Dua malam tiga hari mereka menikmati keromatisan etape pertama bulan madu mereka. Salju turun menutupi sebagian pondok, jalan dipenuhi salju , ketika mobil yang menjemput mereka ke bandara Heathrow , London. Flora sudah memakai baju berlapis-lapis di dalam jas long coat, masih membuatnya meringkuk ke dinginan dalam pelukan Reno.
Mereka akan ke Paris , dari bandara Heathrow ke Charles-de-Gaule kira-kira dua jam dua puluh menit, mereka langsung ke hotel setelah istirahat mereka jalan-jalan melihat kota Paris yang sarat keindahan dan keajaibannya.
“ Seharian kami dil luar, makan siang dan makan malam, aku ingin memperkenalkan kepadamu kota yang sarat dengan keromatisannya, baik orang-orangnya, gedung-gedung, museum dan modenya.” Kata Reno ketika kami menuju hotel dari bandara.
“Mmm… aku pernah melihatnya.” kata Flora dengan muka menahan senyum.
“Kau pernah ke Paris?” tanya Reno.
“He.. Eh… di film dan di dalam mimpi.” kata Flora tertawa terbahak-bahak bisa mengacaukan pikiran Reno yang mengiranya pernah ke Paris.
“Kamu memang….. nakal.. ! Ini sisi aslimu yang suka menggoda?” tanya Reno.
“Kalau di dekatmu, “ bisik Flora di telinga Reno , menggigitnya gemas.
“Heh… semalam kamu mencakarku, menggigit bahuku sambil menjerit keras, sekarang kau menggigit telingaku. “ kata Reno sambil mendaratkan ciumannya di bibir Flora.
“Keromatisan sepanjang jalan ini membuat aku terbius .” Bisik Flora .
“Kalau begitu, jalan-jalan kita batalkan? Kita di hotel saja ?” goda Reno.
“Hai… tidak puas-puasnya.” sahut Flora.
“Two years I hel my desire. You make me not want to stop.” bisik Reno.
Mendengar Reno berbahasa Inggris dan bahasa yang tidak dimengertinya, supir melalui kaca spion bertanya, “ Which country are you from?” tanya dalam bahasa Inggris dengan logat Perancis.
“ndonesia.” Jawab Flora
“Singapore.” Jawab Reno.
Kemudian mereka berpandangan dan tertawa.
“My wife from Indonesia and I’am from Singapore.” Kata Reno.
“You are on your honeymoon?” tanyanya.
“Yes. “ kata Reno.
“You must visit Le Mur des Je T’aime and Sacrē Coeur, of course Eiffel tower the symbol of Paris.” Kata supir mempromosikan tempat wisata.
Sesampai di hotel, supir masih menambahkan beberapa daerah wisata , Flora tersenyum dan mengucapkan terimakasih bahasa Indonesia.
“Je vous remercie.” kata Reno.
“Kamu bisa bahasa Perancis?” tanya Flora ketika mereka memasuki lobi hotel.
“Bien sûr.” kata Reno langsung menuju meja resepsionist untuk check-in.
“Bienvenue madame et monsieur.” sambut gadis cantik menyapa mereka.
Reno mengeluarkan paspornya dan paspor Flora.
“Monsieur Reno Baskara Jatmika, from Singapore, “ katanya sambil melihat paspor Reno.
“Madame Flora Santi Wijaya, from Indonesia, “ katanya tersenyum manis memandang Flora.
“ I made a reservation a month ago.” kata Reno.
“I will check,” jawabnya dengan suara halus dan logat Perancis yang menurut Flora keren banget.
“ Madame and Monsieur , your room is ready.” katanya dengan senyum yang menarik.
“Je vous remercie.” kata Reno langsung menggamit Flora.
Satu lagi bonusku, dia bisa bahasa Perancis. Suamiku memang keren, batin Flora sambil tersenyum.
“Mengapa tersenyum?” tanya Reno.
“Ada penterjemah di sampingku.” kata Flora sambil tertawa.
“Ada bayarannya.” goda Reno.
