Share

3. DINNER

Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.

Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.

Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.

Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.

Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.

Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.

Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan menunggu kedatangan Vanessa di lobi hotel.

Dua lelaki itu memandu Vanessa menuju restoran di mana bos mereka berada.

Dengan langkah anggun, Vanessa berjalan menapaki karpet merah yang menyambut dirinya begitu memasuki area resto yang terlihat sepi.

Seketika kening Vanessa mengernyit bingung, karena dua orang lelaki yang tadi memandunya tidak ikut masuk ke dalam resto melainkan menunggu di luar pintu.

Memperhatikan area sekeliling, akhirnya tatapan Vanessa menangkap sebuah meja yang berada di sudut kanan resto dengan view yang memang paling bagus.

Aroma wangi dari lilin-lilin aroma therapy yang tertempel di dinding terhirup oleh indra penciuman Vanessa. Aromanya sangat manis, membuat siapa pun betah berlama-lama menghirupnya.

Langkah Vanessa sudah semakin dekat menuju meja tempat Mahessa berada, ketika lelaki itu tiba-tiba bangkit untuk menyambut kedatangannya.

"Selamat malam, Nona Vi? Saya merasa begitu terhormat bisa bertemu dengan anda malam ini," ucap Mahessa dengan senyumnya yang terkembang lebar.

Wajah Vanessa saat itu terlihat datar, bahkan wanita bergaun merah itu hanya tersenyum tipis, menatap acuh tak acuh ke arah Mahessa.

"Silahkan duduk, Nona?" ucap Mahessa mempersilahkan.

Keduanya pun duduk berhadapan. Di hadapan mereka terhidang menu makanan pembuka.

"Silahkan dicicipi makanannya, semoga Anda, suka," ucap Mahessa lagi.

"Saya memenuhi undangan Anda untuk bertemu bukan untuk makan malam, tapi untuk mendengarkan penjelasan Anda tentang siapa sebenarnya Anda? Dan ada hubungan apa Anda dengan Yasa?" ucap Vanessa tegas. Tatapan wanita itu sinis dan menusuk ke arah Mahessa.

Mahessa tertawa kecil. Lelaki itu membalas tatapan Vanessa hingga keduanya saling bersitatap cukup lama.

Melihat betapa cantiknya paras Vanessa, Mahessa jelas terpesona. Keindahan wajah Vanessa membuatnya lupa cara mengedipkan mata.

"Saya sudah jelaskan sebelumnya di dalam surat yang saya kirim bahwa saya adalah saudara Yasa, apa itu kurang jelas?" ucap Mahessa membungkam sunyi.

"Tapi, setahu saya, Yasa tidak memiliki keluarga--"

"Jangan naif Nona, jika memang Anda mencintai Yasa, tidak lantas hal itu membuat Anda harus sepenuhnya percaya pada semua yang telah Yasa katakan sebelumnya pada Anda kan?" balas Mahessa memotong kalimat yang diucapkan Vanessa.

"Kalau begitu, saya perlu bukti!" Sambung Vanessa tak mau kalah.

"What evidence?"

"Bukti bahwa Anda memang benar-benar saudara Yasa!"

Kepala Mahessa mengangguk. Lalu memberi isyarat pada salah satu anak buahnya yang berdiri di setiap sudut ruangan resto, agar lekas mendekat.

Sang anak buah memberikan sebuah ponsel pada Mahessa dan Mahessa langsung memperlihatkan foto-foto kebersamaannya dengan Yasa di dalam galeri fotonya.

Melihat semua itu, perlahan tapi pasti, Vanessa pun mulai bisa mempercayai Mahessa meski belum sepenuhnya.

Setidaknya, melalui foto-foto itu, Vanessa tahu bahwa lelaki di hadapannya ini memang benar-benar mengenal Yasa di masa lalu.

"So, kita bisa mulai makan sekarang? Atau kita mau langsung membahas soal pernikahan?" tanya Mahessa kemudian setelah dirasanya Vanessa mulai mempercayainya.

Namun, hal yang tak pernah dia duga sebelumnya justru terjadi ketika Vanessa tiba-tiba mengatakan sesuatu di hadapannya saat itu.

Bahkan dengan suara wanita itu yang terdengar tegas dan begitu meyakinkan.

"Maaf sebelumnya, sepertinya, anda sudah salah paham Tuan Mahess." Kata Vanessa yang kembali membuka percakapan di antara mereka.

Mahessa mendengarkan dengan seksama.

