Share

BAB 11. SENYUM MISTERIUS MONA LISA

Dua malam tiga hari mereka menikmati keromatisan etape pertama bulan madu mereka. Salju turun menutupi sebagian pondok, jalan dipenuhi salju , ketika mobil yang menjemput mereka ke bandara Heathrow ,  London. Flora sudah memakai baju berlapis-lapis di dalam jas long coat, masih membuatnya meringkuk ke dinginan dalam pelukan Reno.

Mereka akan ke Paris ,  dari bandara Heathrow  ke Charles-de-Gaule kira-kira  dua jam dua puluh menit, mereka langsung ke hotel  setelah istirahat mereka  jalan-jalan melihat kota Paris yang sarat keindahan dan keajaibannya.

“ Seharian kami dil luar, makan siang dan makan malam, aku ingin memperkenalkan kepadamu kota yang sarat dengan keromatisannya, baik orang-orangnya, gedung-gedung, museum dan modenya.” Kata Reno ketika kami menuju hotel  dari bandara.

“Mmm… aku pernah melihatnya.” kata Flora dengan muka menahan senyum.

“Kau pernah ke Paris?” tanya Reno.

“He.. Eh… di film dan di dalam mimpi.” kata Flora tertawa terbahak-bahak bisa mengacaukan pikiran Reno yang mengiranya pernah ke Paris.

“Kamu memang….. nakal.. ! Ini sisi aslimu yang suka menggoda?” tanya Reno.

“Kalau di dekatmu, “ bisik Flora di telinga Reno , menggigitnya gemas.

“Heh… semalam kamu mencakarku, menggigit bahuku sambil menjerit keras,  sekarang kau menggigit telingaku. “ kata Reno sambil mendaratkan ciumannya di bibir Flora.

“Keromatisan sepanjang jalan ini membuat aku terbius .” Bisik Flora .

“Kalau begitu, jalan-jalan kita batalkan? Kita di hotel saja ?” goda Reno.

“Hai… tidak puas-puasnya.” sahut Flora.

“Two years I hel my desire. You make me not want to stop.” bisik Reno.

Mendengar Reno berbahasa Inggris dan bahasa yang tidak dimengertinya, supir melalui kaca spion bertanya, “ Which country are you from?” tanya dalam bahasa Inggris dengan logat Perancis.

“ndonesia.” Jawab Flora

“Singapore.” Jawab Reno.

Kemudian mereka berpandangan dan tertawa.

“My wife from Indonesia and I’am from Singapore.” Kata Reno.

“You are on your honeymoon?” tanyanya.

“Yes. “ kata Reno.

“You must visit Le Mur des Je T’aime and Sacrē Coeur, of course Eiffel tower the symbol of Paris.” Kata supir mempromosikan tempat wisata.

Sesampai di hotel, supir masih menambahkan beberapa daerah wisata , Flora  tersenyum dan mengucapkan terimakasih bahasa Indonesia.

“Je vous remercie.” kata Reno.

“Kamu bisa bahasa Perancis?” tanya Flora ketika mereka memasuki lobi hotel.

“Bien sûr.” kata Reno langsung menuju meja resepsionist untuk check-in.

“Bienvenue madame et monsieur.” sambut gadis  cantik menyapa mereka.

Reno mengeluarkan paspornya dan paspor Flora.

“Monsieur Reno Baskara Jatmika, from Singapore, “ katanya sambil melihat paspor  Reno.

“Madame Flora Santi Wijaya, from Indonesia, “ katanya tersenyum manis memandang Flora.

“ I made a reservation a month ago.” kata Reno.

“I will check,” jawabnya dengan suara halus dan logat Perancis yang menurut Flora keren banget.

“ Madame and Monsieur , your room is ready.” katanya dengan senyum yang menarik.

“Je vous remercie.” kata Reno langsung  menggamit Flora.

