Share

5. NEGOSIASI

Langit malam ini berawan.

Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.

Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.

Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar.

"Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.

Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?

Itulah sebabnya Mahessa berusaha memikat hati Malik dengan uang, tanpa pernah dia tahu bahwasanya Malik bukan lelaki yang tunduk pada uang dan kekuasaan. Malik adalah seorang lelaki yang bijaksana, dia tidak pernah memaksakan kehendaknya pada siapa pun terlebih ini masalah hati dan jodoh. Malik akan menyerahkan segala keputusan akhir pada Vanessa, sang putri.

Setelah mendengar asal-usul dan latar belakang keluarga Mahessa serta alasan mengapa Mahessa datang sendiri tanpa ditemani seorang pun keluarganya, Malik pun berusaha untuk mempercayainya.

Saat itu, Mahessa mengatakan bahwa keluarganya sedang sibuk di Amerika dan mereka tak akan memusingkan tentang masalah siapa wanita yang kelak akan menjadi pendamping hidup sang putra.

Lagi-lagi Mahessa terpaksa berbohong dengan menutupi identitas dan latar belakang keluarganya yang asli demi menjaga nama baik dirinya di hadapan Malik.

Mahessa hanya tidak ingin reputasinya sebagai seorang pengusaha muda sukses rusak, akibat kejadian kelam di masa lalunya terbongkar.

Biarlah, masa lalu itu terkubur dalam-dalam di hati Mahessa tanpa perlu ada orang lain yang mengetahuinya.

"Terima kasih Papa sudah berbuat bijak untuk memberi Vanessa keputusan mutlak untuk menuntaskan masalah ini. Jadi, Vanessa mohon privasinya sekarang untuk Vanessa bisa bicara dengan Mahessa berdua," ucap Vanessa saat itu.

Seluruh keluarga pun mengerti dan lekas mengabulkan permintaan Vanessa.

Namun, saat Vanessa hendak bicara, Mahessa justru malah bangkit dari duduknya dan mengajak Vanessa untuk berbicara di dalam mobil pribadinya.

"Apa yang akan kita bicarakan akan sangat sensitif dan rahasia. Saya tidak mau ambil resiko jika sampai ada salah satu anggota keluarga Anda yang mendengarnya. Jadi, mari ikut saya ke mobil, kita bicara di sana."

Tak punya pilihan, meski sangat enggan, namun pada akhirnya Vanessa tetap saja mengekor langkah Mahessa keluar dari kediaman Ayahnya dan memasuki mobil lelaki itu.

"Apa maksud anda datang tiba-tiba lalu melamar saya seperti ini?" Tanya Vanessa yang seketika marah mendapati tindakan Mahessa yang menurutnya di luar dugaan. Mereka bahkan belum saling kenal dan bertemu pun baru satu kali, tapi malam ini, Mahessa dengan leluasanya datang ke kediaman orang tua Vanessa untuk melamarnya?

Sungguh lelucon yang sangat konyol!

"Dengarkan saya Tuan Mahessa, saya yakin orang sekelas Anda pastinya tahu apa yang baru saja terjadi menimpa saya belum lama ini. Calon suami saya baru saja meninggal dan keluarga saya sekarang masih dalam keadaan berduka atas kematian Ibu saya. Jadi, saya meminta tolong dengan sangat, jangan ganggu saya, atau siapa pun di dalam keluarga saya! Pergilah dari kehidupan kami! Mengerti?" Tegas Vanessa dengan suaranya yang penuh penekanan.

Mahessa yang sejak tadi diam hanya tersenyum tipis. Lelaki itu menoleh dan menatap remeh Vanessa. "Jangan berpikir bahwa saya melakukan ini karena saya menginginkan Anda, Nona!" Balas Mahessa yang kini malah mencondongkan tubuhnya ke arah Vanessa.

Menatap Vanessa dengan bola matanya yang menyipit, lelaki itu kembali berkata. "Semua tidak akan menjadi seperti ini seandainya saja sejak awal Anda tidak membohongi Yasa soal Vi!" Gemertak kedua rahang Mahessa yang mengeras menandakan betapa kebencian itu mengakar kuat di hati lelaki itu terhadap Vanessa.

Mahessa benar-benar muak pada wanita pembohong macam Vanessa. Wanita yang sudah mempermainkannya selama ini!

"Saya bahkan sudah menghabiskan banyak uang dan waktu untuk menjaga Anda selama ini dengan membayar Yasa, agar lelaki brengsek itu bisa melindungi Anda! Tapi apa kenyataannya, dia malah menikam saya dari belakang! Dan kali ini, saya tidak akan tertipu lagi!" jelas Mahessa panjang lebar. Mengungkapkan apa yang sebenar-benarnya dia rasakan. "Jika memang Anda bukan Vi, itu artinya, mulai detik ini, saya akan menyusun rencana baru untuk bisa mendapatkan Vi yang asli dan merebutnya dari sang suami!"

