenak, ad