Share

BAB 3

Author: Celiya Kusuma
last update Last Updated: 2023-10-05 11:27:45

Julliet menggeleng. “Enggak terlalu sih, pernah denger namanya dari bokap.”

“Siapapun dia. Gue harapnya sih deal dia bakalan kerja sama.”

“Semoga ya, gue harapnya sih gitu.”

“Sombong nggak sih orang kayak gitu? Misalnya gaya bahasa tinggi atau sok cool, atau apalah itu,” tanya Anja.

Ia memang tidak suka dengan klien yang punya sifat kritis, karena mereka biasanya mau di sembah-sembah.

“Enggak deh kayaknya mereka justru lebih sopan. Tapi nggak tau juga, kan gue nggak kenal.”

“Gue harap sih dia nggak terlalu kritis, ah yaudahlah semoga klien gue pak Willi ini orangnya nggak kritis, malas gue ngadapi orang kritis, tapi clingy juga males ngadepinnya.”

“Yang penting lo baik aja, ramah.  Kalau nggak deal, harus lapang dada.”

“Gue nggak mau tau, itu klien harus deal.”

“Duh, gimana caranya?” Tanya Juliet penasaran.

“Ya pokoknya gimanapun caranya pak Willi harus deal, ini demi masa depan gue.”

“Hemmm, terus.”

“Pinter-pinter gue sih ngadepinnya gimana.”

“Kalau dia deal, ngajak lo tidur bareng gimana?”

Anja menutup wajahnya dengan tangan. Ia tak dapat membayangkannya. 

Namun, senyuman Julliet yang tampak menggodanya, membuat Anja balas bercanda. “Tergantung dia ngambil berapa banyak? Tanda tangan NDA dulu.”

“Dasar ya lo.”

Anja tertawa, “Nervous tau.”

“Cielah, nervous, kayak pertama ketemu klien aja.”

“Tadi sih, lo ngomongnya tidur bareng, jadi nggak tenang gue. Kayak dejavu tau.”

Alis Juliet terangkat, “Really? Padahal gue becanda doang.”

“Ah, entahlah, gue ngerasa kalau itu bakalan terjadi.”

“Hanya perasaan lo doang,” ucap Juliet lalu menyesap kopinya lagi.

***

Tepat jam sebelas, Anjani sudah berada di Spectrum – Fairmont Jakarta. Ia memang sering bertemu dengan kliennya di sini, staff di sini juga banyak mengenalnya, dia ramah dan sangat helpful. Seperti biasa ia menjamu makan siang di sini bersama klienya, kalau kliennya ini merupakan kelas kakap, kalau biasa-biasa saja, mungkin cukup di office.

Restoran ini tempatnya memang tidak seluas buffet restoran hotel lain, namun makanannya tidak diragukan lagi, di sini enak-enak. Ia pernah makan lamian, kuah orginalnya enak, dimsum apa lagi,  daging lamb tidak berbau dan sangat empuk, buah-buah selalu keadaan fresh, sushi roll juga enak, dan rata-rata kliennya puas, saat ia ajak makan di sini.

Anjani melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 11.00, ia di sini sudah sepuluh menit yang lalu. Ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan. Ia seketika bergeming memandang seorang pria yang baru masuk dari arah pintu masuk.

Pria itu mengenakan kemeja hitam dan celana berwarna senada. Ia memperhatikan struktur wajah pria itu, dia memiliki rahang yang tegas, alis yang tebal dan bibir yang menggoda untuk dicicipi. Oh God, ia berharap itu adalah kliennya. Jika kliennya setampan itu ia rela jika tidur bersama malam ini. Damn! Kenapa pikirannya sangat liar. Tatapan mereka lalu bertemu dan saling memandang satu sama lain.

Pria itu memandang seorang wanita mengenakan celana kulot berwarna coklat muda dan kemeja berwarna putih tanpa lengan. Rambutnya lurus berwarna hitam tampak sehat berkilau. Ia harus mengakui kalau wanita itu cantik. Dia memiliki mata yang bersinar, bulu mata yang lentik, alis terukir sempurna, bibir penuh sensual dengan lipstick berwarna nude. Ia melihat ada keterangan manager marketing di lanyard coach di dadanya.

“Ibu Anjani?” tanyanya to the point.

Anjani menahan nafas beberapa detik, ia tidak menyangka bahwa pria itu mengetahui namanya. Anjani berikan senyum terbaiknya secara professional. Ia mengulurkan tangan kepada pria itu.