Satu lagi bonusku, dia bisa bahasa Perancis. Suamiku memang keren, batin Flora sambil tersenyum.

“Mengapa tersenyum?” tanya Reno.

“Ada penterjemah di sampingku.” kata Flora sambil tertawa.

“Ada bayarannya.” goda Reno.

“Tidak masalah, masukkan saja berapa, nanti aku pakai kartu kreditmu.” kata Flora sambil tertawa merekapun  masuk ke lift. Di lift mereka sempat mempergunakan kesendirian mereka dengan memeluk dan mencium.

“Bienvenue  á Paris, mon chéri.” bisik Reno dan mengulum bibir Flora.

“Mmmm…. Mi amor.” Bisik Flora.

Mereka berciuman dan mengulum sampai pintu lift terbuka , pelayan kamar sudah menunggu mereka di kamar deluxe. Dari balik kaca mereka bisa melihat menara Eiffel dan beberapa gedung kuno yang ada di sekitar Paris.

“Buka jas coatmu, ganti dengan jaket saja, “ kata Reno.

“Nanti di luar dingin.” kata Flora.

“Buka beberapa baju lapismu, ganti dengan sweater dan pakai saja jeans .” katanya sambil membuka koper mengeluarkan sweater dan celana jeans untuk Flora dan dirinya. Selesai mereka keluar hotel sambil menjalin jari-jari mereka. Perubahan cuaca membuat wajah Flora yang  kecoklatan seakan-akan memakai  pemerah pipi, terlihat memerah ,  bibirnya memerah padahal tidak memakai lipstick, kecantikan naturalnya semakin membuat Reno terpesona.

“Je vous aime.” bisik Reno.

Mereka  melakukan city tour, berjalan menuju menara Eiffel, ikon utama negara Perancis yang paling terkenal di dunia. Reno memilih hotel yang dekat dengan menara Eiffel. Menara Eiffel terletak di tengah kota

"Mengunjungi kota Paris belum lengkap jika kita tidak berfoto dengan latar menara Eiffel yang unik ." kata Reno. Dari jauh nampak wisatawan baik berombongan maupun sendiri-sendiri berjalan ke arah menara Eiffel.

Flora mematung melihat keindahan, kemegahan dan keajaiban  yang dipancarkan menara Eiffel.

"Kalau malam terlihat lebih menawan, pencahayaannya membuat terlihat lebih  cantik ." jelas Reno.

"Awal dibangun sempat dikritik, tapi sekarang  destinasi wisata yang paling diminati wisatawan  jika ke Paris." katanya lagi.

Setelah puas berfoto di depan menara, mereka  langsung menuju lift. Reno sudah membeli tiket secara online, sehingga  mereka tidak perlu antre membeli tiket. Lift membawa mereka ke menara Eiffel, lantai satu. Selama hampir setengah jam  mereka mengelilingi lantai satu, kemudian ke lantai dua , setelah puas mereka naik ke lantai tiga,  melihat visual kota Paris yang menakjubkan. 

Hampir dua jam mereka menjelajahi menara Eiffel. Setelah menjelajahi menara Eiffel, mereka  berjalan sepanjang tepi sungai Seine, yang menjajakan berbagai pilihan toko suvenir. Reno dan Flora membeli beberapa miniatur menara Eiffel sebagai oleh-oleh. Mereka menyeberangi sungai  Seine dan mengunjungi Champ Elyseés salah satu jalan yang paling terkenal di dunia.

“Mau menikmati golden hour yang romatis ? “ tanya  Reno.

“Saya mengikuti apa yang dikatakan guide kesayanganku.” kata Flora.

Dengan sigap Reno memeluk Flora  dan menuju loket membeli tiket untuk naik cruise menyusuri sungai Seine. Dari dermaga, cruise bergerak mendekat kea rah menara Eiffel, Reno mempergunakan kesempatan mengabadikannya  dengan tustelnya yang canggih yang selalu tergantung dilehernya yang kokoh,  melewati kolong jembatan. Flora terkagum-kagum melihat pemandangan yang eksotik dilator belakang bangunan khas Eropa. Reno mengajak Flora naik ke atas dek, melalui tangga ke atas dek paling atas cruise.

