Pagi hari Flora mulai mencicit membangunkan Liza dan Ami. Dilihatnya Reno masih meringkuk di sofa. “Sebagai satu keluarga aku ingin kita tidak saja merayakan Natal dengan Chrismas Dinner , tapi bersama ke gereja. “ ucap Flora yang langsung menuju pintu penghubung membangunkan Liza dan Mia. “ Wake up girls,we go to church.” “ We go to church?” tanya Liza dan Mia memandang Flora dengan muka keheranan. “ Yeah. We going to church . We follow high mass on Christmas morning, please prepare your self. “ kata Flora yang merasa aneh dengan pertanyaan Liza dan Ami. Berarti mereka jarang ke gereja, bahkan tidak pernah? batin Flora segera keluar melalui pintu penghubung disaksikan dengan pandangan aneh Liza dan Ami. “ We never go to church.” bisik mereka pelan, takut didengar Flora. Mereka tidak tahu bahwa bisikan mereka didengar oleh Flora. Saya harus banyak bersabar untuk mengajar mereka dan daddynya. Ini pilihanku, pilihan untuk meraih mimpi mempunyai suami, mempunyai keluarga untuk mer
Waktu sedemikian cepat berlalu tanpa terasa , malampun beranjak memasuki pondok Hampstead. Flora yang tertidur di sofa dibangunkan oleh suara ketukan pintu ruang tamu. Bergegas dia menyalakan lampu dan membuka pintu ruang tamu, sepasang suami isteri lanjut usia tersenyum memandang Flora. “Flora ?” tanya mereka bareng. “Yes. I’m Flora, I’m Reno’s wife.” jawab Flora dengan wajah heran mengapa mereka mengetahui dirinya. “We are neighbor , our house at the end of the street.” seru perempuan dengan senyum merekah di bibirnya . “Oh…Please come in.” “Reno and the kids go to Hampstead High Street,” jawab Flora . Merekapun terlibat dalam pembicaraan yang lebih banyak Flora tidak mengerti, dia ikut tertawa jika mereka tertawa. “My wife make apple pie, Reno’s favorit cakes.” kata Mr. Harries yang telah mengenal Reno sejak dia kuliah di London dan mengisi akhir pekan di Hampstead. Mereka akhirnya pamit meninggalkan Flora sendiri di pondok. Kesendirian Flora di pondok tanpa melakukan apa-a
Pondok Hampstead kembali sunyi, Reno yang sudah tidak mampu menahan hasrat liarnya menatap Flora yang duduk di sampingnya. “Kita berkencan.” bisik Reno . Tanpa menunggu jawaban menggendong Flora , membawanya ke depan perapian , duduk berdampingan di atas karpet tebal berwarna putih, memantulkan siluet indah mereka yang duduk berdampingan dengan api yang menari-nari dengan lincahnya di dinding belakang mereka. Lidah-lidah api kemerah-merahan memberi nuansa indah membuat suasana terasa romantis, passionate love kembali ingin mereka hadirkan membuat mereka saling menicum, mengulum dan berpelukan dalam diam memandang perapian di depan mereka. Kebisuan diantara mereka terasa dingin dan beku. “Reno, aku ingin memberi anak bagimu.” bisik Flora, tersenyum. Reno melepaskan pelukannya memandang Flora dengan penuh tanda tanya.Mereka saling berpandangan, seolah-olah ingin mengetahui isi hati masing-masing. “Bukankah Liza dan Ami anak kita ?” tanyanya. “Kita buat satu anak lagi, laki-laki t
Sehari mereka di London kemudian mereka bersiap menuju bandara kembali ke Singapura . Flora menatap ke luar jendela pesawat, awan-awan kelabu menutupi pemandangan di bawahnya ketika pesawat landas dari bandara Heathrow. Aku akan memasuki dunia nyata, dunia khayal penuh madu telah berakhir. Aku seratus persen isteri Reno, melayaninya, melayani anak-anaknya dan berkutat seharian di rumah tanpa dia ketahui bagaimana bentuk rumah yang akan dia tempati bersama Reno. Pacaran singkat hanya sepuluh bulan, bulan madu hanya sepuluh hari nanti akan berakhir dengan sepuluh, seratus bahkan ribuan tanda tanya. Belum lagi menghadapi keanehan seksual Reno, mungkin kedatangan mantan isterinya atau perempuan lain yang pernah dikencani Reno? Semua masih penuh tanda tanya, batin Flora. Seperti sekarang aku duduk di dekat jendela memandang awan kelabu yang menutupi pemandangan di bawahku, hanya sinar-sinar kecil yang nampak, begitupun nanti aku akan menghadapinya, batinnya. " Mmm... que sera-sera, what
