Di saat bersamaan, Raven masuk ke dalam kantornya dan ia langsung muntah-muntah hebat. Jack yang panik, segera membawa Raven ke ruangan lain. tak lupa ia segera memanggilkan dokter untuk memeriksa Raven. karena ia tahu kesehatan Raven memang bermasalah.
Dokter yang datang kali ini adalah Shean Vollente, ia tertawa ngakak melihat Raven yang berwajah pucat dengan tubuh bersandar di sofa sambil memijit-mijit pangkal hidungnya
"Ven.. oh Raven, kau ini kenapa lagi?" tanya Shean sambil menahan tawa. setelah ia lempar buku oleh Raven dalam jumlah besar.
"Seharusnya kau ciptakan cairan pembasmi aroma tajam, bukannnya ketawa dan mana Lius?" tanya Raven dengan mata memicingnya.
"Lius sedang jalan sama anak dan istrinya," balas Shean dengan santainya.
"Ravennnn....." seru Romeo yang masuk ke dalam ruangan dengan memeluk kembarannya secara erat.
Mencium aroma parfume di jas Romeo. Raven hampir kembali muntah. jika Silver Jong tidak segera menarik Romeo
"Aku tidak mengusik mereka kok," balas Silver dengan mengerucutkan bibirnya seperti perempuan.Shean kembali terkekeh. ia berdiri dari tempat duduknya dan menepuk-nepuk bahu Silver Jong."Kau hebat, bisa membuat Raven yang pelit bicara. bisa berbicara pajang lebar seperti ini dan aku lupa perkenalkan diri. namaku adalah Shean Vollentte," ucap Shean yang memperkenalkan dirinya kepada Silver Jong karena ia tertarik pada Silver Jong yang mempunyai kemiripan dengan Clover istrinya."Anak dari Christoper Vollentte dan Lily Holland, sekaligus anak angkat dan menantu kesayangan James Holland. benar tidak?" tanya Silver Jong dengan senyuman tipisnya dan matanya yang keperakkan menatapi wajah Shean yang terlihat kabur di matanya."Yap, kau benar. aku kadang-kadang ada di markas bersama dengan Daddy James Holland. aku rasa kau sering melihat James Holland di sana," ucap Shean yang merangkul pundak Silver Jong untuk duduk bersama-sama."Shean, apa Lius sudah
Di dalam lift, Ruster menagis dalam pelukkan Raven yang merupakan suami keduanya. ia masih syock dengan apa yang terjadi barusan. biasanya semua sekuriti mengenalinya. tapi kali ini mereka bersikap kasar padanya dan hal ini membuat Ruster curiga."Shttt... tenanglah Honey, tidak ada lagi yang akan menyakitimu. tenanglah," ucap Raven yang berusaha menenangkan istrinya.Romeo menatapi tombol lift yang masih menujukan nomor lima. ia pun kemudian bersuara."Kenapa kamu kesini tanpa bilang sama kita?" ucap Romeo tetiba.Air mata Ruster tetiba bercucuran deras. ia menyembunyikan wajahnya di celuk leher Raven."Meo, kenapa kau memarahi istriku?' tegur Raven yang tidak suka dengan cara bicara Romeo."Aku tidak memarahinya, Ven.""Ya ya ya... terserah dirimu saja deh," balas Raven yang malas berantem dengan Romeo.Tangisan Ruster masih belum berhenti, Romeo merasa bersalah. ia tidak maksud menyakiti hati istrinya. hanya ia sedang susah
Raven juga melakukan gerakan sama seperti Romeo.Kedua kembar ini semakin binggung, untuk pertama kalinya mereka gagal menghibur Ruster."Sudah lah Sayang, tanpa perayaan atau apapun. kita berdua selalu mencintaimu," ucap Romeo yang kini berlutut di depan Ruster dan kedua matanya juga tergenang air mata."Jangan sedih lagi, makanan bisa di makan kapan saja. tapi kebahagianmu tidak tergantikan," ujar Raven yang meneteskan air matanya. sikap cengengnya muncul kepermukaan dengan sendirinya.Ruster yang terharu memeluk kedua suaminya. ia terus meminta maaf berkali-kali. walau kedua suaminya tidak menyalahkanya sedikitpun. tapi ia merasa gagal memberikan kejutan untuk keduanya yang sedang berulang tahun.***Paginya, kedua kembar memijit-mijit kepala di dalam kantor masing-masing. pasalnya keduanya sakit kepala setelah kurang tidur menghibur sang istri dan harus merawat putri mereka berdua setiap malam."Tuan, lebih baik anda tidur?"
