Share

3. DINNER

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-07 04:57:07

Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.

Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.

Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.

Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.

Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.

Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.

Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan menunggu kedatangan Vanessa di lobi hotel.

Dua lelaki itu memandu Vanessa menuju restoran di mana bos mereka berada.

Dengan langkah anggun, Vanessa berjalan menapaki karpet merah yang menyambut dirinya begitu memasuki area resto yang terlihat sepi.

Seketika kening Vanessa mengernyit bingung, karena dua orang lelaki yang tadi memandunya tidak ikut masuk ke dalam resto melainkan menunggu di luar pintu.

Memperhatikan area sekeliling, akhirnya tatapan Vanessa menangkap sebuah meja yang berada di sudut kanan resto dengan view yang memang paling bagus.

Aroma wangi dari lilin-lilin aroma therapy yang tertempel di dinding terhirup oleh indra penciuman Vanessa. Aromanya sangat manis, membuat siapa pun betah berlama-lama menghirupnya.

Langkah Vanessa sudah semakin dekat menuju meja tempat Mahessa berada, ketika lelaki itu tiba-tiba bangkit untuk menyambut kedatangannya.

"Selamat malam, Nona Vi? Saya merasa begitu terhormat bisa bertemu dengan anda malam ini," ucap Mahessa dengan senyumnya yang terkembang lebar.

Wajah Vanessa saat itu terlihat datar, bahkan wanita bergaun merah itu hanya tersenyum tipis, menatap acuh tak acuh ke arah Mahessa.

"Silahkan duduk, Nona?" ucap Mahessa mempersilahkan.

Keduanya pun duduk berhadapan. Di hadapan mereka terhidang menu makanan pembuka.

"Silahkan dicicipi makanannya, semoga Anda, suka," ucap Mahessa lagi.

"Saya memenuhi undangan Anda untuk bertemu bukan untuk makan malam, tapi untuk mendengarkan penjelasan Anda tentang siapa sebenarnya Anda? Dan ada hubungan apa Anda dengan Yasa?" ucap Vanessa tegas. Tatapan wanita itu sinis dan menusuk ke arah Mahessa.

Mahessa tertawa kecil. Lelaki itu membalas tatapan Vanessa hingga keduanya saling bersitatap cukup lama.

Melihat betapa cantiknya paras Vanessa, Mahessa jelas terpesona. Keindahan wajah Vanessa membuatnya lupa cara mengedipkan mata.

"Saya sudah jelaskan sebelumnya di dalam surat yang saya kirim bahwa saya adalah saudara Yasa, apa itu kurang jelas?" ucap Mahessa membungkam sunyi.

"Tapi, setahu saya, Yasa tidak memiliki keluarga--"

"Jangan naif Nona, jika memang Anda mencintai Yasa, tidak lantas hal itu membuat Anda harus sepenuhnya percaya pada semua yang telah Yasa katakan sebelumnya pada Anda kan?" balas Mahessa memotong kalimat yang diucapkan Vanessa.

"Kalau begitu, saya perlu bukti!" Sambung Vanessa tak mau kalah.

"What evidence?"

"Bukti bahwa Anda memang benar-benar saudara Yasa!"

Kepala Mahessa mengangguk. Lalu memberi isyarat pada salah satu anak buahnya yang berdiri di setiap sudut ruangan resto, agar lekas mendekat.

Sang anak buah memberikan sebuah ponsel pada Mahessa dan Mahessa langsung memperlihatkan foto-foto kebersamaannya dengan Yasa di dalam galeri fotonya.

Melihat semua itu, perlahan tapi pasti, Vanessa pun mulai bisa mempercayai Mahessa meski belum sepenuhnya.

Setidaknya, melalui foto-foto itu, Vanessa tahu bahwa lelaki di hadapannya ini memang benar-benar mengenal Yasa di masa lalu.

"So, kita bisa mulai makan sekarang? Atau kita mau langsung membahas soal pernikahan?" tanya Mahessa kemudian setelah dirasanya Vanessa mulai mempercayainya.

Namun, hal yang tak pernah dia duga sebelumnya justru terjadi ketika Vanessa tiba-tiba mengatakan sesuatu di hadapannya saat itu.

