Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai peristiwa, tantangan, rintangan, kesempatan dan kebahagiaan. Flora merasa fase kebahagiaannya sudah diambang pintu , dirinya serasa bermain drama berdurasi pendek, kebahagiaan sudah dipucuk mata tapi badai siklon yang diterjang ibu Megawati memporak porandakan hasratnya untuk menikah dengan Reno.
Flora, hidupmu bukan ditentukan oleh ibu Megawati, bahagia sudah di depan matamu . Kamu yang berhak memutuskan kelanjutan hidupmu. Raihlah apapun yang terjadi, batin Flora berbaring di sofa. Kilasan peristiwa ketika dia mengajukan ijin dan cuti menikah ditolak oleh ibu Megawati.
Segera Flora mengeluarkan ponselnya dari tas jinjing menghubungi Reno. Tidak ada sambungan , malah jawaban “ Nomor yang anda kunjungi sedang diluar jangkauan” jawaban yang diperolehnya beruntun.
“Mungkin Reno sibuk, atau mungkin ibu Megawati sudah menghubunginya?” desisnya.
“Ah, tidak mungkin Reno akan menerima telepon dari nomor yang tidak dikenalnya.” bisik Flora untuk menenangkan hatinya.
Malam Reno menelponnya, "Honey, ada apa menelponku terus menerus?” tanyanya.
“Hmm… saya mau katakan bahwa saya belum mendapat jawaban dari bos apakah bisa mendapatkan cuti.” kata Flora.
“Flora ada dua opsi. yang saya ajukan. Opsi A, jika kau mendapatkan hak cutimu dua belas hari, pernikahan kita tetap berjalan, kita tetap berbulan madu. Opsi B, jika kau tidak mendapatkan hak cutimu dua belas hari, pernikahan kita tetap berjalan , kita tetap berbulan madu dan kamu langsung buat surat resign dari perusahaan. Bukankah kau tetap akan resign setelah kamu selesaikan dulu proyekmu ? “ tanyanya.
“Iya…” bisik Flora.
“Berapa lama proyekmu selesai ?” tanya Reno.
“Sebenarnya proyeknya sudah selesai , tinggal saya ajukan ke bos. Siapa saja bisa meneruskannya.” kata Flora .
"So, What is the problem." jawab Reno.
“Reno, apakah ada yang menelponmu? “ tanya Flora was-was.
“Hmm…let me check. There is a continuous number. Dia terus menerus menelpon. Saya tidak angkat.” Jawab Reno.
“Boleh saya tahu nomornya?” tanya Flora .
Reno menyebut nomornya dan bertanya, “Ada masalah dengan nomor ini?”
“Itu nomor dari bosku, ibu Megawati… mmm… dia tidak memberi aku cuti untuk menikah.” jawab Flora.
“Mengapa ? Apa dia sulit melepaskan kamu untuk beberapa hari?” tanyanya.
“Hmm… tidak. Dia marah karena aku menikah dengan kamu.” Jawab Flora berterus terang.
"Hai.. hai, siapa dia melarang kamu menikah denganku ?" tanya Reno lalu tertawa terbahak-bahak.
“Ren, rupanya bosku sudah lama mengincarmu. Katanya dia pernah ketemu denganmu di Singapura waktu seminar kontruksi internasional tentang Mechanical. Electrical, Plumbing,” kata Flora.
“Maybe, saya banyak bertemu pengusaha kontraktor dari Indonesia.”
“Lalu apa masalahnya?” tanyanya lagi.
“Dia mengancam jika aku tetap menikah denganmu....." kata Flora lirih.
Belum Flora menyelesaikan perkataannya, Reno langsung memotong, "Hei ! Beraninya dia mengancammu! Resign dari kantormu . Sekarang tanggal 29 November, ajukan surat resign mulai tanggal 1 Desember kamu resign. Damn it about your project ! Your wedding are more important !“ kata Reno marah.
“Reno…?”
“Aku mencintaimu Flora, aku harap kau mengambil keputusan yang tepat untuk kamu dan aku .” Kata Reno dengan tekanan tegas pada kalimatnya.
“Nanti kalau dia menelpon, aku akan menerima teleponnya. I will finish her !” kata Reno dengan marah.