“Tidak masalah, masukkan saja berapa, nanti aku pakai kartu kreditmu.” kata Flora sambil tertawa merekapun masuk ke lift. Di lift mereka sempat mempergunakan kesendirian mereka dengan memeluk dan mencium.
“Bienvenue á Paris, mon chéri.” bisik Reno dan mengulum bibir Flora.
“Mmmm…. Mi amor.” Bisik Flora.
Mereka berciuman dan mengulum sampai pintu lift terbuka , pelayan kamar sudah menunggu mereka di kamar deluxe. Dari balik kaca mereka bisa melihat menara Eiffel dan beberapa gedung kuno yang ada di sekitar Paris.
“Buka jas coatmu, ganti dengan jaket saja, “ kata Reno.
“Nanti di luar dingin.” kata Flora.
“Buka beberapa baju lapismu, ganti dengan sweater dan pakai saja jeans .” katanya sambil membuka koper mengeluarkan sweater dan celana jeans untuk Flora dan dirinya. Selesai mereka keluar hotel sambil menjalin jari-jari mereka. Perubahan cuaca membuat wajah Flora yang kecoklatan seakan-akan memakai pemerah pipi, terlihat memerah , bibirnya memerah padahal tidak memakai lipstick, kecantikan naturalnya semakin membuat Reno terpesona.
“Je vous aime.” bisik Reno.
Mereka melakukan city tour, berjalan menuju menara Eiffel, ikon utama negara Perancis yang paling terkenal di dunia. Reno memilih hotel yang dekat dengan menara Eiffel. Menara Eiffel terletak di tengah kota
"Mengunjungi kota Paris belum lengkap jika kita tidak berfoto dengan latar menara Eiffel yang unik ." kata Reno. Dari jauh nampak wisatawan baik berombongan maupun sendiri-sendiri berjalan ke arah menara Eiffel.
Flora mematung melihat keindahan, kemegahan dan keajaiban yang dipancarkan menara Eiffel.
"Kalau malam terlihat lebih menawan, pencahayaannya membuat terlihat lebih cantik ." jelas Reno.
"Awal dibangun sempat dikritik, tapi sekarang destinasi wisata yang paling diminati wisatawan jika ke Paris." katanya lagi.
Setelah puas berfoto di depan menara, mereka langsung menuju lift. Reno sudah membeli tiket secara online, sehingga mereka tidak perlu antre membeli tiket. Lift membawa mereka ke menara Eiffel, lantai satu. Selama hampir setengah jam mereka mengelilingi lantai satu, kemudian ke lantai dua , setelah puas mereka naik ke lantai tiga, melihat visual kota Paris yang menakjubkan.
Hampir dua jam mereka menjelajahi menara Eiffel. Setelah menjelajahi menara Eiffel, mereka berjalan sepanjang tepi sungai Seine, yang menjajakan berbagai pilihan toko suvenir. Reno dan Flora membeli beberapa miniatur menara Eiffel sebagai oleh-oleh. Mereka menyeberangi sungai Seine dan mengunjungi Champ Elyseés salah satu jalan yang paling terkenal di dunia.
“Mau menikmati golden hour yang romatis ? “ tanya Reno.
“Saya mengikuti apa yang dikatakan guide kesayanganku.” kata Flora.
Dengan sigap Reno memeluk Flora dan menuju loket membeli tiket untuk naik cruise menyusuri sungai Seine. Dari dermaga, cruise bergerak mendekat kea rah menara Eiffel, Reno mempergunakan kesempatan mengabadikannya dengan tustelnya yang canggih yang selalu tergantung dilehernya yang kokoh, melewati kolong jembatan. Flora terkagum-kagum melihat pemandangan yang eksotik dilator belakang bangunan khas Eropa. Reno mengajak Flora naik ke atas dek, melalui tangga ke atas dek paling atas cruise.
“Rasanya aku berada di bawah langit terbuka,” bisik Flora.
“Hmm, view sepanjang aliran sungai baik kiri dan kanan sangat indah.” bisiknya lagi.
“Ayo kita bikin adegan seperti film Titanic,” ajak Flora.
“Hum, boleh.”
