Home / Romansa / HASRAT MEMBARA CEO PERKASA / BAB. 7 Keduanya Akhirnya Bisa Bertemu

Share

BAB. 7 Keduanya Akhirnya Bisa Bertemu

last update Last Updated: 2025-09-24 16:45:14

Lantai tertinggi JM Corp selalu memancarkan aura prestise. Ruangan besar dengan jendela setinggi langit-langit memberikan pemandangan kota yang memukau. Di sinilah kantor Joseph Mikuel, CEO muda yang dikenal cerdas, tegas, dan visioner. Namun, pagi ini ada sesuatu yang berbeda di wajah pria itu. Begitu dirinya tiba di ruangannya, dia segera menyalakan layar CCTV internal yang terhubung dengan laptopnya. Matanya langsung mencari sosok yang sudah lama dinantinya.

“Mary Violet .…” gumamnya lirih saat melihat seorang wanita dengan setelan putih hitam duduk rapi di ruang tunggu. Wajah itu masih sama seperti dulu, cantik, lembut, menenangkan, dan selalu mampu membuat hatinya bergetar. Joseph tersenyum tipis. Kenangan masa SMA mereka melintas di benaknya.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Joseph pun menekan tombol interkom. Lalu berkata,

“Asisten Andi, tolong panggil kandidat satu-satunya yang akan menjadi sekretarisku, bernama Mary Violet untuk masuk ke ruangan saya sekarang. Tentu kamu sudah tahu, bukan?”

“Baik, Bos Joseph,” jawab Andi sigap.

Asisten Andi segera berjalan menuju ruang tunggu.

“Selamat pagi, Nona Mary,” sapanya sopan.

“Tuan CEO ingin mewawancarai Anda langsung. Silakan ikut saya.”

Mary menatap Andi dengan dahi berkerut. Dia seperti mengenali pria di hadapannya ini. Mengetahui kebingungan gadis tersebut, Asisten Andi pun berkata,

“Benar, Nona. Saya Andi, kakak kelas Anda dulu saat masih SMA,” tutur Asisten Andi sambil tersenyum ramah.

“Iya, wajah Anda sedikit familiar,” sahut Mary sopan.

Lalu Asisten Andi mengingatkan kembali jika Mary akan diwawancarai langsung oleh sang CEO.

Mary benar-benar sangat terkejut mendengar perkataan asisten tersebut. Jika CEO yang langsung mewawancarainya. Bukankah biasanya HRD yang menangani tahap ini. Hatinya bertanya-tanya, namun dia tetap mengikuti langkah Asisten Andi.

Sepanjang perjalanan ke ruangan CEO, pikirannya berkelana. Mary bahkan sempat membayangkan bagaimana rupa CEO JM Corp yang terkenal misterius itu.

Setibanya di depan pintu besar berwarna cokelat gelap, Andi mengetuk perlahan.

“Silakan masuk, Nona Mary. Tuan CEO sudah menunggu di dalam.”

“Baik, Terima kasih Asisten Andi.”

Mary menarik napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya. Begitu dia mendorong pintu dan masuk, ruangan terasa begitu hening dan mencekam. Kursi besar di ujung ruangan membelakangi pintu, menghadap jendela raksasa yang memperlihatkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

Mary menelan ludahnya. Dia melangkah lebih dekat dan berkata dengan suara setenang mungkin,

“Selamat pagi, Tuan CEO. Saya Mary Violet, salah satu kandidat calon sekretaris yang melamar di perusahaan ini.”

Hening. Tidak ada jawaban.

Mary merasa canggung. Dia melirik sekeliling ruangan. Dinding-dinding berwarna abu-abu modern, rak buku yang sangat rapi, dan aroma kopi yang samar-samar tercium dari sudut ruangan.

Dan kemudian, suara lembut namun tegas mulai terdengar.

“Selamat pagi, Mary.” Suara bariton yang sayup-sayup begitu dekat di indera pendengarannya mulai mengusik dirinya.

Sang gadis seketika menegang. Kursi besar itu perlahan berputar. Dan saat wajah pria di kursi itu terlihat jelas, napas Mary tercekat.

Mata cokelat tajam, senyum hangat yang tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

“Surprise!” seru Joseph sambil tersenyum lebar.

Mary membeku.

Tubuhnya terasa lemas seketika.