Reno adalah anak satu-satunya dari Valerie Schast dengan Roman Bimo Jatmiko. Valerie Schast yang cantik menawan, terpikat dengan Roman Bimo Jatmiko mahasiswa asing yang terkenal tampan, pemain basket andalan kampus Oxford , kaya, anak konglomerat terkenal di Indonesia. Pertemuan pertama mereka secara tidak sengaja di pesta pernikahan teman kampus mereka, berakhir dengan pacaran, mereka terpaksa menikah karena Valerie hamil. Pernikahan mereka tidak disetujui orangtua Roman yang sudah menyiapkan calon isteri bagi Roman, anak sesama konglomerat perusahaan jamu terkenal di Semarang. Roman bersumpah tidak akan kembali ke Indonesia , karena dia tahu begitu dia menjejakkan kakinya di Jakarta, orangtuanya pasti memasang jerat yang membuatnya tidak bisa kembali ke Inggris. Cintanya pada Valerie tidak mudah dipatahkan dengan segala godaan harta yang ditawarkan orangtuanya dan orang tua Dewita. Untuk ketentraman pernikahan mereka, akhirnya mereka pindah ke Singapura. Dengan modal uang yang dipe
Menjelang setahun pertemuan di jalan Jaksa, Reno mengusulkan merayakan perjumpaan mereka di café tempat mereka bertemu. Flora berkeberatan . “ Ren, cukup di kondo saja kita rayakan dengan anak-anak.” “ No, aku ingin hanya jita berdua !” “ Bukankah di antara kita ada anak-anak?” Flora bersikukuh mempertahankan keinginannya. “ Flora, aku ingin hanya kita berdua saja, kau dan aku !” tegas Reno menatap Flora , ada ketersinggungan di matanya. “ Aku sudah reservasi hotel, café dan tiket.” Sebulan yang lalu. “ Reno, bukankah aku sekarang isterimu? Mengapakah kau tidak bertanya padaku?” Reno tidak menjawab, meninggalkan Flora yang duduk di ujung tempat tidur, keluar kamar. “ Reno !” teriak Flora.Mendengar teriakan Flora, Reno berbalik,“ Why are you scream to me ? I’am not deaf !” balas Reno. “Kau tidak jawab pertanyaanku , kau putuskan sendiri tanpa konsultasi denganku.” “ Perlukah aku jawab pertanyaanmu?” tanyanya kemudian keluar kamar. Flora tidak senang dengan sikap Reno, tan
Terlihat ekspresi kaget di wajah Reno ,meletakkan gelas yang dipegangnya, menatap Flora dengan tatapan tidak percaya. “ Are you pregnant my baby?” “ Of course ! Your baby.” kataku. Akhirnya Reno mengakui bahwa sebenarnya ia sangat menginginkan anak lahir dari percintaan mereka siapa tahu Tuhan memberikan anak laki - laki sehingga ada generasi penerus bagi keluarga Jatmiko. “ Ketika kau mengatakan bahwa ingin memberi aku anak laki-laki, jauh di dalam hatiku ada rasa senang,” bisiknya. “ Aku sangat mencintaimu Flora, kau segalanya bagiku, kau milikku !” katanya dengan tegas. Flora menatap lelaki di depannya, kekasih, suami , “ Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.” bisiknya. “ Bisakah kita bercinta sayang?” tanya Reno. Flora mengangguk. Dengan bercinta aku mengungkapkan kecintaanku kepadanya , aku sangat menikmati hubungan percintaan kami karena aku bisa merasakan getar badannya, degup jantungnya, desahan nafasnya . Meskipun dia mempunyai kelainan, percintaa
Kembali ke kondo , Flora mencoba berdamai dengan hati dan pikirannya.Meskipun terlintas dalam pikiran Flora membiarkan Reno terus dalam penyesalan , berpisah sementara, tidak tidur se kamar dan se ranjang. Entah mengapa pikiran Flora tidak senada dengan hati kecilnya, bersama mereka memasuki kamar, lalu Flora berbaring di ranjang dan Reno menatapnya was-was. “ Mana buku harianmu?” tanya Flora. “ Ada di brankas.” Jawab Reno. “ Saya akan musnahkan buku harianmu,” kata Flora. “ Mengapa?” tanya Reno. “ Agar masa kelammu hilang bersama dengan buku harianmu. Besok hari Sabtu kamu libur, kita musnahkan bersama-sama. Kita ke kantormu memotong buku harianmu dengan mesin pemotong kertas.” Kata Flora. Terlihat keraguan di wajah Reno. “ Buat apa kau simpan buku harianmu ? Apakah kau masih sering membacanya?” tanya Flora. Reno menggeleng. “ Maukah suatu hari anak-anakmu membaca buku harianmu. Maukah mereka frustasi karena ayahnya memiliki kelainan mental, mmm… kelainan seksual?” tany