“Flora… You hear me?” tanyanya.
“Yeah….”
"Sudah malam, tidurlah. Jangan pikirkan bosmu !" kata Reno.
Mereka saling menyampaikan rasa rindu , berakhir dengan suara kecupan di ponsel masing-masing.
*****
Esok harinya ibu Megawati memanggil Flora,"Hei, saya telepon Reno, dia tidak angkat teleponnya !" kata ibu Megawati menunjukkan kearogannya.
"Kamu telepon dia sekarang , pasang speakernya !" perintahnya lagi.
"Bu, jam segini Ren.. eh Pak Reno, tidak akan mengangkat ponselnya bu. Karena jam kerja." kata Flora.
"Tidak mungkin seorang tunangan akan menolak telepon tunangannya, apalagi mau menikah !" katanya dengan nada memaksa.
"Baik bu ." kata Flora , langsung mencari nomor Reno memasang speaker , terdengar nada memanggil tapi tidak dijawab. "Nomor yang anda tuju tidak bersedia menerima paggilan anda"
"Hei, kamu mungkin sudah melapor pada Reno , saya mengancammu?!" tanyanya.
"Saya hanya mengatakan ibu tidak memberi izin cuti." kata Flora berbohong.
“Berani benar kau mengatakan bahwa saya tidak memberi kau cuti? Apa yang ada dalam benak Reno jika dia tahu saya tidak memberi kau cuti? “ dampratnya .
“Dua tahun saya belum ambil hak cuti tahunan saya . Sekarang saya akan ambil hak cuti saya tahun ini, hanya sembilan hari ditambah izin cuti menikah tiga hari." Kata Flora menahan jengkel.
“Tetap tidak saya berikan ! Kamu banyak sekali izin pulang cepat, izin tidak masuk kerja karena ada keluarga menikah! Hak cuti tahunanmu sudah habis ! Kau kira ini perusahaanmu? Seenaknya minta izin!, comelnya sambil membalik-balikkan dokumen di atas meja kerjanya.
“Kalau begitu saya resign saja !” kata Flora dengan nada marah.
“Apa resign ? ! No ! Enak benar kamu minta resign. Ada aturannya jika mau resign , tidak seenak udelmu! “
“Baik bu, saya permisi.” kata Flora lalu beranjak ke luar ruang kerja ibu Megawati.
“Hei ! Saya belum selesai bicara !”
“Sebutkan jadwal saya hari ini dan besok !” perintah ibu Megawati.
“Mmm… jadwal hari ini meeting dengan sub kontraktor di kantor jam sepuluh. Jam dua belas peninjauan proyek bersama sub kontraktor. Besok pagi jam sembilan, ibu ke sekolah Jimmy, bertemu dengan BP Sekolah. Siang di kantor. Malam , menghadiri jamuan makan malam dengan bapak dan ibu Handoko di restoran Surya.”jelas Flora mencoba sabar.
“Kamu ikut meeting dengan sub kontraktor , buat risalah rapat !” perintah ibu Megawati.
“Tapi, biasanya Shanti yang buat….” .
Belum selesai Flora menyelesaikan perkataannya, ibu Megawati memotong perkataan Flora,“Bukan kamu yang mengatur , saya pimpinan, saya CEO ! Saya yang mengatur ! Kamu memang sombong sebagai Private Personal Assistant. Shanti sering mengeluh bahwa kamu suka perintah-perintah, suka mengatur pekerjaan orang. Kamu bukan bos ! Kamu hanya membantu saya , bukan mengatur pekerjaan staf lain di kantor ! “ kata ibu Megawati sambil tangannya bergerak kesana-kemari.
“Maaf ibu..” seru Flora sambil menunduk.
Hmm… ternyata di kantor ada orang munafik. Shanti yang terlihat baik di depan menusuk di belakang. batin Flora sambil keluar dari ruang kerja ibu Megawati. Di luar ruang kerja menuju ruang kerjanya Flora berpapasan dengan Shanti.
“Hai cantik , aku dipanggil ibu Megawati. Ada tugas tambahan?” tanya Shanti memamerkan muka manis.
“Tidak tahu, tanya saja sendiri !” jawab Flora sewot menahan amarahnya.