"Saya bersedia menerima ajakan anda untuk datang ke sini, bukan berarti saya menyanggupi permintaan Anda untuk menikah. Kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain, jadi saya pikir, hal itu sangat tidak mungkin," Vanessa menggantung kalimatnya sejenak.

"Meski kenyataannya, apa yang Anda ucapkan benar, bahwa Yasa meminta Anda untuk melindungi dan menjaga saya jika Yasa tiada, itu bukan berarti kita harus menikah kan?" Lanjut Vanessa kemudian.

"Dan lagi, satu hal penting yang perlu Anda ketahui adalah, bahwa saya bukan Vi."

Kalimat itu sukses membuat senyuman di wajah Mahessa pun menghilang dalam sekejap.

"Saya, bukan bocah perempuan yang biasa Yasa panggil sebagai Vi sewaktu di lapas dahulu."

Kali ini, bukan hanya senyuman Mahessa yang hilang, namun tatapan ramah penuh keterpesonaan yang tertuju ke arah Vanessa pun kian memudar, tergantikan dengan tatapan datar yang terkesan dingin.

"Jadi, tidak ada alasan untuk Anda menikahi saya, atau pun Vi yang asli, karena Vi yang asli, yang merupakan saudara kembar saya yang bernama Vanilla kini sudah bersuami!"

Mendengar hal itu, kedua tangan Mahessa tampak terkepal keras di atas meja.

"Jika memang Anda bukan Vi, lalu kenapa Anda mengaku sebagai Vi di hadapan Yasa? Apa maksud Anda sebenarnya?" ucap Mahessa geram luar biasa. Bahkan suaranya saat itu setengah mendesis menahan amarah.

"Saya memang sudah bersalah karena membohongi Yasa dengan mengaku-ngaku sebagai Vi selama ini, dan saya melakukan itu semua semata karena saya memang benar-benar tulus mencintai Yasa. Saya tidak ingin Yasa meninggalkan saya jika dia sampai tau bahwa saya bukanlah Vi seperti yang dia duga sebelumnya. Makanya, saya berbohong," ucap Vanessa lebih jelas.

Saat itu, Vanessa bisa melihat gertakan di kedua sisi rahang lelaki bernama Mahessa di hadapannya.

Dan dari cara lelaki itu menatapnya saat ini, sepertinya, dia sangat marah mendengar pengakuan Vanessa.

Vanessa saat itu hanya menganggap amarah Mahessa sebagai sesuatu hal yang remeh tak perlu dipikirkan, toh dengan mengatakan bahwa Vi yang sebenarnya adalah Vanilla, maka lelaki aneh bernama Mahessa itu tak akan lagi mengganggunya.

Lagi pula, siapa juga yang mau diajak menikah oleh lelaki yang bahkan tidak kita kenal?

Di mata Vanessa, Mahessa itu sangat aneh dan dia benar-benar tidak suka dengan cara Mahessa mendekatinya, dengan memanfaatkan kematian Yasa.

"Baiklah, saya pikir, pengakuan saya tadi cukup jelas," ucap Vanessa seraya bangkit dari duduknya, wanita itu berniat untuk pergi. "Saya hanya ingin menegaskan pada Anda, bahwa ini adalah pertemuan pertama kita sekaligus pertemuan terakhir juga. Permisi."

Setelah kepergian Vanessa, Mahessa mengamuk di dalam resto dengan membanting apa saja yang bisa dia banting dan hancurkan.

Hingga setelah amarahnya reda, Mahessa pun memanggil asisten pribadinya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai asal-usul Vanessa dan Vanilla.

Sebab, yang Mahessa ingin ketahui kebenarannya adalah, siapa di antara dua wanita kembar itu yang merupakan bocah perempuan yang biasa dipanggil Yasa dengan sebutan Vi?

Dan jika memang benar Vanila lah, wanita yang memiliki panggilan kecil Vi itu, maka, Mahessa akan memberi pelajaran berharga pada Vanessa yang sudah berhasil menipunya.

Lihat saja, Nona, jangan sebut aku Mahessa jika tak mampu membuatmu bertekuk lutut di hadapanku untuk memohon ampun dan meminta maaf!

Aku pastikan, kamu akan menerima ganjaran setimpal atas semua kebohongan yang sudah kamu lakukan terhadapku!

Jalang brengsek!

Maki Mahessa membatin.

*****

Suka?

Jangan lupa vote dan koment ya... 🙏😘

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status