Share

BAB 2

“Siapa?” tanya Anjani penasaran.

“Temennya papa.”

“Really? Masih muda loh dia, papa lo kan udah tua,” ucap Anja. Ia sungguh tidak menyangka kalau teman papanya Juliet semuda itu.

Juliet tertawa, “Namanya juga rekan bisnis, nggak mandang umur lah.”

“Ganteng banget tau itu. Siapa namanya?”

“Christian.”

“Pasti tajir banget,” ucap Anja, karena ia  melihat secara jelas look nya seperti apa.

“Setara sama papa,” bisik Juliet sambil terkekeh.

Alis Anja terangkat, “Keren banget dong.”

“Pastinya,” Juliet tertawa geli.

Anjani dan Juliet lalu duduk di  kursi, ia memandang server yang membawa pesanannya.

Mereka pun duduk dan menyesap coffee yang tersedia. Hot mocca yang ia sesap mengeluarkan rasa dark chocolate. Kopinya juga dipadukan dengan sempurna tanpa rasa asam setelahnya. 

Ia mengangguk puas, sebelum menatap Julliet yang juga sedang menikmati minumannya. “Lo dari tadi nungguin gue lama, nggak?” 

“Enggak sih, barusan aja.  Sekitar 10 menit yang lalu,” ucap Juliet.

Anjani memperhatikan Juliet. Sepertinya, ia masih memikirkan pria bernama Oscar yang katanya pernah dekat dan menyelamatkannya.

Dulu, temannya itu dan Oscar sama-sama memiliki rasa. Namun, Juliet menahan rasa itu kepada itu demi kebaikan bersama.

Ia bahkan pergi ke Bali selama 2 tahun untuk menghindari Oscar. Namun, apa yang terjadi? Ketika Julliet menginjakan kakinya ke Jakarta, ia bertemu dengan pria itu lagi. Ia yakin Juliet dan Oscar itu jodoh.

“Terus, gimana hubungan lo sama Oscar? Dia masih ngubungin lo nggak?” tanya Anjani lagi dengan penasaran.

Juliet terawa, ia menyesap kopinya lagi, “Masih lah.”

“Terus kangen-kangenan?”

“Kangen-kangenan gimana maksud lo?” tanya Juliet, sambil memakan pastry-nya.

“Seperti, peluk, kecup, manja.” Anja tertawa geli.

“Ah, lo ada-ada deh!”

“Kelihatan sih dia kangen banget sama, lo,” goda Anja lagi.

“Nanti balik kerja, dia ngajakin keluar gitu, sih.”

“Seru tuh, lo mau?” ucap Anja, ia memakan cakenya yang super lezat.

“Mau lah.”

“Itu tandanya lo cinta sama dia,” ucap Anja to the point.

“Masa sih?”

“Yee, dibilangin nggak percaya. Yaudah jalanin aja sama Oscar, sekali-kali nyenengin diri, jalan kek ke mana. Emang, nggak kangen cium-ciuman udah dua tahun jomblo.”

Juliet lalu terawa geli, “Ih, gila ya lo, aneh aja deh.”

“Ya ampun, itu dibilang aneh? Kayak ABG aja deh,” balas Anjani cepat.

Keduanya bercengkram kembali, sampai pertanyaan Juliet membuatnya terdiam.

“Oh, iya, lo sering gituan sama klien gak sih?” 

Alis Anja terangkat. Ia lalu tertawa, “Ya, nggak lah, aneh aja lo. Tergantung klien nya oke apa nggak. Gue nggak kepikiran sama kali soal gituan.”

“Kirain kan, omset besar dapat tawaran gituan.”

“Kalaupun ada nggak mau lah,” balas Anja cepat.

“Masa?”

“Suer deh, gue udah ketemu banyak orang, kalau ngajak makan, dinner, atau minum, masih oke lah di temenin. Kalau sampe chek in, kayaknya enggak deh.”

Ah, ia tidak bisa membayangkan akan tidur dengan klien, memikirkannya saja sudah merinding. Sebagai marketing yang sudah bekerja hampir 9 tahun lamanya, pekerjaanya memang bisa dibilang agak rancu.

Ia diharuskan berhubungan dengan klien langsung.

Membangun building network, bertemu klien, memiliki banyak klien atau bahkan seluruh Indonesia. Kenal  dengan keinginan pelanggan tetap. Namun baginya klien itu sangat penting karena ia sudah memiliki funneling channel. Bagaimana rasanya ada  seorang pria yang tidak terlalu ia kenal yang ia anggap sebagai klien menjilat miss v atau menghujami tubuhnya. Ia memikirkannya saja sudah berkecamuk. Sepertinya ia memang tidak bisa tidur dengan kliennya, walau setampanpun itu, karena baginya perasaan itu nomor satu.

Jangankan dalam hal sex, hal sederhana saja misalnya berboncengan menggunakan sepeda motor, jauh lebih berkesan jika berboncengan dengan orang yang di sukai dari pada dengan orang yang tidak disukai. Saat dengan orang yang disukai rasanya perjalanan itu jauh menikmati setiap detiknya, dan perjalanan penuh makna.

“Okee. Tapi, lo beneran gak bisa lama-lama, ya hari ini? tanya Juliet membuyarkan lamunannya.

“Iya.”

“Siapa sih klien yang pengen lo temuin?”

Anja menarik nafas beberapa detik, lalu menatap Juliet, “Pengusaha property namanya William.”

“William yang punya Metropolitan Grup?” beo Julliet kaget.

Anjani mengangguk. “Lo kenal?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status