Share

5. NEGOSIASI

Author: Herofah
last update Last Updated: 2023-06-07 04:58:35

Langit malam ini berawan.

Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.

Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.

Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar.

"Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.

Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?

Itulah sebabnya Mahessa berusaha memikat hati Malik dengan uang, tanpa pernah dia tahu bahwasanya Malik bukan lelaki yang tunduk pada uang dan kekuasaan. Malik adalah seorang lelaki yang bijaksana, dia tidak pernah memaksakan kehendaknya pada siapa pun terlebih ini masalah hati dan jodoh. Malik akan menyerahkan segala keputusan akhir pada Vanessa, sang putri.

Setelah mendengar asal-usul dan latar belakang keluarga Mahessa serta alasan mengapa Mahessa datang sendiri tanpa ditemani seorang pun keluarganya, Malik pun berusaha untuk mempercayainya.

Saat itu, Mahessa mengatakan bahwa keluarganya sedang sibuk di Amerika dan mereka tak akan memusingkan tentang masalah siapa wanita yang kelak akan menjadi pendamping hidup sang putra.

Lagi-lagi Mahessa terpaksa berbohong dengan menutupi identitas dan latar belakang keluarganya yang asli demi menjaga nama baik dirinya di hadapan Malik.

Mahessa hanya tidak ingin reputasinya sebagai seorang pengusaha muda sukses rusak, akibat kejadian kelam di masa lalunya terbongkar.

Biarlah, masa lalu itu terkubur dalam-dalam di hati Mahessa tanpa perlu ada orang lain yang mengetahuinya.

"Terima kasih Papa sudah berbuat bijak untuk memberi Vanessa keputusan mutlak untuk menuntaskan masalah ini. Jadi, Vanessa mohon privasinya sekarang untuk Vanessa bisa bicara dengan Mahessa berdua," ucap Vanessa saat itu.

Seluruh keluarga pun mengerti dan lekas mengabulkan permintaan Vanessa.

Namun, saat Vanessa hendak bicara, Mahessa justru malah bangkit dari duduknya dan mengajak Vanessa untuk berbicara di dalam mobil pribadinya.

"Apa yang akan kita bicarakan akan sangat sensitif dan rahasia. Saya tidak mau ambil resiko jika sampai ada salah satu anggota keluarga Anda yang mendengarnya. Jadi, mari ikut saya ke mobil, kita bicara di sana."

Tak punya pilihan, meski sangat enggan, namun pada akhirnya Vanessa tetap saja mengekor langkah Mahessa keluar dari kediaman Ayahnya dan memasuki mobil lelaki itu.

"Apa maksud anda datang tiba-tiba lalu melamar saya seperti ini?" Tanya Vanessa yang seketika marah mendapati tindakan Mahessa yang menurutnya di luar dugaan. Mereka bahkan belum saling kenal dan bertemu pun baru satu kali, tapi malam ini, Mahessa dengan leluasanya datang ke kediaman orang tua Vanessa untuk melamarnya?

Sungguh lelucon yang sangat konyol!

"Dengarkan saya Tuan Mahessa, saya yakin orang sekelas Anda pastinya tahu apa yang baru saja terjadi menimpa saya belum lama ini. Calon suami saya baru saja meninggal dan keluarga saya sekarang masih dalam keadaan berduka atas kematian Ibu saya. Jadi, saya meminta tolong dengan sangat, jangan ganggu saya, atau siapa pun di dalam keluarga saya! Pergilah dari kehidupan kami! Mengerti?" Tegas Vanessa dengan suaranya yang penuh penekanan.

Mahessa yang sejak tadi diam hanya tersenyum tipis. Lelaki itu menoleh dan menatap remeh Vanessa. "Jangan berpikir bahwa saya melakukan ini karena saya menginginkan Anda, Nona!" Balas Mahessa yang kini malah mencondongkan tubuhnya ke arah Vanessa.

Menatap Vanessa dengan bola matanya yang menyipit, lelaki itu kembali berkata. "Semua tidak akan menjadi seperti ini seandainya saja sejak awal Anda tidak membohongi Yasa soal Vi!" Gemertak kedua rahang Mahessa yang mengeras menandakan betapa kebencian itu mengakar kuat di hati lelaki itu terhadap Vanessa.

Mahessa benar-benar muak pada wanita pembohong macam Vanessa. Wanita yang sudah mempermainkannya selama ini!