Meminta bantuan awak kapal cruise, Reno meminta gaya mereka diabadikan.
Mereka tertawa terbahak-bahak melihat hasil jepretannya dan Reno tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Karena Reno memilih tur private cruise, kami mendapatkan fasilitas mewah selama menyusuri sungai Seine, kue, minuman dan makan siang yang mewah.
Memiliki kekuasaan dan keuangan yang tajir, apapun yang diinginkan pasti didapat. Untuk mendapatkan kemewahan yang selama ini dirasakan sejak di London, Paris dan nanti di Swiss, aku harus menabung berpuluh-puluh tahun . Tanpa menabung aku bisa menikmatinya karena suamiku , batin Flora. Flora.
Hampir dua jam mereka naik cruise mengitari sungai Seine yang membelah kota Paris menjadi dua bagian.
“Mengitari sungai Seine, seru dan mengasyikkan. “ kata Flora.
“Belum capek?” tanya Reno.
“Kalau aku capek, nanti kau menggendongku.” kata Flora tertawa.
“Iya, di depan kamar hotel.” canda Reno .
“ ita ke arc de triomphe dan terakhir ke museum Louvre, kita makan malam langsung kembali ke hotel,” kata Reno.
Arc de triomphe, berdiri di tengah Place de l Ētoile di ujung barat wilayah Champ Elyseés.Mereka mengitari monumen dan berswa foto . Dengan taxi mereka menuju ke museum Louvre, sebetulnya mereka bisa jalan kaki, tapi Reno takut Flora lelah karena dia baru sembuh dari sakit flu . Ketika memasuki area museum, Flora merasakan tubuhnya bergidik. Aroma misterius dan mistis membuat bulu kuduknya berdiri. Museum seni terbesar dan bersejarah yang terletak di istana Louvre bukan membuatnya kagum tapi ada rasa tidak nyaman.
Dia merasakan ada seseorang di sampingnya memandang ke samping tidak ada seorangpun,terasa ada hembusan nafas di lehernya.
“Reno….?” bisiknya.
“Jangan lama, perasaanku tidak enak memasuki museum ini.” bisik Flora.
“Are you ill?” tanya Reno.
“No, “ bisiknya merasakah hembusan nafas kembali menjalari lehernya.
“Kita lihat lukisan Mona Lisa, lukisan era Renaissance. Aku ingin menunjukkan betapa indahnya lukisan karya Leonardo Da Vinci,.” bisik Reno.
Mereka memasuki area karya seni lukisan, mereka tidak boleh berdekatan, harus berjauhan satu sama lain dan berdiri pada spot yang telah ditandai di lantai.
“Senyumnya benar-benar menawan ,” bisik Flora ketika memandang lukisan Mona Lisa.
“Kelihatannya dia memandangku dan tersenyum,” bisiknya lagi , tidak sadar Flora tersenyum memandang lukisan Mona Lisa. Seakan ada magnet yang membuatnya ikut tersenyum.
“Beautiful.” bisiknya.
“Semuanya lukisan ini original, bukan duplikat.” bisik Reno dari kejauhan.
Flora tidak mendengar bisikan Reno, matanya fokus memandang lukisan Mona Lisa dengan senyumnya yang misterius.
“Apakah dia kekasih Leonardo da Vinci? Senyumnya menutupi kesedihan hatinya, dia pandai memanipulasi seolah-olah bahagia tapi hatinya luka penuh dengan borok-borok luka yang ada dalam hatinya.“ batin Flora.
“Senyumnya dibuat semisterius mungkin agar orang tidak tahu apa yang terpancar dari hatinya.” Flora sibuk mendiskusikan lukisan di depannya dengan dirinya sendiri. Mereka yang berdiri dari jauh memandangnya karena dia berbicara sendiri.
Tiba-tiba hembusan nafas yang ada di belakang leharnya hilang , Flora sadar memandang ke sekelilingnya . Reno menggamitnya , mengajaknya ke luar museum.
Keluar dari museum Reno melihat ada keanehan di wajah Flora, dia terus tersenyum seolah-olah mengikuti senyum Mona Lisa.
“Flora…?” bisik Reno.