Mendengar ucapan gila Mahessa seketika wajah manis Vanessa memucat.

"Lalu, soal semua uang dan waktu yang sudah saya keluarkan secara percuma selama bertahun-tahun lamanya untuk Anda, maka saya meminta Anda untuk menebusnya dengan cara, membantu saya menghancurkan rumah tangga Wildan dan Vanilla, bagaimana?"

Kepala Vanessa menggeleng cepat. "Nggak! Itu nggak mungkin! Sampai mati pun, saya nggak akan mau menerima tawaran gila Anda, Mahes!" tegas Vanessa marah.

Sejujurnya, Vanessa terkejut saat mendengar perkataan Mahessa tentang Yasa tadi.

Melindungiku?

Membayar Yasa?

Menghancurkan rumah tangga Vanilla dan Wildan?

Apa maksudnya?

Pikir Vanessa tak habis pikir.

Meski setelahnya, Vanessa sadar bahwa saat ini bukan hal itu yang menjadi prioritas utamanya untuk bisa mengatasi Mahessa, sebelum lelaki itu benar-benar menjadi lebih gila, Vanessa harus membuat lelaki itu enyah dari kehidupannya, mau pun kehidupan Vanilla.

"Apa yang Anda rasakan di dalam hati Anda itu bukan cinta, Tuan Mahess! Melainkan obsesi gila yang justru akan menghancurkan diri Anda kelak! Hentikan semua omong kosong ini! Lupakan kejadian masa lalu itu, lupakan Vi dan juga perjanjian konyol Anda dengan Yasa, lalu tinggalkan kami dan," Vanessa menjeda kalimatnya sesaat, sekadar menarik napas lebih dalam. "Lanjutkan hidup Anda dengan baik. Oke?"

Mendengar kalimat panjang yang diucapkan Vanessa, Mahessa malah tertawa.

Tawa yang terdengar mengerikan.

Membuat Vanessa semakin terpojok dengan keadaan.

Vanessa memang menyesali perbuatannya yang ceroboh, yang pada akhirnya justru malah menjerumuskan Vanilla pada masalah yang sangat besar.

Vanessa terpaksa berbohong tentang Vi, karena berpikir bahwa Mahessa akan berhenti mengganggunya kalau tahu bahwa bukan dia orang yang sudah menyelamatkan bocah kecil lelaki yang dibakar hidup-hidup oleh ayah kandungnya sendiri berpuluh-puluh tahun silam di lapas, ketika Vanessa dan Vanilla masih tinggal bersama sang Ibu yang merupakan seorang narapidana.

Seorang bocah lelaki bernama Yasa yang diakui Mahessa sebagai satu-satunya saudara yang dia miliki saat ini, di mana hukum saat itu tak sama sekali menyelesaikan kasus penyiksaan sadis itu secara tuntas. Memang benar, pelaku atas pembakaran diri Yasa adalah ayah kandung Yasa sendiri, itulah sebabnya, Mahessa ingin lelaki itu mendapat ganjaran setimpal dari sekadar hukuman mati!

Dan dengan kekuasaan yang dia miliki, apa pun keinginannya bisa dia wujudkan dengan mudah, sehingga hukuman mati untuk Ayah kandung Yasa pun dibatalkan dan diganti menjadi hukuman seumur hidup.

Mahessa hanya ingin, lelaki itu hidup agar dia bisa menyesali perbuatannya dahulu terhadap Yasa, sang anak lebih lama.

"Jawab pertanyaan saya sekali lagi, dan saya berharap Anda bisa menjawabnya dengan jujur, Nona," pada akhirnya, Mahessa kembali mengulang pertanyaan yang sebelumnya pernah Yasa ajukan pada Vanessa saat lelaki itu masih hidup.

"Siapa, bocah perempuan yang datang menolong Yasa sewaktu dirinya dibakar hidup-hidup di lapas? Anda, atau Vanilla?"

Vanessa memejamkan mata.

Sebenarnya, ini pertanyaan mudah, hanya saja, Vanessa benar-benar tidak ingin terlibat urusan lebih jauh dengan Mahessa jika dia mengatakan hal yang sebenarnya pada lelaki itu.

Hingga pada akhirnya, Vanessa tetap mengatakan kembali bahwa Vanilla lah yang telah menolong bocah kecil lelaki bernama Yasa itu.

Dalam pikiran Vanessa saat itu, Mahessa tidak akan mungkin mengganggu Vanilla karena saat ini status Vanilla sudah bersuami. Dan mengenai rencana konyol lelaki itu yang meminta bantuannya untuk menghancurkan rumah tangga Wildan dan Vanilla, jelas hanya gertakan agar dirinya merasa takut.