“Iya, saya Anjani. Apa bapak yang namanya bapak William?”

“Iya, saya William.”

Pria itu membalas uluran tangan Anjani, “Senang berkenalan dengan anda.”

“Terima kasih. Saya juga senang berkenalan dengan anda pak William.”

“Silahkan duduk pak.”

William dan Anjani lalu duduk, beberapa detik kemudian ia melihat server menghidangan dua cangkir hot coffee dan makanan pembuka di atas meja.

Anjani tahu bahwa kliennya ini adalah William seorang pengusaha sukses, biasa dipanggil Willi, pemilik dari Metropolitan Grup, proyeknya berpusat di Kemayoran, dan Jakarta pusat. Dia merupakan salah satu  pengusaha property yang sukses. Salah satu  bisnis property yang dikelolanya lewat Internasional Expo, perusahaanya  dikenal sebagai penyelenggara dari Pekan Raya Jakarta atau PRJ.

Anjani melirik pak William menyesap kopi dan ia pun melakukan hal yang sama.

“Apa kamu menunggu saya dari tadi?” Tanya William kepada Anjani.

“Enggak pak, saya datang sepuluh menit yang lalu.”

“Sudah pesan?”

“Iya, sudah.”

William memandang Anja, cukup serius, “Tawaran kamu seperti apa?” tanya William langsung ke inti pertemuan mereka.

Anjani menahan degup jantunngnya kala mendapati pria itu menatapnya dengan dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 52 END

    HAPPY READING***1 bulan kemudian,“Oh My God!” Teriak William dalam hati. Ia menatap Anja, dengan rambut sebahunya, ia tidak tahu sejak kapan Anja memangkas rambutnya panjangnya menjadi separuh, lalu tatapannya berubah dan senyumnya berkurang, ia berubah menjadi ragu. Ini sudah sebulan berlalu Anja tidak bersamanya, ia hampir gila memikirkan wanita itu setiap harinya.Willi memejamkan mata beberapa detik, ia menutup wajahnya dengan tangan, ia menghabiskan dua Minggu di Eropa di kota terpencil hanya karena memikirkan wanita itu. Untuk masalah Livy sudah ia selesaikan sejak ia mengatakan cintanya kepada Anja. Orang tuanya menyayangkan hubungannya dengan Livy, namun apa boleh buat ini semua tentang keputusannya. Ia tidak bisa menikah dengan orang yang tidak memiliki perasaan yang sama.Willi merasa senang kalau Anja kini menghampirinya, namun beberapa detik kemudian ia berubah menjadi jengkel dan kesal. Memasang topeng tidak peduli di wajahnya, ia melangkah mendekati Anja yang berdir

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 51

    HAPPY READINGBeberapa hari kemudian, itu merupakan terakhir mereka bertemu, William tidak lagi menghubunginya walau ia sudah membuka blokir ponselnya. Selama beberapa hari itu, jujur pria itu tidak lepas dari kepalanya. Masih teringat dalam ingatannya, bagaimana pria itu memeluknya, tertawa bersama, saling bercerita, deeptalk, pillowtalk, moment seperti itu sangat berharga untuknya. Mereka bisa bercerita banyak hal, walau moment itu hanya sebentar, entahlah ia merasa kalau setiap moment yang mereka lakukan itu sangat terkenang.Ia mulai menerima dan menyadari bahwa perasaannya terhadap William itu ada. Ia tidak menapik kenyataan bahwa ia memang menyukai Willi. Ia tidak bisa membohongi perasaanya, semakin berpikir semakin membuatnya tidak tenang. Ia berbicara pada diri sendiri, apa ia sanggup menjalin hubungannya dengan William.Untuk Richad, entahlah ia merasa gamang, pria itu memberi prihatian lebih kepadanya, tidak jarang ia dan Richad makan siang bersama. Dia sangat baik, bahkan