“Ih. ! Ditanya baik-baik kok jawabannya sewot !” gerundel Shanti sambil melenggang menuju ruang kerja ibu Megawati.
Di depanku memamerkan muka manis, di belakangku mengeluarkan racun dari bibirnya disalurkan ke ibu Megawati. Hum..mereka berdua cocok banget. Sama-sama ambisius, satunya ambisius merebut posisiku , satunya lagi bos berambisi menjadi isteri orang kaya, batin Flora.
Sambil menghenyakkan tubuhnya ke kursi kerjanya, Flora mengambil laptop pribadinya , mengetik surat pengunduran dirinya.
Sebelum saya berbalik pikiran, lebih baik saya membuat surat pengunduran diri sekarang, sore pulang kantor akan kuserahkan ke bagian HRD.” batin Flora.
Setelahnya dia membereskan beberapa berkas, mengatur sesuai yang telah dikerjakan, sedang dikerjakan dan dalam tahap pemeriksaan, meninggalkan ruang kerjanya menuju ke ruang rapat. Di ruang rapat telah ada Shanti, ibu Megawati dan beberapa person sub kontrkator.
“Ini calon pengantin, terlambat datang.” Seloroh ibu Megawati.
“Wow ! Ibu Flora mau menikah ? Kok diam-diam? “ seloroh pak Hengky Wirasto.
"Coba bapak lihat jari manisnya ada cincin pertunangan.” kata Shanti ,raut wajahnya ada keirihatian.
Tanpa melihat kiri kanan, Flora langsung duduk di samping ibu Megawati.
“Hmm… meeting dipimpin oleh pak Basyir, notulis mbak Shanti. Mbak Flora , membantu Shanti dalam menampilkan penyajian power point.” perintah ibu Megawati.
Rapat berlangsung hampir tiga jam setelah melalui perdebatan yang sengit. Rapat berakhir dengan pengumuman ibu Megawati .
“Mulai hari ini, Private Personal Assistant dijabat oleh mbak Shanti. Mbak Flora kembali pada jabatan semula sebagai staf administrasi kantor. Mbak Flora sesudah meeting, bereskan semua berkas, dokumen, tablet milik saya dan inventaris Private Personal Asisstant ke mbak Shanti.” Perintahnya .
“Baik bu, saya sangat siap.” Desis Flora , langsung berdiri keluar ruang meeting menuju ruang kerjanya.
“Hmm… ibu Megawati ingin membuat masalah denganku? Dia kira dengan menurunkan statusku aku takut? Si Shanti kira jabatan yang diperolehnya dengan menikungku mungkin bisa diembannya selama sebulan. " Flora ngedumel.
Amarah Flora sudah diujung tanduk, membuat Flora dalam keadaan agitasi . Selama menjadi Private Personal Asisstant ibu Megawati banyak hal ditahan kemudian dikeluarkan uneg-unegnya dalam meditasi malamnya karena jabatan Personal Assitant membuat Flora bisa melanglang buana ke mana bosnya pergi untuk urusan perusahaan, itupun untuk mendampingi ibu Megawati yang tidak menguasai proposal yang dibawakan karena Flora yang membuat keseluruhan proposal sesuai instruksi owner, ayah bapak Wiryo, bapak Dicky Susanto, kakek ibu Megawati.
Kesetiaannya lebih pada perusahaan yang menjanjikan Flora gaji yang layak, pertemuan-pertemuan dengan kontraktor, seminar- seminar internasional di Singapura, Bangkok dan China pernah diikutinya bersama ibu Megawati. Flora bagaikan bayangan ibu Megawati. Flora lebih banyak mengetahui tentang aturan dan hukum karenanya ibu Megawati sangat mengandalkan Flora.
Tapi hari ini setelah menahan seluruh kemarahan, kekecewaan dan ketidak percayaan pada ibu Megawati rasa kesetiaannya terhadap ibu Megawati langsung padam. Flora tahu siapa dibalik perubahan sikap ibu Megawati, di samping Reno tentu Shanti juru bakar emosi ibu Megawati. Shanti dari dulu sudah mengincar kedudukan Personal Assitant, tapi melihat kinerja Flora, ibu Megawati akhirnya memilih Flora sebagai Private Personal Asistant.