“Mmmm…” bisik Flora sambil memandang Reno dengan tersenyum.
“Kau aneh… apakah kamu kerasukan senyum Mona Lisa?” tanyanya.
“Senyum misteriusnya sulit aku tiru.” kata Flora.
“Kau Flora, bukan Mona Lisa,” tepuk Reno pada bahu Flora membuat Flora tersentak kaget.
“Apa yang kau katakan? “ tanya Flora setelah sadar dari dunia misterius senyum Mona Lisa.
Banyak spot keren untuk foto di setiap sudut membuat Flora terbuai adanya aura misterius apalagi penampilan pemain musik di lorong-lorong, ditambah bangunan piramida yang artistik dan eksotis menimbulkan stimulasi rangsangan erotis di tubuh mereka. Dengan saling memeluk dan menatap diselingi ciuman mereka menyusuri arena museum louvre.
Merasakan kakinya pegal, Flora minta mereka mencari tempat untuk duduk. Ketika mendapat tempat untuk duduk, timbul keisengan Flora, dibukanya topi kupluk dan syal, digerainya rambutnya dan dibelah dua di tengah. Dengan duduk anggun bak Mona Lisa dia mempersembahkan senyum kea rah Reno yang memandangnya dengan gemas.
“Reno, aku kagum dengan senyum Mona Lisa, aku ingin difoto seperti gaya Mona Lisa.” kata Flora dengan tersenyum.
“Ok.”
Dengan sigap Reno mengarahkan tustelnya dan mengabadikan Flora yang duduk anggun bak Mona Lisa.
“Is it the same as a Mona Lisa mysterious smile? “ tanya Flora ke arah Reno agak keras karena suara hiruk pikuk di sekitarnya.
“Nice smile .“ Seru seorang turis sambil tersenyum ke arah Flora.
“Thank you, madame, “ kata Flora.
“Ren, aku mau lihat apakah senyumku sama dengan senyum Mona Lisa.” kata Flora ingin melihat hasil jepretan Reno.
“ Senyummu misterius dan menggemaskan,” seru Reno, sambil memasang kembali topi kupluk dan syal Flora mencium bibir Flora yang merekah merah karena dinginnya cuaca menjelang pergantian shift antara matahari yang bersembunyi di balik awan kelabu dengan bulan yang malu-malu menampakkan dirinya dari balik menara Eiffel.
Sore telah larut menjadi senja. Awan kelabu musim dingin di Paris mulai menyebarkan angin dingin. Flora membenamkan dirinya dalam pelukan Reno.
“Kita sampai malam disini hingga malam , lampu-lampu dari museum Louvre mulai hidup, cahaya lamu yang berwarna jingga membuat seluruh tempat ini indah dan eksotik. Kita juga bisa melihat lampu menara Eiffel dari kejauhan.” bisik Reno.
“Kita makan malam dulu. Aku tahu tempat yang asyik banget.” katanya.
Berjalan kaki mereka menyusuri Rive Droite Seine menuju restoran yang menurut Reno sangat unik dan terkenal dengan masakannya yang enak. Mereka memasuki restoran dan dengan bahasa Perancis yang fasih Reno meminta buku Menu dan menunjuk beberapa menu andalan dari restoran.
“Minum wine?” bisik Reno.
“Boleh.” jawab Flora.
Sambil menunggu pesanan , restoran menyuguhkan musik live , penyanyinya cantik molek dan anggun membawakan lagu Perancis dengan gaya musik jazzy, suaranya merdu mendesah , ada aroma cinta. Sambil minum wine , Flora melihat ke sekeliling mereka, pengunjungnya berpakaian formil sedangkan berpakaian tidak formil. Sepasang suami isteri, atau sepasang kekasih yang sedang berbisik diselingi dengan saling berciuman, seolah-olah larut mendengar lagu romantis dan menggugah hati mereka yang sedang jatuh cinta, membuat Flora tak sengaja memandang ke arah Reno. Reno menatapnya sambil menggoyang-goyangkan gelas wine.
“Mau kucium?” bisiknya.
Flora berusaha menahan tawanya.