"Saya bahkan sudah menghabiskan banyak uang dan waktu untuk menjaga Anda selama ini dengan membayar Yasa, agar lelaki brengsek itu bisa melindungi Anda! Tapi apa kenyataannya, dia malah menikam saya dari belakang! Dan kali ini, saya tidak akan tertipu lagi!" jelas Mahessa panjang lebar. Mengungkapkan apa yang sebenar-benarnya dia rasakan. "Jika memang Anda bukan Vi, itu artinya, mulai detik ini, saya akan menyusun rencana baru untuk bisa mendapatkan Vi yang asli dan merebutnya dari sang suami!"

Mendengar ucapan gila Mahessa seketika wajah manis Vanessa memucat.

"Lalu, soal semua uang dan waktu yang sudah saya keluarkan secara percuma selama bertahun-tahun lamanya untuk Anda, maka saya meminta Anda untuk menebusnya dengan cara, membantu saya menghancurkan rumah tangga Wildan dan Vanilla, bagaimana?"

Kepala Vanessa menggeleng cepat. "Nggak! Itu nggak mungkin! Sampai mati pun, saya nggak akan mau menerima tawaran gila Anda, Mahes!" tegas Vanessa marah.

Sejujurnya, Vanessa terkejut saat mendengar perkataan Mahessa tentang Yasa tadi.

Melindungiku?

Membayar Yasa?

Menghancurkan rumah tangga Vanilla dan Wildan?

Apa maksudnya?

Pikir Vanessa tak habis pikir.

Meski setelahnya, Vanessa sadar bahwa saat ini bukan hal itu yang menjadi prioritas utamanya untuk bisa mengatasi Mahessa, sebelum lelaki itu benar-benar menjadi lebih gila, Vanessa harus membuat lelaki itu enyah dari kehidupannya, mau pun kehidupan Vanilla.

"Apa yang Anda rasakan di dalam hati Anda itu bukan cinta, Tuan Mahess! Melainkan obsesi gila yang justru akan menghancurkan diri Anda kelak! Hentikan semua omong kosong ini! Lupakan kejadian masa lalu itu, lupakan Vi dan juga perjanjian konyol Anda dengan Yasa, lalu tinggalkan kami dan," Vanessa menjeda kalimatnya sesaat, sekadar menarik napas lebih dalam. "Lanjutkan hidup Anda dengan baik. Oke?"

Mendengar kalimat panjang yang diucapkan Vanessa, Mahessa malah tertawa.

Tawa yang terdengar mengerikan.

Membuat Vanessa semakin terpojok dengan keadaan.

Vanessa memang menyesali perbuatannya yang ceroboh, yang pada akhirnya justru malah menjerumuskan Vanilla pada masalah yang sangat besar.

Vanessa terpaksa berbohong tentang Vi, karena berpikir bahwa Mahessa akan berhenti mengganggunya kalau tahu bahwa bukan dia orang yang sudah menyelamatkan bocah kecil lelaki yang dibakar hidup-hidup oleh ayah kandungnya sendiri berpuluh-puluh tahun silam di lapas, ketika Vanessa dan Vanilla masih tinggal bersama sang Ibu yang merupakan seorang narapidana.

Seorang bocah lelaki bernama Yasa yang diakui Mahessa sebagai satu-satunya saudara yang dia miliki saat ini, di mana hukum saat itu tak sama sekali menyelesaikan kasus penyiksaan sadis itu secara tuntas. Memang benar, pelaku atas pembakaran diri Yasa adalah ayah kandung Yasa sendiri, itulah sebabnya, Mahessa ingin lelaki itu mendapat ganjaran setimpal dari sekadar hukuman mati!

Dan dengan kekuasaan yang dia miliki, apa pun keinginannya bisa dia wujudkan dengan mudah, sehingga hukuman mati untuk Ayah kandung Yasa pun dibatalkan dan diganti menjadi hukuman seumur hidup.

Mahessa hanya ingin, lelaki itu hidup agar dia bisa menyesali perbuatannya dahulu terhadap Yasa, sang anak lebih lama.

"Jawab pertanyaan saya sekali lagi, dan saya berharap Anda bisa menjawabnya dengan jujur, Nona," pada akhirnya, Mahessa kembali mengulang pertanyaan yang sebelumnya pernah Yasa ajukan pada Vanessa saat lelaki itu masih hidup.