“Rasanya aku berada di bawah langit terbuka,” bisik Flora.

“Hmm, view sepanjang aliran sungai baik kiri dan kanan sangat indah.” bisiknya lagi.

“Ayo kita bikin adegan seperti film Titanic,” ajak  Flora.

“Hum, boleh.”

Meminta bantuan awak kapal cruise, Reno meminta gaya mereka diabadikan.

Mereka tertawa terbahak-bahak melihat hasil jepretannya dan Reno tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Karena  Reno memilih tur private cruise, kami mendapatkan fasilitas mewah selama menyusuri sungai Seine, kue, minuman dan makan siang yang mewah.

Memiliki kekuasaan dan keuangan yang tajir,  apapun yang diinginkan pasti didapat. Untuk mendapatkan kemewahan yang selama ini dirasakan sejak di London, Paris dan  nanti di Swiss,  aku harus menabung berpuluh-puluh tahun . Tanpa menabung aku bisa menikmatinya karena suamiku , batin Flora. Flora.

Hampir dua jam mereka naik cruise mengitari sungai Seine yang membelah kota Paris menjadi dua bagian.

“Mengitari sungai Seine, seru dan mengasyikkan. “ kata Flora.

“Belum capek?” tanya Reno.

“Kalau aku capek, nanti kau menggendongku.” kata Flora tertawa.

“Iya, di depan kamar hotel.” canda Reno .

“ ita ke arc de triomphe dan terakhir ke museum Louvre, kita makan malam langsung kembali ke hotel,” kata Reno.

Arc de triomphe, berdiri di  tengah Place de l Ētoile di ujung barat wilayah Champ Elyseés.Mereka mengitari monumen dan berswa foto . Dengan taxi mereka menuju ke museum Louvre, sebetulnya mereka bisa jalan kaki, tapi Reno takut Flora lelah karena dia baru sembuh dari sakit flu . Ketika memasuki area museum,  Flora merasakan tubuhnya bergidik. Aroma misterius  dan mistis membuat bulu kuduknya berdiri. Museum seni terbesar dan bersejarah  yang terletak di istana Louvre bukan membuatnya kagum tapi ada rasa tidak nyaman.

Dia merasakan ada seseorang di sampingnya memandang ke samping tidak ada seorangpun,terasa ada hembusan nafas di lehernya.

“Reno….?” bisiknya.

“Jangan lama, perasaanku tidak enak memasuki museum ini.” bisik Flora.

“Are you ill?” tanya Reno.

“No, “ bisiknya merasakah hembusan nafas kembali menjalari lehernya.

“Kita lihat lukisan Mona Lisa, lukisan era Renaissance. Aku ingin menunjukkan betapa indahnya lukisan karya Leonardo Da Vinci,.” bisik  Reno.

Mereka memasuki area  karya seni lukisan, mereka tidak boleh berdekatan, harus berjauhan satu sama lain dan berdiri pada spot yang telah ditandai di lantai.

“Senyumnya benar-benar menawan ,” bisik Flora ketika memandang lukisan Mona Lisa.

“Kelihatannya dia memandangku dan tersenyum,” bisiknya lagi , tidak sadar Flora tersenyum memandang lukisan Mona Lisa. Seakan ada magnet yang membuatnya ikut tersenyum.

“Beautiful.” bisiknya.

“Semuanya lukisan ini original, bukan duplikat.” bisik Reno dari kejauhan.

Flora tidak mendengar bisikan Reno, matanya fokus memandang lukisan Mona Lisa dengan senyumnya yang misterius.