Bahkan dengan suara wanita itu yang terdengar tegas dan begitu meyakinkan.

"Maaf sebelumnya, sepertinya, anda sudah salah paham Tuan Mahess." Kata Vanessa yang kembali membuka percakapan di antara mereka.

Mahessa mendengarkan dengan seksama.

"Saya bersedia menerima ajakan anda untuk datang ke sini, bukan berarti saya menyanggupi permintaan Anda untuk menikah. Kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain, jadi saya pikir, hal itu sangat tidak mungkin," Vanessa menggantung kalimatnya sejenak.

"Meski kenyataannya, apa yang Anda ucapkan benar, bahwa Yasa meminta Anda untuk melindungi dan menjaga saya jika Yasa tiada, itu bukan berarti kita harus menikah kan?" Lanjut Vanessa kemudian.

"Dan lagi, satu hal penting yang perlu Anda ketahui adalah, bahwa saya bukan Vi."

Kalimat itu sukses membuat senyuman di wajah Mahessa pun menghilang dalam sekejap.

"Saya, bukan bocah perempuan yang biasa Yasa panggil sebagai Vi sewaktu di lapas dahulu."

Kali ini, bukan hanya senyuman Mahessa yang hilang, namun tatapan ramah penuh keterpesonaan yang tertuju ke arah Vanessa pun kian memudar, tergantikan dengan tatapan datar yang terkesan dingin.

"Jadi, tidak ada alasan untuk Anda menikahi saya, atau pun Vi yang asli, karena Vi yang asli, yang merupakan saudara kembar saya yang bernama Vanilla kini sudah bersuami!"

Mendengar hal itu, kedua tangan Mahessa tampak terkepal keras di atas meja.

"Jika memang Anda bukan Vi, lalu kenapa Anda mengaku sebagai Vi di hadapan Yasa? Apa maksud Anda sebenarnya?" ucap Mahessa geram luar biasa. Bahkan suaranya saat itu setengah mendesis menahan amarah.

"Saya memang sudah bersalah karena membohongi Yasa dengan mengaku-ngaku sebagai Vi selama ini, dan saya melakukan itu semua semata karena saya memang benar-benar tulus mencintai Yasa. Saya tidak ingin Yasa meninggalkan saya jika dia sampai tau bahwa saya bukanlah Vi seperti yang dia duga sebelumnya. Makanya, saya berbohong," ucap Vanessa lebih jelas.

Saat itu, Vanessa bisa melihat gertakan di kedua sisi rahang lelaki bernama Mahessa di hadapannya.

Dan dari cara lelaki itu menatapnya saat ini, sepertinya, dia sangat marah mendengar pengakuan Vanessa.

Vanessa saat itu hanya menganggap amarah Mahessa sebagai sesuatu hal yang remeh tak perlu dipikirkan, toh dengan mengatakan bahwa Vi yang sebenarnya adalah Vanilla, maka lelaki aneh bernama Mahessa itu tak akan lagi mengganggunya.

Lagi pula, siapa juga yang mau diajak menikah oleh lelaki yang bahkan tidak kita kenal?

Di mata Vanessa, Mahessa itu sangat aneh dan dia benar-benar tidak suka dengan cara Mahessa mendekatinya, dengan memanfaatkan kematian Yasa.

"Baiklah, saya pikir, pengakuan saya tadi cukup jelas," ucap Vanessa seraya bangkit dari duduknya, wanita itu berniat untuk pergi. "Saya hanya ingin menegaskan pada Anda, bahwa ini adalah pertemuan pertama kita sekaligus pertemuan terakhir juga. Permisi."

Setelah kepergian Vanessa, Mahessa mengamuk di dalam resto dengan membanting apa saja yang bisa dia banting dan hancurkan.

Hingga setelah amarahnya reda, Mahessa pun memanggil asisten pribadinya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai asal-usul Vanessa dan Vanilla.

Sebab, yang Mahessa ingin ketahui kebenarannya adalah, siapa di antara dua wanita kembar itu yang merupakan bocah perempuan yang biasa dipanggil Yasa dengan sebutan Vi?