“Disimpan saja di hotel.” Bisiknya.
Tidak lama pesanan mereka datang, mereka melahapnya karena lapar. Flora tidak tahu nama makanan yang disantapnya, yang penting terasa enak di lidahnya dan dia bisa kenyang. Sejak di London dia tidak pernah makan nasi. Untung Reno yang meskipun ada rasa bulenya, lidahnya lebih suka dengan rasa Asian maka menu pilihannya selalu terasa cocok di lidah Flora.
Setelah makan malam mereka kembali ke area museum Louvre menikmati keindahan dan keeksotikannya .
“Bulan madu etape kedua kita romantis banget.” bisik Flora.
“Dan sensual” bisik Reno di telinga Flora
Mereka kembali ke hotel dengan naik taxi. Sesampai di hotel mereka langsung ke kamar dan bersamaan mereka menjatuhkan diri ke tempat tidur.
“Hah… terasa hangat dan nyaman.” Desah Flora.
“Mau lebih hangat?” tanya Reno dengan senyuman nakal.
“Aku mau bersihkan diri dulu.” kata Flora.
“Aku ikut.” Sahut Reno yang langsung mengikuti Flora ke kamar mandi.
Mereka melakukan pelepasan yang selama di Louvre mereka tahan.
“Reno…” panggil Flora.
“Kamu suka lukisan Mona Lisa?” tanya Flora.
“Hanya sekedar suka tapi tidak mengagumi.” jawab Reno.
“Senyumnya , senyum manipulatif.” kata Flora.
“Senyummu lebih indah dari senyum Mona Lisa. Senyum Mona Lisa, senyum misterius. Senyum nyonya Reno senyum bahagia penuh hasrat.” kata Reno , mengangkat tubuh Flora , menggendongnya ke tempat tidur.
“Bulan madu kita belum selesai,” bisik Flora.
“Kamu menginginkan?” tanya Reno.
“Kamu?” tanya Flora .
“Aku menginginimu.” Jawab Reno.
“Kalau gitu kita mainkan.” kata Flora .
“Matikan lampu kamar, hanya lampu nakas saja mi amor.” kata Flora.
“Ok, mon amor.” kata Reno yang cepat mematikan lampu menuju tempat tidur. Flora menunggunya dengan penuh hasrat.
“Kalau gini senyum Mona Lisa?” tanya Flora di kegelapan dengan tertawa.
Tawa Flora memudar perlahan dari bibirnya karena Reno langsung mengulum bibir Flora sehingga Flora tak mampu menggodanya, menarik Flora dalam dekapan yang kuat membuat Flora sulit bernafas. Semburan kata-kata cinta berhamburan dari bibir mereka diselingi desahan, desisan dan erangan nikmat, jantung mereka berdebar kencang, membahana di kamar mengisi malam cinta mereka seolah tak ingin berakhir.
Paris memiliki sejumlah spot , mempunyai nuansa dengan energi yang memancarkan energi romantis dan eksotik bagi mereka yang sedang berbulan madu. Reno yang faham dengan tempat-tempat yang romantis karena pernah dikunjunginya mengajak Flora di hari kedua, pada etape kedua bulan madu untuk mengukir kenangan indah bulan madu mereka. “ Hari ini kita ke Pont des Arts, jembatan gembok cinta.” kata Reno ketika mereka sarapan di restoran hotel. “ Hmm… seperti saran supir taxi sewaktu kita dari bandara?” tanya Flora. “ Yes.” seru Reno, memandang Flora yang pagi terlihat cantik dengan memakai gaun panjang setengah lutut dengan sepatu bot, rambutnya digelung di bawah tengkuk lehernya. “ Kamu tambah hari tambah cantik.” bisik Reno. “ Karenamu.” jawab Flora. “ Aku ??” tanya Reno tidak percaya. “Kau selalu bisa memenuhi keinginanku…..” bisik Flora. “Mmm…. ??” “ Setiap hari aku jatuh cinta padamu, setiap hari kau memberi aku cinta, hadiah, pujian dan kepuasan, membuat aku bahagia . Kebahagia