“Apakah dia kekasih Leonardo da Vinci? Senyumnya  menutupi kesedihan hatinya,  dia pandai memanipulasi  seolah-olah bahagia tapi hatinya luka penuh dengan borok-borok  luka yang ada dalam hatinya.“ batin Flora.

“Senyumnya dibuat semisterius mungkin agar orang tidak tahu apa yang terpancar dari hatinya.” Flora sibuk mendiskusikan lukisan di depannya dengan dirinya sendiri. Mereka yang berdiri dari jauh memandangnya karena dia berbicara sendiri.

Tiba-tiba hembusan nafas yang ada di belakang leharnya hilang , Flora sadar memandang ke sekelilingnya . Reno menggamitnya , mengajaknya ke luar museum.

Keluar dari museum Reno melihat ada keanehan di wajah Flora, dia terus tersenyum  seolah-olah mengikuti senyum Mona Lisa.

“Flora…?” bisik Reno.

“Mmmm…” bisik Flora sambil memandang Reno dengan tersenyum.

“Kau aneh… apakah kamu kerasukan senyum Mona Lisa?” tanyanya.

“Senyum misteriusnya sulit aku tiru.” kata Flora.

“Kau Flora, bukan Mona Lisa,” tepuk Reno pada bahu Flora membuat Flora tersentak kaget.

“Apa yang kau katakan? “ tanya Flora setelah sadar dari dunia misterius senyum Mona Lisa.

Banyak spot keren untuk  foto di setiap sudut membuat Flora terbuai  adanya aura  misterius  apalagi penampilan pemain musik di lorong-lorong, ditambah bangunan piramida yang artistik dan  eksotis  menimbulkan stimulasi rangsangan erotis di tubuh mereka. Dengan saling memeluk dan menatap diselingi ciuman mereka menyusuri  arena museum louvre.

Merasakan kakinya pegal, Flora minta mereka mencari tempat untuk duduk. Ketika mendapat tempat untuk duduk, timbul keisengan Flora, dibukanya topi kupluk dan syal,  digerainya rambutnya dan dibelah dua di tengah. Dengan duduk anggun bak Mona Lisa dia mempersembahkan senyum kea rah Reno yang memandangnya dengan gemas.

“Reno, aku  kagum dengan senyum Mona Lisa, aku ingin difoto seperti  gaya Mona Lisa.” kata Flora dengan tersenyum.

“Ok.”

Dengan sigap Reno mengarahkan tustelnya dan mengabadikan Flora yang duduk anggun bak Mona Lisa.

“Is it the same as a Mona Lisa mysterious smile? “ tanya Flora ke arah Reno agak keras karena suara hiruk pikuk di sekitarnya.

“Nice smile .“ Seru seorang turis sambil tersenyum ke arah Flora.

“Thank you, madame, “ kata Flora.

“Ren, aku mau lihat apakah senyumku sama dengan senyum Mona Lisa.” kata Flora ingin melihat hasil jepretan Reno.

“ Senyummu misterius dan menggemaskan,” seru Reno, sambil memasang kembali topi kupluk dan syal Flora  mencium bibir Flora yang  merekah merah karena dinginnya cuaca menjelang pergantian  shift antara matahari yang bersembunyi di balik awan kelabu dengan  bulan yang malu-malu menampakkan  dirinya dari balik menara Eiffel.

Sore telah larut menjadi senja. Awan kelabu musim dingin di Paris mulai menyebarkan angin dingin. Flora membenamkan dirinya dalam pelukan Reno.

“Kita sampai malam disini hingga malam , lampu-lampu dari museum Louvre mulai hidup, cahaya lamu yang berwarna jingga  membuat seluruh tempat ini indah dan eksotik. Kita juga bisa melihat lampu menara Eiffel dari kejauhan.” bisik Reno.

“Kita makan malam dulu. Aku  tahu tempat yang  asyik banget.” katanya.