"Siapa, bocah perempuan yang datang menolong Yasa sewaktu dirinya dibakar hidup-hidup di lapas? Anda, atau Vanilla?"

Vanessa memejamkan mata.

Sebenarnya, ini pertanyaan mudah, hanya saja, Vanessa benar-benar tidak ingin terlibat urusan lebih jauh dengan Mahessa jika dia mengatakan hal yang sebenarnya pada lelaki itu.

Hingga pada akhirnya, Vanessa tetap mengatakan kembali bahwa Vanilla lah yang telah menolong bocah kecil lelaki bernama Yasa itu.

Dalam pikiran Vanessa saat itu, Mahessa tidak akan mungkin mengganggu Vanilla karena saat ini status Vanilla sudah bersuami. Dan mengenai rencana konyol lelaki itu yang meminta bantuannya untuk menghancurkan rumah tangga Wildan dan Vanilla, jelas hanya gertakan agar dirinya merasa takut.

Tanpa pernah Vanessa tahu bahwa seorang Mahessa ternyata memiliki seribu satu rencana demi memenuhi obsesi gilanya itu.

Nyatanya, lelaki itu tidak main-main dengan ucapannya.

"Baiklah, jika memang Vanilla adalah Vi, saya akan tetap melanjutkan rencana semula!" ucap Mahessa dengan sebuah senyuman miring yang menyebalkan.

"Terserah apa yang ingin Anda lakukan! Tapi, yang pasti, Wildan dan Vanilla tidak akan bisa terpisahkan karena cinta mereka begitu besar satu sama lain!" Tegas Vanessa yang masih berharap Mahessa akan mundur.

"Itulah sebabnya, kini saya meminta bantuan Anda Nona," balas Mahessa dengan wajah yang cukup dekat dengan wajah Vanessa. Kegugupan Vanessa seolah menjadi kesenangan tersendiri untuk dinikmati. "Semoga Anda masih ingat dengan apa yang saya katakan tentang Yasa pada Anda melalui pesan di malam pertemuan pertama kita berlangsung?"

"Omong kosong!" bentak Vanessa. "Saya tau, itu hanya bualan Anda saja agar saya mempercayai Anda, bukan? Dasar licik!" potong Vanessa cepat. Tatapannya nyalang dan sarat emosi.

"Saya katakan sekali lagi, Yasa masih hidup, dan saya akan mempertemukan Anda dengan calon suami tercinta Anda itu, jika, Anda bersedia membantu saya mendapatkan Vanilla! Menikahlah dengan saya, dengan begitu, saya akan lebih mudah mendekati Vanilla, bukan?"

Saat itu, Vanessa tau dirinya sudah terjebak!

Lelaki di sampingnya ini jelas-jelas sudah gila! Dan Vanessa mungkin perlu mencari cara untuk mengulur waktu agar dia bisa membicarakan masalah ini dengan keluarganya. Terlebih pada Vanilla dan Wildan.

Sepertinya bukan hanya gila, tapi Mahessa juga sangat berbahaya.

"Bagaimana? Bukankah itu tawaran bagus untuk Anda, Nona?" tanya Mahessa lagi yang mulai paham gerak-gerik wanita di hadapannya. "Tentu, Anda ingin bertemu dengan Yasa kembali kan dan mewujudkan rencana pernikahan kalian yang sempat gagal?" tatapan Mahessa kini tertuju ke arah perut Vanessa yang masih rata. Membuat Vanessa seketika dilanda perasaan risih sehingga dirinya langsung menutupi bagian perutnya yang sedikit terekspos karena pakaiannya yang memang cukup ketat.

"Anda pasti ingin bayi di dalam perut Anda ini memiliki Ayahkan?" ucap Mahessa saat itu. "Tenang saja, kita tidak akan melakukan pernikahan betulan. Pernikahan ini hanya berlaku di atas kontrak sampai saya benar-benar bisa mendapatkan Vanilla. Lalu setelahnya kita bercerai dan Anda bisa hidup bahagia bersama Yasa dan anak Anda, bagaimana?"

Vanessa menelan salivanya dengan susah payah.

Jika memang ucapan Mahessa tidak main-main, maka ada kemungkinan, lelaki ini berkata jujur tentang Yasa.

Meski, sebenarnya, hal itu hanya menjadi harapan semu bagi Vanessa saat ini.

