Share

4. LAMARAN

Untuk Vanilla dan Vanessa

Terima kasih sudah hadir dan menghiasi hari-hari Ibu dengan senyuman manis kalian.

Ibu bangga memiliki kalian meski Ibu tahu bahwa kalian justru malu memiliki orang tua seorang pesakitan seperti ibu.

Maaf untuk waktu yang terbuang karena Ibu yang tak bisa menjaga kalian dan menjadi sosok Ibu yang baik untuk kalian.

Maaf atas semua kesalahan yang telah Ibu lakukan...

Satu harapan Ibu saat ini hanyalah kalian bisa hidup rukun dan damai di masa depan nanti.

Kalian bisa saling mendukung dan saling menghargai. Saling menyayangi dengan tulus dan saling mempercayai.

Ibu tidak ingin melihat kalian hidup dalam permusuhan apalagi jika harus saling membenci satu sama lain.

Jadikan kisah hidup Ibu sebagai pelajaran berharga.

Jangan menjadi seperti ibu...

Jangan menjadi seperti ibu...

Jangan...

Salam sayang, Kenari

Ibu yang akan selalu menyayangi kalian...

Vanilla dan Vanessa akhirnya selesai membaca isi surat Kenari.

Air mata Vanilla saat itu sudah membanjir di pipi, berbeda halnya dengan Vanessa yang bahkan sama sekali tak menangis.

Mendengar kabar kematian sang Ibu, Vanessa sama sekali tidak terlihat kaget apalagi sedih.

Mungkin itu semua akibat efek sakit hati yang luar biasa dalam dia rasakan terhadap perbuatan Ibunya.

Vanessa yang memang sudah membenci Kenari sejak dulu kini jadi lebih membenci Ibunya pasca tragedi kematian Yasa, calon suaminya.

Bahkan saat pemakaman Kenari pun, Vanessa tidak berkenan untuk datang.

"Sudah, tidak ada yang perlu ditangisi Vanilla," ucap Vanessa dingin. Dia melipat kertas di tangan Vanilla dan kembali memasukkannya ke dalam amplop.

"Apa kamu masih belum bisa memaafkan Ibu?" Tanya Vanilla melipat surat di tangannya, menatap wanita yang duduk di sisinya. Wanita yang memiliki wajah sama persis dengannya.

Vanessa menatap Vanilla, "seandainya, kamu berada di posisiku bagaimana? Tahu bahwa sejak dulu Ibu sama sekali tidak menyayangiku bahkan berniat membunuhku, lalu sekarang dia melenyapkan nyawa lelaki yang begitu aku cintai, apa aku masih harus menangisi kepergiannya?" Cecar Vanessa dengan suara yang meninggi. Membahas soal Kenari selalu sukses memancing amarah Vanessa.

"Ibu seperti itu karena dia sakit, Nessa..." Lirih Vanilla yang memang memiliki hati lembut dan sangat menyayangi Ibunya.

"Aku tidak perduli! Untukku, seorang Ibu di mataku sejauh ini mengerikan dan aku memang sudah membencinya sejak dulu, maaf Vanilla," Vanessa hendak beranjak dari sofa ketika tiba-tiba tangannya ditahan Malik. Sang Papa meminta Vanessa untuk tidak pergi, membuat Vanessa pun kembali menempelkan bokongnya di sofa.

"Belajar memaafkan orang yang telah membuat hidup kita hancur itu memang bukan perkara mudah, mungkin untuk saat ini kamu belum bisa melakukannya, itu hal yang wajar, nanti seiring berjalannya waktu terlebih setelah hidupmu mulai kembali membaik, Papa yakin kamu bisa memaafkan Ibumu suatu hari nanti, Vanessa," ucap Malik memberikan wejangannya.

Vanessa hanya terdiam. Sama halnya dengan Vanilla.

Sementara Malik dan keluarga yang lain cukup memahami betapa hancurnya perasaan Vanessa sejak dirinya kehilangan Yasa. Laki-laki yang memang sudah lama menjalin cinta dengan Vanessa.

Sebagai seorang Ayah, Malik cukup mengerti dengan apa yang saat ini Vanessa alami. Kehilangan sosok lelaki yang dicintai memang bukan perkara mudah, terlebih hal itu terjadi karena ulah Ibu kandungnya sendiri.

Kenari yang telah membunuh Yasa dengan cara yang sangat keji karena wanita itu memang mengidap gangguan jiwa.

Tragedi itu memang sangat mengerikan dan pastinya akan membekas dalam jiwa siapapun yang mengalaminya.

"Baiklah, Papa pikir, cukup sampai di sini kita membahas hal-hal sedih seperti ini! Mari kita lupakan semua kepedihan itu, saatnya kita menatap masa depan sekarang," ucap Malik menyudahi semuanya. Berharap setelah semua ini berlalu, kehidupan mereka akan membaik.

Dan perkataan Malik disambut antusias oleh semua orang yang ada di ruangan tersebut.

Seluruh keluarga tak henti memberi dukungan moral bagi Vanessa agar lekas bangkit dari keterpurukan. Terlebih dengan adanya janin di dalam rahim Vanessa saat ini.

Dan Vanessa menyadari itu.

Mungkin, janin inilah satu-satunya alasan terkuat untuk Vanessa bisa bertahan pasca meninggalnya Yasa. Vanessa sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya jika tidak ada janin ini di dalam tubuhnya. Mungkin saja, dia akan lebih memilih untuk ikut pergi bersama Yasa ke alam baka.

Malam itu, setelah semua keluarga memutuskan untuk berhenti membahas soal masa lalu, mereka hendak beranjak ke taman belakang karena si kecil Jhio yang sejak tadi merengek ingin bermain kembang api.

Jhio adalah adik tiri Vanessa dan Vanilla. Dia anak Malik hasil pernikahannya dengan Isna.

Jhio yang memang lucu dan sangat menggemaskan sukses menghibur Vanessa dan semua keluarga.

Hingga setelahnya, kediaman Malik kedatangan segerombol orang berseragam hitam yang turun dari mobil mewah.

Seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dengan kulitnya yang putih bersinar keluar dari salah satu mobil setelah salah seorang anak buahnya membukakan pintu untuknya.

Lelaki itu memasuki kediaman Malik diiringi satpam yang bertugas bekerja di kediaman Malik. Pak Didin meminta tamu tersebut untuk menunggu di ruang tamu karena dia hendak menemui Malik terlebih dahulu.

"Permisi Tuan, ada tamu, katanya tamu Nona Vanessa," lapor Pak Didin sang security.

"Siapa Pak?" Tanya Vanessa cepat.

"Katanya, namanya Mahessa, Non," jawab Pak Didin. "Tuan Mahessa datang untuk melamar Non Vanessa," tambah Pak Didin kemudian.

Membuat Vanessa tertegun.

Disertai dengan keterkejutan semua orang yang berada di sana.

*****

Jangan lupa Vote dan Koment kalau suka...

Salam Herofah...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status