“Ka … Kak Joseph?” suaranya bergetar.

“Kamu … kamu Joseph Mikuel?”

“Tentu saja aku Joseph Mikuel,” jawab Joseph sambil bangkit dari kursinya.

“Kekasihmu sejak masa SMA dulu. Sampai sekarang, perasaanku masih sama. Aku sangat merindukanmu, Mary.”

Lalu dengan Joseph berjalan menghampiri Mary dan tanpa ragu menariknya ke dalam pelukan erat. Hangat tubuh pria itu seketika membawa Mary kembali ke masa lalu, masa-masa indah mereka di SMA Cipta Nusantara. Saat mereka berbagi mimpi, tawa, dan janji.

Mary masih terdiam di pelukan itu. Dadanya bergemuruh.

Apakah ini nyata? pikirnya.

Perlahan Mary menarik diri dari pelukan Joseph dan menatap wajah pria itu.

“Aku … aku benar-benar nggak nyangka. Kamu adalah Joseph Mikuel, CEO JM Corp?”

Joseph mengangguk sambil tersenyum.

“Iya, Sayangku! Tepat sekali. Aku membangun perusahaan ini setelah lulus kuliah. Tapi semua pencapaianku terasa hampa selama bertahun-tahun karena aku selalu bertanya-tanya, di mana kamu berada?”

Mary menggigit bibir bawahnya, menahan haru.

“Aku … aku kuliah di luar negeri, Kak. Atas keinginan kedua orang tuaku. Tapi aku nggak pernah lupa tentang kamu, Kak Joseph.”

Joseph mengusap pipi Mary lembut.

“Aku tahu. Tapi aku pikir kita sudah berpisah selamanya. Hingga beberapa waktu lalu, aku melihat namamu di daftar kandidat yang ingin melamar menjadi sekretarisku. Jantungku langsung berdegup kencang. Aku tak sabar ingin bertemu denganmu.”

Mary tersenyum tipis.

“Aku juga deg-degan waktu tahu akan diwawancarai langsung oleh CEO. Tapi aku sama sekali nggak menduga kalau itu kamu, Kak.”

Joseph tertawa pelan.

“He-he-he. Takdir memang lucu, ya? Aku yakin Tuhan sengaja mempertemukan kita lagi di sini,” ucapnya penuh ketulusan.

“Aku tidak akan melepaskanmu kali ini, Mary! Tidak akan! Kamu harus menjadi milikku, secepatnya!” seru Joseph dalam hatinya. Seringai licik mulai terlihat jelas di sudut bibirnya.

Mary tersipu malu.

“Tapi … ini kan wawancara kerja, Kak. Apa kita tetap melanjutkannya?”

Joseph menatapnya dalam-dalam. “

Kamu yakin masih mau menjadi sekretarisku setelah tahu siapa aku?”

Mary mengangguk mantap. “Aku melamar di sini karena aku tertarik pada perusahaan ini, bukan hanya karena CEO-nya.”

Joseph mengangguk kagum. “Baiklah. Kita mulai wawancaranya.”

Mereka pun duduk berhadapan. Joseph kembali ke kursinya, sementara Mary duduk dengan postur profesional meski hatinya masih bergejolak.

“Baik, Nona Mary,” ucap Joseph dengan nada formal.

“Apa alasan Anda ingin bergabung dengan JM Corp?”

Mary menarik napas panjang. Lalu berkata,

“Saya melihat JM Corp sebagai perusahaan yang dinamis dan inovatif. Visi perusahaan ini sejalan dengan prinsip saya, bekerja dengan dedikasi dan terus berkembang. Saya ingin berkontribusi di lingkungan yang profesional dan menantang.”

Joseph tersenyum tipis. “Jawaban yang bagus. Lalu, bagaimana Anda menghadapi tekanan kerja?”

Mary menatap langsung ke mata Joseph.

“Saya percaya jika tekanan adalah bagian dari pekerjaan. Saya akan menghadapinya dengan tetap tenang, memprioritaskan tugas secara efisien, dan jika diperlukan, berdiskusi dengan atasan atau rekan kerja untuk menemukan solusi.”

Joseph mengetukkan jarinya di meja.

“Impresif. Terakhir … bagaimana jika CEO perusahaan ini memiliki masa lalu dengan Anda? Apakah itu akan mempengaruhi profesionalisme Anda?”