“Huh ! Flora, kamu cantik dan baik hati, selalu katanya jika ada maunya. Ternyata semua palsu belaka.” gerutu Flora sambil menyiapkan berkas, dokumen memasukkan beberapa barang pribadinya ke dos yang sudah disiapkan pihak HRD.
Terdengar pintu ruang kerjanya diketuk, seseorang masuk tanpa melihatnya Flora sudah tahu, cara kakinya berjalan diseret ditambah aroma parfum manis langsung memenuhi seluruh ruangan kerjanya.
“Ada apa Vivian?” tanya Flora.
“Mbak dimutasikan ke bagian staf admin ya?” tanyanya.
“Mmm….”
“Itu pasti ulah Shanti. Dari dulu dia sirik, iri dan benci sama mbak Flora. Rupanya dia incar posisi mbak Flora.” Nerocos Vivian tanpa memperdulikan apakah Flora mendengarnya atau tidak.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Flora dibuka dengan kasar, bersamaan Flora dan Vivian menoleh ke belakang. Nampak Shanti memegang kotak berisi barang pribadinya masuk ke dalam ruang kerja.
"Apakah jarimu tidak mampu untuk mengetuk pintu? Masuk ruang kerja orang pakai etiket !" seru Vivian.
"Hei ! Ini sekarang ruang kerjaku. Serahkan semua berkas ke saya!" katanya.
"Tidak segampang menyerahkan kue ulang tahun, harus ada berita acara." seru Flora menahan marah.
"Cepat. Saya dan ibu Megawati akan rapat membuat jadwal kerja selama seminggu." perintah Shanti, mendorong tubuh Flora yang sedang berdiri di depan meja kerja.
"Baca dan cek, apakah barang-barang, berkas dan dokumen yang tercatat di Berita Acara Serah Terima seperti yang kamu terima. Jika cocok, tanda tangan. Ada dua lembar, satu buat saya dan satu buat kamu." kata Flora datar sambil menyerahkan kertas Berita Acara kepada Shanti. Shanti sekedar melihat barang-barang, dokumen dan berkas yang ada di meja , menanda tangani , menyerahkan selembar ke Flora.
Ditemani Vivian, mereka keluar ruang kerja yang telah ditempati Flora selama dua tahun sejak menjadi Private Personal Asisstant ibu Megawati.
"Vian, tolong pegang kotak ini, saya mau pamit ke ibu Megawati." seru Flora mengangsurkan kotak ke Vivian.
Setelah mengetuk pintu, Flora masuk , dengan sopan dia menyampaikan bahwa dia mohon pamit dan menyerahkan amplop berisi surat pengunduran dirinya.
"Apa ini ? " tanya ibu Megawati, membacanya , langsung merobek surat pengunduran diri yang diajukan Flora lalu melemparkan sobekan-sobekan kertas ke muka Flora.
"Enak saja, resign. Kalau kamu tetap resign, tidak ada pesangon. Semua hakmu tidak kau dapat !" serunya dengan nada marah.
"Maaf ibu, saya pamit." kata Flora mencoba tetap sabar.
Dengan wajah kemerahan menahan amarah tetapi mencoba menahan emosi yang sudah mendesak ingin keluar dari lubuk hatinya, Flora keluar dari ruang kerja ibu Megawati.
"Mbak Flor, kamu terlihat marah banget tapi kamu tahan. Kalau aku aku keluarkan, kalau perlu aku teriak!" gerutu Vivian.
"Kita ke HRD." kata Flora.
Vivian mengikuti Flora bagaikan anak yam yang mengikuti induknya. Di HRD, Flora menghadap ibu Miniarti Arumbayu , tanpa mengatakan sepatah katapun Flora mengangsurkan amplop.
"Saya pamit bu." katanya sopan lalu meninggalkan ruang kerja ibu Arum.
Setelah membacanya ibu Arum terlihat kaget, berusaha mengejar Flora yang sudah hilang melalui lift. Kantor kemudian menjadi gempar. Badai siklon resignnya Flora melanda kantor dengan angin yang meniupkan isu yang beterbangan.