Melihat kedatangan Raven, Pria itu langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya sebagai John William dari perusahan Vick yang merupakan salah satu perusahan perwarnaan teksil.Dengan hati terpaksa, Raven menerima perkenalam John dengan menyambut jabat tangan.John segera menawarkan produk perusahannya kepada Raven tanpa basa basih."Ini berapa produk perwarnaan dari perusahan saya, silahkan di lihat-lihat Tuan Romeo Van Diora."Raven menerima berkas itu dan ia menatapi pria kusuh di depan mata dan melirik berkas di tangannya."Aku akan mengutus Jack ke sana untuk melihat hasil dari perusahan anda. jadi nanti akan saya hubungi," jelas Raven yang tidak ingin berlama-lama karena ini sudah hampir masuk jam pulang perusahan."Terima kasih dan senang berkenalan dengan anda," balas John yang pamit pergi dan di tatapi aneh oleh Silver Jong."Seorang CEO kok pakai baju bekas murahan seperti itu?" tanpa sengaja Silver Jong bersuara. karena selam
"Benarkah?" ucap Raven yang menyandarkan dagunya di bahu Ruster.Aroma parfume wanita di tubuh Raven, semakin menambah kecemburuan di dalam hati Ruster."Apa kau cemburu?" tanya Raven tetiba dan mengelus pipi Ruster dengan lembut. membuat Ruster tersenyum manis di sertai rasa kecemburuan yang terlukis di bibirRaven yang tidak tahan dengan pesonan Ruster yang benar-benar membangkitkan birahinya."Aku sungguh tidak tahan lagi," gumam Raven yang menunjukkan birahinya secara terang-terangan.Ruster mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti dengan perkataan Raven. namun sedetik kemudian, Ruster langsung paham dengan apa yang di katakan oleh Raven. karena Raven melumat bibirnya dengan cepat dengan kedua tangan meremas bokongnya.Tanpa sadar, Ruster mulai membalas lumatan Raven.Romeo yang melihat keduanya dan merasa tidak mendapatkan haknya, ia segera menarik dagu Ruster dan mencium bibir Ruster dengan liar.Raven berdecak kesal,
Sesampai di dalam kamar. mereka berdua melihat Ruster masih berdiri dengan posisi memeluk bantal."Huh," decak Ruster yang memilih menaiki atas ranjang seorang diri."Honey," ucap Raven yang berusaha mendekati tepian ranjang."Sayang, jangan marah lagi dong. kita sudah berusaha pulang tepat waktu nih demi dirimu," jelas Romeo yang duduk di tepi ranjang.Ruster memaringkan tubuhnya, menatapi kedua pria kembar yang masih berwajah sedih."Aku ngantuk, apa kalian tidak mau tidur?" ucap Ruster yang masih memeluk bantalnya.Sontak saja Raven dan Romeo langsung menaiki atas ranjang. keduanya memeluk tubuh Ruster dengan erat.Ruster menghela nafas sesak. ia melihat ke kanan dan ke kiri. kedua suaminya sudah tidur terlelap dalam sedetik. beruntungnya ia memiliki stock kesabaran extra untuk menghadapi tingkah keduanya yang asli seperti anak-anak."Resiko menikah dengan brondong," batin Ruster yang berusaha memejamkan kedua matanya. seben
Mau tidak mau, Raven menyetujui apa yang di inginkan oleh Ruster. hanya saja belum ia keluarkan kalimat yang akan di ucapkannya. Ruster mendongakkan kepalanya setelah sekian lama tidak mendapatkan jawaban dari Raven, ia menatapi mata indah milik Raven yang bear-benar lebih indah dari Romeo. "Bolehkah?" tanya Ruster lirih dengan mengusap rahang kerasnya Raven yang di tumbuhi jambang halus. tak lupa ia menjijingkan kedua kakinya untuk mengecup bibir Raven yang berwarna ke coklatan. Liam yang melihat kemestraan keduanya, masih belum pergi dan ia mengepalkan kedua tangannya di dalam saku celana. "Iya," hanya tiga kata yang keluar dari bibir Raven. kata yang singkat dan padat. Ruster yang berbahagia. langsung memeluk tubuh Raven dengan pelukkan gembira. Raven menutup kedua matanya sesat sebagai kode kepada Silver Jong yang tidak jauh darinya. Silver Jong yang mengerti apa yang di kodekan oleh tuannya. langsung mengikuti tuannya seca
Ruster yang bingung memperhatikan Raven yang masih menahan emosinya."Apa kau tidak senang kembali kerumah, honey?" tanya Raven dengan suara bercampur kemarahan. rasa ke cemburuan hampir membutakan matanya kali ini. Ruster membuang pandangannya dengan cepat, karena tetiba sebel dengan sikap Raven.Raven langsung menahan pipi Ruster. "Aku tidak suka kau mengalihkan tatapan mu,"ucap Raven serak yang terdengar sangat seksi di telinga Ruster. "Lalu kau maunya apa?" tanya Ruster yang kali ini benar-benar binggung menghadapi kecemburuan Raven. Raven tidak menjawab, ia membawa Ruster duduk di pangkuannya dan mencium bibir Ruster dan menyentuh setiap lekuk tubuh Ruster dengan gerakkan sensual untuk membangkitkan garirah di tubuh Ruster.Suara desahan itu akhirnya lolos dari mulut Ruster yang sudah tidak tahan dengan setiap sentuhan Raven. Ruster sudah menyerah saat Raven sudah melucuti pakaiannya hingga ia tela