Berjalan kaki mereka menyusuri  Rive Droite Seine menuju restoran yang menurut Reno sangat unik dan terkenal dengan masakannya yang enak. Mereka memasuki restoran dan dengan bahasa Perancis yang fasih Reno meminta buku Menu dan menunjuk beberapa menu andalan dari restoran.

“Minum wine?” bisik Reno.

“Boleh.” jawab Flora.

Sambil menunggu pesanan , restoran menyuguhkan musik live , penyanyinya cantik  molek dan anggun membawakan lagu  Perancis dengan gaya musik jazzy, suaranya merdu mendesah ,  ada aroma cinta. Sambil minum wine , Flora melihat ke sekeliling mereka, pengunjungnya  berpakaian formil sedangkan berpakaian tidak formil. Sepasang suami isteri, atau sepasang kekasih yang sedang berbisik diselingi dengan saling berciuman,  seolah-olah larut mendengar  lagu romantis dan menggugah hati mereka yang sedang jatuh cinta, membuat Flora tak sengaja memandang ke arah Reno. Reno menatapnya sambil menggoyang-goyangkan gelas wine.

“Mau kucium?” bisiknya.

Flora berusaha menahan tawanya.

“Disimpan saja di hotel.” Bisiknya.

Tidak lama pesanan mereka datang, mereka melahapnya karena lapar. Flora tidak tahu nama makanan yang disantapnya, yang penting terasa enak di lidahnya dan dia bisa kenyang. Sejak di London dia tidak pernah makan nasi. Untung Reno yang meskipun ada rasa bulenya, lidahnya lebih suka dengan rasa Asian maka menu pilihannya selalu terasa cocok di lidah Flora.

Setelah makan malam mereka kembali ke area museum Louvre menikmati keindahan dan keeksotikannya .

“Bulan madu etape kedua kita romantis banget.” bisik Flora.

“Dan sensual”  bisik Reno di telinga Flora

Mereka kembali ke hotel dengan naik taxi. Sesampai di hotel mereka langsung ke kamar dan bersamaan mereka menjatuhkan diri ke tempat tidur.

“Hah… terasa hangat dan nyaman.” Desah Flora.

“Mau lebih hangat?” tanya Reno dengan senyuman  nakal.

“Aku mau bersihkan diri dulu.” kata Flora.

“Aku ikut.” Sahut Reno yang langsung mengikuti Flora ke kamar mandi.

Mereka melakukan pelepasan yang selama di Louvre mereka tahan.

“Reno…” panggil Flora.

“Kamu suka lukisan Mona Lisa?” tanya Flora.

“Hanya sekedar suka tapi tidak mengagumi.” jawab Reno.

“Senyumnya , senyum manipulatif.” kata Flora.

“Senyummu lebih indah dari senyum Mona Lisa. Senyum Mona Lisa, senyum misterius. Senyum nyonya Reno senyum bahagia penuh hasrat.” kata Reno , mengangkat tubuh Flora , menggendongnya ke tempat tidur.

“Bulan madu kita belum selesai,” bisik Flora.

“Kamu menginginkan?” tanya Reno.

“Kamu?” tanya Flora .

“Aku menginginimu.” Jawab Reno.

“Kalau gitu kita mainkan.” kata Flora .

“Matikan lampu kamar, hanya lampu nakas saja mi amor.” kata Flora.

“Ok, mon amor.” kata Reno yang cepat mematikan lampu menuju tempat tidur. Flora menunggunya dengan penuh hasrat.

“Kalau gini senyum Mona Lisa?” tanya Flora di kegelapan  dengan tertawa.

Tawa Flora memudar perlahan dari bibirnya karena  Reno langsung mengulum bibir Flora sehingga Flora tak mampu menggodanya, menarik Flora dalam dekapan yang kuat membuat Flora sulit bernafas.  Semburan kata-kata cinta berhamburan dari bibir mereka diselingi desahan, desisan dan erangan nikmat,  jantung mereka berdebar kencang, membahana di kamar mengisi malam cinta mereka  seolah tak ingin berakhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status