“ Sisi gelapmu ? Tentang apa? "tanya Flora. “ Mmm… terlihat senyum liar di ujung bibir Reno. Setelah kau tahu, saya serahkan semuanya padamu.” katanya sambil membuka seluruh bajunya , dalam ketelanjangannya dia mengambil semacam pecut dari ranselnya, menyerahkan kepada Flora yang menerimanya dengan penuh tanda tanya. “ Whip me!” perintahnya. “ ????" “ Pukuli seluruh tubuhku dengan yang kau pegang !" perintahnya tegas. “ Reno …?” “ Whip me now !” raung Reno. “ Tidak mau !” jerit Flora. Dengan kasar Reno mengambil cambuk dari tangan Flora memukul dirinya. Nampak punggungnya dan dadanya di penuhi dengan ruam-ruam menyisakan luka-luka bergaris-garis. Flora menutup wajahnya , betapa kagetnya ketika tubuhnya direngkuh Reno dengan kasar dan membuka seluruh baju yang dipakainya , memaksanya berhubungan intim. Flora menolak , tapi Reno memaksa dengan kekerasan melakukannya dengan paksa membuat Flora menjerit. Jeritannya terdengar di dalam cabin kecil . Erangan Reno , jeritan Flora d
Perkataan Reno membuat perut Flora serasa ditonjok, akal sehatnya hilang, Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalannya. Sepanjang malam, dia tidak bisa tidur di kasur ukuran besar, empuk menyisakan body lotion Reno di kasur, mengunci kamar tidur, tidak ingin Reno masuk ke dalam kamar tidur , tidak peduli dimana Reno tidur. Hatinya tercabik-cabik setelah mendengar pengakuan Reno serta kebohongannya bahwa isterinya meninggal. Waktu mendapatkan info dari Reno bahwa isterinya meninggal ada kelegaan di hati Flora, berarti pernikahannya aman. Tidak ada mantan isteri yang akan memporak porandakan rumah tangganya. Ada ketakutan, kecemasan , kegelisan ketika Reno mengakui bahwa Irene meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil. Sejenak ditatapnya langit-langit kamar, impuls Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalan Terjadi perdebatan antara hati nurani dengan otak kecilnya , mengg
Setelah sarapan Reno terlihat sibuk di laptopnya, mengetik sesuatu, kemudian mengirim hasil ketikannya. Flora membiarkan Reno dalam kesibukannya. Tidak lama email di ponsel Flora berbunyi. Dibukanya ponselnya, matanya terbelalak membaca isi email. “ Reno..” “ Hum..” “ Ini kotrak yang kamu bicarakan kemarin? “ tanya Flora. “ Aku serius, aku tidak main-main karena aku melihat keraguan ada pada dirimu. Flora aku ingin berubah, aku ingin hidup normal dan melakukannya hubungan kita dengan normal. Aku tidak ingin selama masa pernikahan kita ada ketakutan dan keraguan dalam dirimu. Aku sangat mencintaimu, bantulah aku untuk bisa berubah.” Pinta Reno. “ Tapi aku tidak nyangka sedemikian cepat kamu membuat kontraknya.” “ Apakah kamu tidak menyesal memberikan sebagian dari kekayaanmu kepadaku? Apakah kamu tidak memikirkan sewaktu-waktu Irene yang kau bilang sudah meninggal, hidup kembali dan merongrong kekayaanmu? Meminta Liza dan Ami?” tanya Flora. “ Untuk itulah aku persiapkan segala
Flora , Liza dan Ami sibuk bercerita di kamar tidur Flora dan Reno. Tempat tidur besar dan nyaman serta hangat membuat mereka sulit untuk berpisah. Reno memandang mereka bercerita tentang rencana yang disusun bersama daddy dan uncle Krishna dengan penuh tawa, ceria bahkan saling berpelukan. “ Uncle Krishna cool, he can make this surprise work.” seru Liza. “ Yeeee ! “ seru Ami. “ Hello ladies, it is time for breakfast. Uncle Krishna already waiting for us in the dinning room .” Seru Reno. Flora, Liza dan Ami turun dari tempat tidur, Flora merapikan rambutnya , blus dan celana jinsnya, diikuti Liza dan Ami. “ You look beautiful ,” bisik Liza memandang Flora. “ Thankyou, “ kata Flora sambil memeluk Liza. “ Both of you are beautiful too.” Bisik Flora. Sesampai di restoran hotel , Krishna sudah menunggu mereka. Flora yang melihat Krishna langsung memeluk pundaknya. “ Thank you for delivering my two angels” kata Flora. “ They are cute little angels,” jawab Krishna. “ Uncle Krishna