"Mbak Flora yang selama ini setia mendampingi ibu Megawati resign karena akan menikah."
"Mengapa harus resign, bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja?"
"Mungkin mbak Flora sudah tidak sanggup menghadapi ibu Megawati yang arogan, sombong , angkuh dan tidak punya hati."
"Mbak Flora resign karena hak cuti menikah tidak disetujui ibu Megawati."
"Bukankah Personal Asistan ibu Megawati si Shanti ? Mampukah dia sehebat mbak Flora, kerjanya cuma merayu bos-bos berduit. "
Bagi Flora apapun yang dikatakan mereka dia tidak ingin tahu, biarkan mereka ngegosip, Emang gue pikirin , yang kupikirkan sekarang adalah kebahagiaanku, batinnya.
Dengan tersenyum Flora keluar dari lobbi kantor, di depan gedung PT Puspita Dara, sudah menunggu mobil on-line yang siap membawanya ke rumah.
Seminggu sebelum hari Thankgiving, mereka bersih-bersih rumah Reno. Mc.Bride mengecat keseluruhan rumah Reno yang telah lama tidak di cat. Seharian mereka membicarakan warna cat apa yang cocok untuk rumah tua yang mungkin sudah berpuluh-puluh tahun didiami orangtua mamanya Reno. Akhirnya mereka sepakat memakai cat coklat tua dipadu dengan cat coklat muda . Mc.Bride mengecat sendiri, Flora membantu mengecat bagian yang mudah dijangkaunya serta menyiapkan makanan dan minumannya, kadang-kadang disela-sela melepas lelah Mc. Bride bermanja-manja di pangkuan Flora.“Kami bagaikan suami isteri,” bisik Flora.“Bukan bagaikan sudah seperti suami isteri,” Ralat Mc.Bride mencari bibir Flora mengecupnya .Malamnya meskipun capek, Mc.Bride minta jatah,Flora langsung meleleh melihat Mc.Bride merayunya dan menatapnya penuh hasrat.“Satu ronde saja, please.” Serunya dengan wajah memelas.“Aku capek, badanku terasa kaku. Malas gerak.” Bisik Flora.“Kamu tidak perlu bergerak, aku yang aktif.” Bisik
Flora menarik napas dalam menghembusnya perlahan, punggungnya bersandar pada pintu belakang yang baru saja dihempaskan lalu dikunci , takut Mc.Bride ikut masuk ke dalam rumahnya. Takut Mathew dan isterinya memergokinya sedang bersama pria lain. Mungkin mereka tidak mempermasalahkannya karena Flora janda yang ditinggal mati suaminya. Sudah dua tahun dia menjanda tapi Flora takut jika dengan tidaknya Flora menjawab message, telepon dan video call Liza, Ami dan Dean dia sibuk dengan pria lain melupakan anak-anaknya.Flora mencium aroma Mc.Bride di tubuhnya, bergegas dia masuk ke kamar langsung menuju kamar mandi langsung membasahkan tubuhnya di bawah shower yang mencurahkan air hangat, menyabuni tubuhnya dengan sabun berkali-kali agar aroma tubuh Mc.Bride hilang tapi aroma itu masih tercium di hidungnya.“Mungkin kami selalu lengket satu sama lain, sehingga aroma tubuh kami saling menstranfer,” bisik Flora membayangkan tubuh mereka saling memeluk, memagut. Bahkan dia tidur di atas tubuh
Flora menatap pria yang memeluk pinggangnya seakan tidak ingin melepaskan tubuh sintal milik Flora begitupun Flora, aroma maskulin tubuh yang memeluknya semakin menyengat di hidungnya.“Grahm berapa wanita yang telah kau taklukkan?,” bisik Flora di telinga pria yang kemudian memeluk lebih erat ketika mendengar bisikan Flora."Hum..kamu ingin tahu?" “Kamu membuatku liar ,”“Aku suka keliaranmu,membuatku sulit mengendalikanmu." bisik Mc.Bride di telinga Flora .Flora mencubit pinggangnya, "Kau terobsesi padaku?""Aku takut kehilanganmu." Mereka melepaskan rasa lelah dan sisa-sisa nikmat , memeluk, mencium, berbisik kata-kata mesra setelah berkali-kali mencapai puncak kenikmatan.Setahun lebih tidak menikmati membuat Flora tidak mampu menahan birahinya apalagi sentuhan Mc.Bride membuat hasratnya timbul tenggelam dalam sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride.Awalnya Flora menolak, namun dorongan hasrat yang kuat tak mampu menolak sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride . Akhirnya m