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 50

    HAPPY READING“Jelaskan pria mana yang tidak marah, wanitanya bersama pria lain. Pria itu bahkan selevel dengan saya!”“Saya hampir gila tiba-tiba kamu pergi meninggalkan saya!”“Saya seperti pria yang tidak tentu arah karena kamu pergi begitu saja, tanpa kejelasan apapun!”“Mungkin saya salah karena saya bertanya apakah kamu tidur dengannya! Saya mengatakan seperti itu karena saya takut kehilangan kamu! Saya tidak bisa, wanita saya berbagi dengan pria manapun!”“Oh God, bagaimana lagi saya harus menjelaskan kepada kamu!”“Apa perlu pembuktian kalau saya ini cinta sama kamu!” Teriak Willi.“Kamu mau bukti, kalau saya bisa menikah dengan kamu!”“Ayo kita menikah! Kalau kamu mau! Saya mau mengikat kamu sehidup semati!”“Saya tidak peduli lagi dengan keluarga saya! Mereka tahu apa tentang peraasaan saya!”“Persetan dengan Livy! Tidak peduli statusnya apa! Saya tidak akan pernah terpikirkan untul bersanding dengannya apalagi memacarinya!”“Yang saya pikirkan saat ini itu, kamu!”“Hanya k

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 49

    HAPPY READINGAnja duduk di kursinya, “Sudah lebih baik,” ucap Anja, ia menaruh kopi dan handbag-nya di meja, ia melihat map di atas meja kerjanya. Itu kerjaan yang telah diselesaikan oleh staff nya, namun ia tetap mengoreksinya. Ia juga mengambil pekerjaanya di laci dan ia taruh di meja.“Selamat pagi ibu Anja.”Anja lalu menoleh, ia menatap Richad tepat berada di belakangnya. Ia dengan reflek berdiri, ia lalu tersenyum kepada pria itu.“Selamat pagi juga pak.”“Apa kabar kamu hari ini?”“Ah ya, baik,” ucap Anja gugup, ia memperhatikan penampilan Richad dia mengenakan kemeja berwarna putih dan celana abu-abu, dia sangat sempurna.“Syukurlah kalau begitu. Ponsel kamu tidak aktif dari kemarin, membuat saya khawatir.”Anja tersenyum, “Saya baru mengaktifkan ponsel saya barusan, maaf membuat bapak khawatir.”“Yaudah kalau begitu, saya ke office dulu. Kamu lanjut kerja.”“Baik pak,” ucap Anja.Anja lalu duduk kembai, ia lalu segera melihat ke arah ponselnya, ia melihat banyak pesan dan p

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 48

    HAPPY READING***Richad melirik Anja yang berada di sampingnya, wanita itu hanya diam, ia tidak tahu apa yang terjadi antara Anja dan William. Tangan kirinya menghidupkan audio mobil, sambil memanuver, ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.“Kamu belum cerita apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan William,” ucap Richad.Anja hanya diam, bagaimana mungkin ia bisa menceritakan kisah ini dengan Richad, sedangkan apa yang terlah ia lakukan adalah hal yang paling gila di muka bumi ini, ia sudah tidur dengan pria itu berulang kali tanpa status apapun.Richad menunggu beberapa detik, hingga Anja menceritakan apa yang telah terjadi, namun wanita itu memilih bungkam,“Kamu langsung mau pulang?” Tanya Richad, sepertinya Anja belum mau cerita kepadanya.“Iya, langsung pulang saja,” ucap Anja.Richad menatap Anja, ia tahu kalau ia harus menghargai privasi Anja, ia tidak bertanya lagi apa yang telah terjadi. Sepanjang perjalan mereka mendengarkan lagu dari audio mobil. Hingga

  • HASRAT LIAR TUAN MILIARDER   BAB 47

    HAPPY READING***“Saya tidak suka kamu bersamanya.”Anja terdiam beberapa detik mencerna kata-kata Willi, “Kamu bukan apa-apa saya, dan kamu tidak berhak menghalangi saya untuk pergi dengan siapa saja!” Ucap Anja, kali ini ia tidak bisa mengontrol emosinya.Wajah Willi merah padam, ia semakin mendekati Anja, otomatis tubuh Anja mundur ke belakang,“Kamu itu milik saya, saya tidak suka kamu pergi dengan pria lain, selain saya. Paham kamu!” Ucap Willi menahan geram.“Apapun status kamu dengan pria itu, saya tidak suka suka kamu bersamanya!”Anja mendongakan wajahnya, menatap William dengan berani, ia memandang iris mata itu,“Kamu pikir kamu siapa hah!” Ucap Anja lepas control, ia tidak suka diperlakukan semena-mena seperti ini.“Kamu milik saya paham! Saya tidak mau ada laki-laki lain bersama kamu selain saya!”“Ingat saya bukan milik kamu. Sejak awal kita tidak memiliki hubungan apa-apa.”“Apa pantas wanita yang saya tiduri tiap hari lalu, dia bersama pria lain. Kamu ini apa sebenar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status