Setelahnya Reno tidak pernah menelpon Flora. Biasanya pagi, siang, sore dan malam , tak putus-putusnya dia menelpon tanpa henti. Apa saja ditanyakan. Hanya malam saja ia menelpon, menanyakan keadaan dan kerinduannya pada Flora.Jedanya Reno menelpon , Flora memutuskan untuk menyampaikan kepada Mamanya bahwa dia sedang jatuh cinta.“Kau pulang cepat, Flora ? Biasanya jam begini kau belum pulang, banyak alasan yang kau pakai jika mama bertanya.” Cicit mamanya dengan tatapan penuh tanya.Karena Flora tidak menjawab, mamanya bertanya lagi, “Apakah lantai di kantormu sudah selesai kau ukur?“ canda Mamanya.Flora yang sedang berdiri di ambang pintu, memandang Mamanya lama sekali, Apa yang akan kukatakan pada mama ?, batinnya.“Ada yang tidak beres, sayang?” tanya mamanya.“Hmm.. apakah menu makan malam kita ?” tanya Flora.“Oh, mama belum masak untuk malam. Takut nanti kamu tidak makan malam,”“Kalau begitu, aku ajak mama kencan. Kita berdua saja. Aku lagi kepingin makan ayam baka
Sebulan kemudian Flora tiba di bandara Changi, Reno menjemput Flora bersama kedua anak gadisnya. Mereka anak gadis yang cantik. Liza mengambil profil bapaknya, dagu terbelah dua dan mata biru yang bersinar penuh kejenakaan. Ami, pasti mengambil profil ibunya, lembut dengan mata coklat dan dagu yang runcing. Flora kaget ketika Liza dan Ami memeluknya erat-erat, rupanya setiap bertemu dengan Reno diakhir pekan , Reno selalu cerita tentang Miss Flora dan memperlihatkan foto Flora di ponselnya .Flora sering mengirim foto yang sedang selfie disetiap aktivitas dan terakhir foto ketika mereka jalan-jalan di Tunjungan dan berpose bersama mama di rumah Flora. “Miss ,you are beautiful and kindness. Daddy, said that he love you, so me and Ami will love you too “ kata Liza. “May, I give you I big hug ? “ tanya Ami. Mendengar perkataan dan pertanyaan polos kedua anak Reno, Flora terharu dan tak terasa airmatanya berlinang, dipeluk dan dicium kening mereka dengan lembut. Mereka begitu
Reno tegas mengatakan bahwa dia akan menyiapkan semua hal yang berkaitan dengan pernikahan, tempat pesta , event organizing, bulan madu semuanya dia yang atur. Flora hanya tinggal menerimanya. Kembali sikap dominannya muncul. Flora protes ,mengatakan bahwa yang menikah mereka berdua, jangan semuanya dibebankan pada Reno. Flora tahu Reno mempunyai keuangan yang kuat sebagai pemilik perusahaan konstruksi yang terkenal di Singapura. “Ini pernikahanmu yang pertama, kau harus terlihat bahagia. Bagiku untukmu berapapun uang yang kukeluarkan tidak masalah.You are everthying for me.” Tegas Reno. “But…” “Flora, don’t argue me !” Karena kesal Flora menutup pembicaraan, mematikan ponselnya, " Belum menikah sudah mau mengatur semua keinginanku !Setelah menikah kehidupanku diatur. " Flora mendumel. Reno di kondominiumnya di Singapura gelisah, Flora mematikan ponselnya. Satu-satunya bisa menghubungi Flora hanya melalui ponselnya yang langsung dimatikan Flora. “ Oh my goodness,” kata Reno