“Maaf Mc. Bride, aku tidak bisa menerima lamaranmu. Aku harus berunding dengan anak-anakku.Tapi…”“Tapi apa Flora?”“Aku tidak mengerti mengapa kau mengajakku menikah, padahal kamu tahu aku tidak menyukaimu.”“Bagiku tidak penting kau tidak menyukaiku, bahkan tidak mencintaiku. Aku tahu , aku tertepuk sebelah tangan.Seperti yang pernah kukatakan sejak melihatmu mengintip di bingkai pintu, aku terpesona pada mata yang mengintip , kemudian seraut wajah yang begitu mempersonaku. Aku sudah menyukaimu.Malah ketika kau menawarkan aku menjadi detektif sewaanmu, aku langsung menerimanya agar bisa mendekatimu.“Oh ya, kamu ..mmm… mengapa menolak cek. Itu hakmu.”“Uang yang kamu bayar sudah cukup dengan semua pengeluaran untuk menyelidiki kematian suamimu.Yang tersisa adalah uang jasaku. Aku tidak akan menerimanya.”“Mengapa?” tanya Flora menatap pria yang duduk di sampingnya.“Karena aku ingin menikahimu,”“Untuk menikah perlu komitmen, bukan saja cinta, tapi janji kesetiaan dan mempertahankan
Flora mengambil ponselnya, mencari m-bangking, melihat saldo, ternyata saldonya tidak cukup untuk membayar sisa kontraknya dengan Mc. Bride. Diambilnya buku cek, ditulisnya nominal . Sambil berpikir-pikir apakah menyerahkannya nanti saja ketika bertemu dengan Mc. Bride, “ Sebaiknya aku bayar sekarang, agar selesai pembayaran, selesai kontrak sudah tidak ada hubungan antar aku dengannya.” Bisiknya pada dirinya sendiri.Flora masuk ke kamar, mengganti bajunya dengan gaun panjang dibalut cardigan rajut over size untuk menutupi dadanya karena dia tidak suka memakai bra kalau di rumah. Setelah mematutkan dirinya di kaca, mematutkan keseluruhan tubuhnya , setelah merasa puas, Flora menuju pintu belakang . Melalui arena belakang rumahnya yang berseberangan dengan rumah keluarga Mc. Bride serta penghuni lain ada taman memudahkan para penghuni untuk saling berkunjung. Demi privasi setiap taman dipisahkan pagar kawat yang berpintu.Flora membuka pintu pagar , menutupnya kembali kemudian menge
Sambil mencicipi roti lapis buatan Mc.Bride yang terasa nikmat diminum dengan kopi, Flora mendengar laporan Mc. Bride mengenai kematian Reno.“Mr. Jatmika dijebak dengan skandal yang akan mempermalukan dirinya jika diekspose keluar. Dia pernah mengalaminya ,waktu itu kamu sangat marah, sempat membuat kalian pisah ranjang.”“Siapa yang menjebak?” tanya Flora.“Marion dan Mr.Chackrii.”“Marion lagi? Belum puas dia melihat rumah tanggaku sempat dibuatnya porak poranda?”“Marion diperalat Chackrii dengan sejumlah uang, malah kalau dia berhasil menguasaimu , dia menyerahkan Mr.Jatmika ke Marion. Kau tetap di Bangkok, Mr. Jatmika dan Marion kembali ke Singapura .“Apa?” teriak Flora, tidak sadar sedang menyerup kopi langsung tersedak. Mc.Bride menepuk punggung Flora, menenangkannya.Setelah tenang dia melanjutkan, “Ternyata Mr. Jatmika sadar yang disetubuhinya bukan kamu, melainkan Marion. Dia sangat marah. Rupanya air yang diminumnya telah diberi obat perangsang .”Flora terdiam sejenak, ad