Kematian Yasa terjadi di depan mata kepalanya, jadi mana mungkin kini Yasa bisa hidup kembali bahkan setelah Vanessa sendiri menyaksikan mayat Yasa yang dikebumikan.

Sayangnya, perasaan cinta dan rindu yang begitu menyiksanya itu membuat Vanessa hilang akal sehingga dia pun menyanggupi permintaan gila Mahessa dan berharap apa yang dikatakan Mahessa tentang Yasa itu benar.

"Baiklah, saya setuju menikah dengan Anda, tapi setelah saya melahirkan anak saya!" ucap Vanessa saat itu, meski dalam hati dia begitu menyesali perkataannya.

*****

Kuy di Vote dan koment kalau suka...

Salam Herofah...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Arwen Paramitha
siyap Kakak ...
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
udh baca dari awal emang banyak perubahan sih jalur nya tapi gk apa2 deh apalagi sekarang malah di bikin penasaran ama kelanjutan nya (^.^) semangat terus thor ngetik nya
goodnovel comment avatar
Herofah
ada revisi sedikit di bab awal ya kakak, agak berbeda yg ini, jd harap dibaca ulang ......️
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   45. EPILOG

    Setelah bertahun-tahun berlari dari bayang-bayang masa lalu, Vanessa dan Mahessa akhirnya pulang. Bukan sekadar pulang ke Jakarta, tapi pulang ke pangkuan keluarga yang selama ini menjadi jangkar dan tempat berpulang hati mereka.Hubungan Mahessa dengan Aro semakin membaik usai Gavin mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya. Matahari sore menyinari halaman rumah keluarga besar Malik. Rumah mewah itu berdiri megah di kawasan selatan Jakarta, kini penuh tawa dan aroma masakan dari dapur. Di sana, Isna, ibu tiri Vanessa, menyambut mereka dengan pelukan hangat dan mata yang berkaca-kaca.“Akhirnya kamu pulang juga, Nessa,” ucapnya, menepuk pipi Vanessa dengan lembut.“Maaf membuat semua orang khawatir, Bu,” jawab Vanessa sambil tersenyum haru.Malik, yang selama ini menjaga wibawa sebagai kepala keluarga, tidak bisa menahan senyum saat melihat putrinya menggandeng Mahessa masuk ke ruang tengah.“Kamu sudah jadi laki-laki seutuhnya sekarang, Mahessa,” ujarnya sambil menjabat tangan

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   44. BERSATUNYA KAKAK BERADIK

    Lamunan Mahessa terhenti seketika ketika suara ledakan kecil terdengar dari luar rumah. Getarannya terasa di lantai, seperti gempa singkat yang mengguncang fondasi bangunan tua itu.Ia berdiri reflek dari kursi rotan. Detak jantungnya melompat liar. Tak lama kemudian, suara pecahan kaca menyusul dari lantai bawah, disertai teriakan panik dari Lauren.“Vanessa!” pekik Mahessa, langsung berlari menuju tangga.Langkahnya baru mencapai anak tangga kedua ketika tiga pria bersenjata menerobos masuk melalui jendela belakang. Salah satunya berpakaian serba hitam dengan penutup wajah, dua lainnya membawa tongkat besi. Gerakan mereka cepat, brutal, dan terlatih.Mahessa segera menarik Vanessa dari tempat tidur. Gadis itu baru saja terbangun, wajahnya pucat, panik, matanya mencari-cari jawaban.“Ada apa, Mahes?”“Diam. Ikut aku. Sekarang.”Ia menggandeng tangan Vanessa, menyeretnya menyusuri lorong menuju loteng kecil—ruang penyimpanan barang-barang tua yang dulu sempat ditunjukkan Lauren. Loron

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   43. MASA LALU YANG TERKUAK