Dan jika memang benar Vanila lah, wanita yang memiliki panggilan kecil Vi itu, maka, Mahessa akan memberi pelajaran berharga pada Vanessa yang sudah berhasil menipunya.

Lihat saja, Nona, jangan sebut aku Mahessa jika tak mampu membuatmu bertekuk lutut di hadapanku untuk memohon ampun dan meminta maaf!

Aku pastikan, kamu akan menerima ganjaran setimpal atas semua kebohongan yang sudah kamu lakukan terhadapku!

Jalang brengsek!

Maki Mahessa membatin.

*****

Suka?

Jangan lupa vote dan koment ya... 🙏😘

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   45. EPILOG

    Setelah bertahun-tahun berlari dari bayang-bayang masa lalu, Vanessa dan Mahessa akhirnya pulang. Bukan sekadar pulang ke Jakarta, tapi pulang ke pangkuan keluarga yang selama ini menjadi jangkar dan tempat berpulang hati mereka.Hubungan Mahessa dengan Aro semakin membaik usai Gavin mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya. Matahari sore menyinari halaman rumah keluarga besar Malik. Rumah mewah itu berdiri megah di kawasan selatan Jakarta, kini penuh tawa dan aroma masakan dari dapur. Di sana, Isna, ibu tiri Vanessa, menyambut mereka dengan pelukan hangat dan mata yang berkaca-kaca.“Akhirnya kamu pulang juga, Nessa,” ucapnya, menepuk pipi Vanessa dengan lembut.“Maaf membuat semua orang khawatir, Bu,” jawab Vanessa sambil tersenyum haru.Malik, yang selama ini menjaga wibawa sebagai kepala keluarga, tidak bisa menahan senyum saat melihat putrinya menggandeng Mahessa masuk ke ruang tengah.“Kamu sudah jadi laki-laki seutuhnya sekarang, Mahessa,” ujarnya sambil menjabat tangan

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   44. BERSATUNYA KAKAK BERADIK

    Lamunan Mahessa terhenti seketika ketika suara ledakan kecil terdengar dari luar rumah. Getarannya terasa di lantai, seperti gempa singkat yang mengguncang fondasi bangunan tua itu.Ia berdiri reflek dari kursi rotan. Detak jantungnya melompat liar. Tak lama kemudian, suara pecahan kaca menyusul dari lantai bawah, disertai teriakan panik dari Lauren.“Vanessa!” pekik Mahessa, langsung berlari menuju tangga.Langkahnya baru mencapai anak tangga kedua ketika tiga pria bersenjata menerobos masuk melalui jendela belakang. Salah satunya berpakaian serba hitam dengan penutup wajah, dua lainnya membawa tongkat besi. Gerakan mereka cepat, brutal, dan terlatih.Mahessa segera menarik Vanessa dari tempat tidur. Gadis itu baru saja terbangun, wajahnya pucat, panik, matanya mencari-cari jawaban.“Ada apa, Mahes?”“Diam. Ikut aku. Sekarang.”Ia menggandeng tangan Vanessa, menyeretnya menyusuri lorong menuju loteng kecil—ruang penyimpanan barang-barang tua yang dulu sempat ditunjukkan Lauren. Loron

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   43. MASA LALU YANG TERKUAK

    Suasana malam Paris menyambut mereka dengan udara lembab dan lampu kota yang temaram. Langit menggantung kelabu, menyimpan gerimis tipis yang belum jatuh. Mahessa memarkirkan mobil sewaan di halaman rumah bergaya klasik Prancis—rumah tua milik pasangan lanjut usia, kerabat almarhum Pak Dirham.Bangunan itu berdiri anggun meski telah termakan waktu. Jendelanya tinggi, dengan bingkai kayu yang terawat. Halaman kecilnya dipenuhi tanaman rambat yang menjalar hingga ke dinding batu. Ada aroma nostalgia yang tak bisa dijelaskan. Seolah rumah itu menyimpan cerita lama yang belum selesai.Setelah makan malam sederhana dan berbasa-basi singkat dengan pasangan pemilik rumah, Vanessa memilih beristirahat lebih awal. Tubuhnya letih setelah perjalanan panjang dari Lyon. Ia tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal, sementara Mahessa justru tidak bisa memejamkan mata.Ada satu nama yang terus berputar dalam pikirannya, Yasa. Nama yang dikejar. Nama yang dicari. Nama yang sedang ia tinggali.Dan sa