Mary terdiam sejenak. Kemudian dia tersenyum samar.

“Saya akan tetap bekerja secara profesional. Masa lalu adalah kenangan yang indah, tapi tanggung jawab kerja tetap harus dijalankan dengan sepenuh hati.”

Joseph terdiam sejenak, lalu tersenyum bangga.

“Selamat, Nona Mary Violet. Anda diterima.”

Mary membelalakkan mata. “Serius? Tapi,”

Joseph bangkit dan menghampiri gadis itu.

“Aku serius, Mary. Kamu bukan hanya punya kemampuan, tapi aku juga tahu dedikasimu. Dan … aku ingin kamu ada di dekatku lagi.”

Mary menundukkan kepala, wajahnya memerah.

“Terima kasih, Kak Joseph.”

“Panggil aku Bos Joseph di kantor,” ujar sang pria setengah bercanda.

“Tapi di luar kantor, aku tetap Kak Joseph yang selalu merindukanmu.”

Mary tersenyum haru. Keduanya saling berpandangan, dan di antara mereka, masa lalu dan masa kini seolah melebur menjadi satu.

Pertemuan yang tak terduga ini menjadi awal baru bagi keduanya. Di ruang kebesaran itu, cinta lama yang sempat terpisah oleh jarak akhirnya kembali berpadu, kali ini dengan komitmen dan impian yang lebih besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB.. 13 Pagi Yang Hangat

    Suasana pagi yang hangat menyelimuti Kota Jakarta. Sinar matahari menembus tirai putih di apartemen mewah milik Joseph, memberikan nuansa damai setelah malam yang begitu melelahkan bagi pasangan pengantin baru itu. Namun, di dalam kamar yang luas dan elegan, dua insan masih terlelap di bawah selimut putih lembut.Joseph membuka matanya perlahan. Seluruh tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan rasa kantuk yang masih tersisa yaitu wajah istrinya, Mary.Di bawah sinar matahari yang lembut, Mary terlihat begitu cantik. Rambut hitamnya terurai di atas bantal, napasnya teratur, dan bibirnya sedikit terbuka. Joseph tersenyum simpul. Dia masih sulit percaya jika gadis yang dirinya cintai sejak SMA tersebut kini telah menjadi istrinya, sah di mata Tuhan dan hukum.Perlahan, Joseph mengangkat tangannya dan menyentuh lembut pipi Mary."Ya Tuhan, dia begitu cantik," pikirnya. "Aku benar-benar beruntung telah menikah dengannya."Joseph memiringk

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 12 Hot Night

    Malam telah larut ketika Mary dan Joseph memasuki kamar mereka di dalam apartemen milik Joseph. Ruangan itu cukup luas dengan dekorasi minimalis yang elegan. Tempat tidur berukuran king size dengan seprai putih bersih mendominasi ruangan, sementara sebuah lampu tidur di nakas memberikan cahaya temaram yang lembut.Mary duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pernikahannya, akan tetapi pernikahan itu terjadi begitu mendadak dan penuh kejutan. Mereka menikah di rumah sakit, di tengah kondisi yang tidak terduga. Dia belum sepenuhnya bisa mencerna kenyataan bahwa dirinya kini adalah istri Joseph.Joseph yang melihat kecanggungan Mary mencoba mencairkan suasana. Dengan santai, dia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu hingga akhirnya melepaskan bajunya begitu saja.Mary yang melihat tindakan itu langsung membelalakkan mata, lalu buru-buru menundukkan kepalanya, wajahnya merona.“Kak Joseph! Kok malah buka baju sih?” serunya gugup.“Ha-ha-ha!”Jo

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 11 Ke Rumah Orang Tua Mary

    Oma Barbara terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Senyuman bahagia menghiasi bibirnya saat melihat Joseph dan Mary berdiri di sampingnya, kini sudah resmi menjadi suami istri. Di sisi lain ranjang, Papi Efendi dan Mami Naura juga terlihat lega, meskipun kelelahan masih tergambar di wajah mereka setelah mengurus semua proses pernikahan yang dilakukan di rumah sakit."Oma sekarang bisa tenang," ujar Oma Barbara dengan suara yang lemah namun penuh kebahagiaan. "Oma akhirnya melihat cucu Oma satu-satunya menikah dengan wanita yang dicintainya," ujar sang nenek lagi.Joseph pun menggenggam tangan Mary erat, sementara gadis itu tersenyum lembut, matanya sedikit berkaca-kaca."Terima kasih, Oma," ucap Joseph dengan suara penuh emosi. "Kami sangat bersyukur Oma masih bisa menyaksikan hari bahagia ini."Mami Naura menepuk lembut bahu Mary. "Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Mary. Selamat datang di keluarga besar Mikuel.