    Suasana malam Paris menyambut mereka dengan udara lembab dan lampu kota yang temaram. Langit menggantung kelabu, menyimpan gerimis tipis yang belum jatuh. Mahessa memarkirkan mobil sewaan di halaman rumah bergaya klasik Prancis—rumah tua milik pasangan lanjut usia, kerabat almarhum Pak Dirham.Bangunan itu berdiri anggun meski telah termakan waktu. Jendelanya tinggi, dengan bingkai kayu yang terawat. Halaman kecilnya dipenuhi tanaman rambat yang menjalar hingga ke dinding batu. Ada aroma nostalgia yang tak bisa dijelaskan. Seolah rumah itu menyimpan cerita lama yang belum selesai.Setelah makan malam sederhana dan berbasa-basi singkat dengan pasangan pemilik rumah, Vanessa memilih beristirahat lebih awal. Tubuhnya letih setelah perjalanan panjang dari Lyon. Ia tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal, sementara Mahessa justru tidak bisa memejamkan mata.Ada satu nama yang terus berputar dalam pikirannya, Yasa. Nama yang dikejar. Nama yang dicari. Nama yang sedang ia tinggali.Dan sa

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   42. MASUK PERANGKAP

    Setelah melalui sekitar tujuh jam perjalanan darat, akhirnya Mahessa dan Vanessa pun sampai di Paris.Di sepanjang perjalanan tadi, Vanessa sempat menerima panggilan telepon dari Vanilla dan keluarganya yang kini sudah berada di Amerika.Vanilla dengan segala kekhawatirannya terus saja mengoceh seperti kaleng rombeng di telepon. Wanita itu memarahi Vanessa yang telah membuatnya cemas di sepanjang perjalanan menuju Amerika karena Vanessa yang tiba-tiba saja menghilang di Bandara dan sulit dihubungi.Hingga akhirnya, semua masalah terselesaikan begitu pihak keluarga di sana tahu bahwa kini Vanessa dan Mahessa baik-baik saja."Sepertinya, keluargaku memang belum tau soal Aro?" tanya Vanessa saat Mahessa baru saja mengajaknya memasuki sebuah mobil pribadi yang mereka sewa."Ya, kupikir mereka tidak perlu tau," ucap Mahessa saat itu yang mulai fokus menyetir."Lalu, kita mau kemana sekarang? Aku sangat lelah, kita harus istirahat, Mahess," ucap Vanessa diikuti dengan mulutnya yang menguap

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   41. SEBUAH ALASAN

    Matahari bersinar cerah menyambut pagi di Jenewa.Gemericik air mengalir terdengar dari balik balkon kamar yang dihuni oleh Mahessa dan Vanessa tadi malam.Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk, Vanessa terdiam di sisi balkon dengan tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih Mahessa. Bahkan, tanpa Vanessa mengenakan apa pun lagi di dalamnya.Pergumulan panjang nan panasnya dengan Mahessa tadi malam terasa begitu membekas di benaknya. Membuat senyum di wajah cantik nan seksi Vanessa seolah tak mau hilang."Kamu sudah bangun duluan? Kenapa tidak membangunkan aku?" bisik suara berat seorang lelaki dengan tubuh atasnya yang shirtless, memperlihatkan lekukan otot-otot tangannya yang kekar dan mulus.Mahessa memeluk tubuh sang istri dari belakang, membenamkan kepalanya di balik ceruk leher Vanessa yang harum."Aku tau kamu pasti kelelahan karena permainan kita semalam, makanya aku biarkan kamu istirahat lebih lama," ucap Vanessa menahan geli saat bibir Mahessa mulai mendaratkan kecupan k

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   40. RASA SAKIT YANG TERBAYAR

    "Kamu ingin menjadi istri yang baik kan? Kalau begitu, buktikan!" ucap Mahessa setelah lelaki itu berhasil melepas kemeja yang dia kenakan.Bukan hal aneh bagi Vanessa untuk menyenangkan lelaki di ranjang, hanya saja, kenapa saat ini dia merasa begitu gugup?Bahkan Vanessa merasa jantungnya seakan ingin melompat keluar dari dadanya, saking kencang dan kuatnya degupan itu.Keadaan hening seketika menyergap keduanya saat tubuh Mahessa sudah menguasai tubuh sang istri sepenuhnya.Tatapan keduanya kembali bertemu, lekat dan dalam.Seolah menyelami kembali masa-masa indah kebersamaan masa kecil mereka dahulu, saat Vi sering membantu Yasa membersihkan kantin lapas bersama Pak Dirham. Saat Yasa sering mengajak Vi melihat langit senja dari atas pohon, dan saat mereka bermain petak umpet bersama, lalu Vi menangis karena melihat ular di belakang lapas.Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam benak Yasa a.k.a Mahessa. Tak terlupakan, sedikit pun."Kamu cantik sekali, Vi..." gumam Mahessa sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status