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   42. MASUK PERANGKAP

    Setelah melalui sekitar tujuh jam perjalanan darat, akhirnya Mahessa dan Vanessa pun sampai di Paris.Di sepanjang perjalanan tadi, Vanessa sempat menerima panggilan telepon dari Vanilla dan keluarganya yang kini sudah berada di Amerika.Vanilla dengan segala kekhawatirannya terus saja mengoceh seperti kaleng rombeng di telepon. Wanita itu memarahi Vanessa yang telah membuatnya cemas di sepanjang perjalanan menuju Amerika karena Vanessa yang tiba-tiba saja menghilang di Bandara dan sulit dihubungi.Hingga akhirnya, semua masalah terselesaikan begitu pihak keluarga di sana tahu bahwa kini Vanessa dan Mahessa baik-baik saja."Sepertinya, keluargaku memang belum tau soal Aro?" tanya Vanessa saat Mahessa baru saja mengajaknya memasuki sebuah mobil pribadi yang mereka sewa."Ya, kupikir mereka tidak perlu tau," ucap Mahessa saat itu yang mulai fokus menyetir."Lalu, kita mau kemana sekarang? Aku sangat lelah, kita harus istirahat, Mahess," ucap Vanessa diikuti dengan mulutnya yang menguap

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   41. SEBUAH ALASAN

    Matahari bersinar cerah menyambut pagi di Jenewa.Gemericik air mengalir terdengar dari balik balkon kamar yang dihuni oleh Mahessa dan Vanessa tadi malam.Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk, Vanessa terdiam di sisi balkon dengan tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih Mahessa. Bahkan, tanpa Vanessa mengenakan apa pun lagi di dalamnya.Pergumulan panjang nan panasnya dengan Mahessa tadi malam terasa begitu membekas di benaknya. Membuat senyum di wajah cantik nan seksi Vanessa seolah tak mau hilang."Kamu sudah bangun duluan? Kenapa tidak membangunkan aku?" bisik suara berat seorang lelaki dengan tubuh atasnya yang shirtless, memperlihatkan lekukan otot-otot tangannya yang kekar dan mulus.Mahessa memeluk tubuh sang istri dari belakang, membenamkan kepalanya di balik ceruk leher Vanessa yang harum."Aku tau kamu pasti kelelahan karena permainan kita semalam, makanya aku biarkan kamu istirahat lebih lama," ucap Vanessa menahan geli saat bibir Mahessa mulai mendaratkan kecupan k

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   40. RASA SAKIT YANG TERBAYAR

    "Kamu ingin menjadi istri yang baik kan? Kalau begitu, buktikan!" ucap Mahessa setelah lelaki itu berhasil melepas kemeja yang dia kenakan.Bukan hal aneh bagi Vanessa untuk menyenangkan lelaki di ranjang, hanya saja, kenapa saat ini dia merasa begitu gugup?Bahkan Vanessa merasa jantungnya seakan ingin melompat keluar dari dadanya, saking kencang dan kuatnya degupan itu.Keadaan hening seketika menyergap keduanya saat tubuh Mahessa sudah menguasai tubuh sang istri sepenuhnya.Tatapan keduanya kembali bertemu, lekat dan dalam.Seolah menyelami kembali masa-masa indah kebersamaan masa kecil mereka dahulu, saat Vi sering membantu Yasa membersihkan kantin lapas bersama Pak Dirham. Saat Yasa sering mengajak Vi melihat langit senja dari atas pohon, dan saat mereka bermain petak umpet bersama, lalu Vi menangis karena melihat ular di belakang lapas.Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam benak Yasa a.k.a Mahessa. Tak terlupakan, sedikit pun."Kamu cantik sekali, Vi..." gumam Mahessa sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status