Tanpa pernah Vanessa tahu bahwa seorang Mahessa ternyata memiliki seribu satu rencana demi memenuhi obsesi gilanya itu.

Nyatanya, lelaki itu tidak main-main dengan ucapannya.

"Baiklah, jika memang Vanilla adalah Vi, saya akan tetap melanjutkan rencana semula!" ucap Mahessa dengan sebuah senyuman miring yang menyebalkan.

"Terserah apa yang ingin Anda lakukan! Tapi, yang pasti, Wildan dan Vanilla tidak akan bisa terpisahkan karena cinta mereka begitu besar satu sama lain!" Tegas Vanessa yang masih berharap Mahessa akan mundur.

"Itulah sebabnya, kini saya meminta bantuan Anda Nona," balas Mahessa dengan wajah yang cukup dekat dengan wajah Vanessa. Kegugupan Vanessa seolah menjadi kesenangan tersendiri untuk dinikmati. "Semoga Anda masih ingat dengan apa yang saya katakan tentang Yasa pada Anda melalui pesan di malam pertemuan pertama kita berlangsung?"

"Omong kosong!" bentak Vanessa. "Saya tau, itu hanya bualan Anda saja agar saya mempercayai Anda, bukan? Dasar licik!" potong Vanessa cepat. Tatapannya nyalang dan sarat emosi.

"Saya katakan sekali lagi, Yasa masih hidup, dan saya akan mempertemukan Anda dengan calon suami tercinta Anda itu, jika, Anda bersedia membantu saya mendapatkan Vanilla! Menikahlah dengan saya, dengan begitu, saya akan lebih mudah mendekati Vanilla, bukan?"

Saat itu, Vanessa tau dirinya sudah terjebak!

Lelaki di sampingnya ini jelas-jelas sudah gila! Dan Vanessa mungkin perlu mencari cara untuk mengulur waktu agar dia bisa membicarakan masalah ini dengan keluarganya. Terlebih pada Vanilla dan Wildan.

Sepertinya bukan hanya gila, tapi Mahessa juga sangat berbahaya.

"Bagaimana? Bukankah itu tawaran bagus untuk Anda, Nona?" tanya Mahessa lagi yang mulai paham gerak-gerik wanita di hadapannya. "Tentu, Anda ingin bertemu dengan Yasa kembali kan dan mewujudkan rencana pernikahan kalian yang sempat gagal?" tatapan Mahessa kini tertuju ke arah perut Vanessa yang masih rata. Membuat Vanessa seketika dilanda perasaan risih sehingga dirinya langsung menutupi bagian perutnya yang sedikit terekspos karena pakaiannya yang memang cukup ketat.

"Anda pasti ingin bayi di dalam perut Anda ini memiliki Ayahkan?" ucap Mahessa saat itu. "Tenang saja, kita tidak akan melakukan pernikahan betulan. Pernikahan ini hanya berlaku di atas kontrak sampai saya benar-benar bisa mendapatkan Vanilla. Lalu setelahnya kita bercerai dan Anda bisa hidup bahagia bersama Yasa dan anak Anda, bagaimana?"

Vanessa menelan salivanya dengan susah payah.

Jika memang ucapan Mahessa tidak main-main, maka ada kemungkinan, lelaki ini berkata jujur tentang Yasa.

Meski, sebenarnya, hal itu hanya menjadi harapan semu bagi Vanessa saat ini.

Kematian Yasa terjadi di depan mata kepalanya, jadi mana mungkin kini Yasa bisa hidup kembali bahkan setelah Vanessa sendiri menyaksikan mayat Yasa yang dikebumikan.

Sayangnya, perasaan cinta dan rindu yang begitu menyiksanya itu membuat Vanessa hilang akal sehingga dia pun menyanggupi permintaan gila Mahessa dan berharap apa yang dikatakan Mahessa tentang Yasa itu benar.

"Baiklah, saya setuju menikah dengan Anda, tapi setelah saya melahirkan anak saya!" ucap Vanessa saat itu, meski dalam hati dia begitu menyesali perkataannya.

*****

Kuy di Vote dan koment kalau suka...

Salam Herofah...

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Arwen Paramitha
siyap Kakak ...
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
udh baca dari awal emang banyak perubahan sih jalur nya tapi gk apa2 deh apalagi sekarang malah di bikin penasaran ama kelanjutan nya (^.^) semangat terus thor ngetik nya
goodnovel comment avatar
Herofah
ada revisi sedikit di bab awal ya kakak, agak berbeda yg ini, jd harap dibaca ulang ......️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status