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 10 Mendadak Menikah

    Suasana ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam masih dipenuhi ketegangan. Joseph dan Mary duduk berdampingan di kursi panjang, sementara kedua tangan mereka kembali saling bertaut. Wajah Joseph tetap tegang, sementara Mary tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri. Di sudut ruangan, Tuan Efendi Mikuel dan Nyonya Naura Mikuel, kedua orang tuanya Joseph, sedang berdiri sambil sesekali melirik ke arah pintu."Petugas catatan sipil sudah dihubungi, kan, Asisten Andi?" tanya Tuan Efendi kepada asistennya."Sudah, Tuan. Mereka sedang dalam perjalanan dan harusnya tiba dalam beberapa menit lagi," jawab Asisten Andi dengan suara mantap.Joseph menghela napas berat. "Mami, Papi ... aku masih merasa ini terlalu cepat. Pernikahan itu bukan hal yang bisa diputuskan dalam hitungan jam," ucapnya lirih.Joseph memang ingin hubungannya lebih serius lagi dengan Mary dan tidak akan melepaskan gadis itu. Akan tetapi bukan dengan pernikahan yang terkesan sangat mendadak ini."Tapi ini adalah harapan te

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 9 Cinta Yang Tak Terduga di Ruang Tunggu ICU

    Langit Jakarta sore itu terlihat muram, seakan ikut merasakan ketegangan yang melingkupi ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam, Jakarta. Di sana, Joseph Mikuel, CEO muda dari JM Corp, duduk dengan wajah tegang dan penuh kekhawatiran. Di sampingnya, Mary, sekretaris setianya yang juga mantan kekasihnya di masa lalu duduk dengan ekspresi cemas. Tangan mereka saling bertaut erat, saling memberi kekuatan dalam diam."Kak Joseph, tetap tabah, ya," bisik Mary lembut. "Oma Barbara adalah perempuan yang kuat. Kita doakan saja dia segera pulih."Joseph mengangguk pelan, matanya menatap lurus ke arah pintu ICU yang tertutup rapat. Di dalam ruangan itu, nenek tercintanya tengah berjuang antara hidup dan mati. Oma Barbara adalah sosok yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah hidupnya. Dan kini, sang nenek sedang tak berdaya."Mary," suara Joseph bergetar, "Aku sangat takut kehilangan Oma."Mary menatap wajah pria itu dengan penuh empati. "Kamu nggak sendirian, Kak Joseph. Aku di sini ber

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 8 Kabar Darurat Dari Rumah Sakit

    Masih di Kantor JM CorpPagi semakin menyinari, ruangan di lantai tertinggi JM Corp terasa berbeda. Suasana yang biasanya penuh kesibukan dan diskusi bisnis kini diwarnai dengan kehadiran Mary Violet, sekretaris baru sekaligus cinta lama Tuan Muda Joseph Mikuel. Di ruangan besar dengan jendela kaca raksasa itu, keduanya duduk berhadapan di meja CEO.Joseph, dengan setelan jas hitam dan kemeja putih bersih, menatap Mary dengan sorot mata penuh kerinduan. Namun, dia berusaha keras menjaga profesionalismenya. Pria itu lalu menarik napas dalam-dalam dan memusatkan perhatian pada lembaran kerja di tangannya.“Jadi, Mary,” ujar Joseph memulai diskusi, suaranya tegas meski sesekali terdengar lembut. “Sebagai sekretaris pribadiku, tugasmu tidak hanya mengatur jadwal rapat atau menerima tamu. Lebih dari itu, kamu juga harus memahami proyek-proyek yang sedang berjalan dan menyiapkan dokumen penting sebelum rapat dimulai.”Mary mengangguk sambil mencatat di buku kecilnya. “Baik, Bos Joseph. Jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status