Memasuki pertengahan musim gugur udara masih saja terasa kering tapi lebih berangin, suara gemerisik semak rumput dan dedaunan yang berguguran menyempurnakan cuaca masih terik dan gerah. Jared sudah tidak sanggup lagi memakai baju berlengan sejak kemarin dia sudah kembali memotong lengan kemejanya dan sama sekali tidak perduli dengan kulitnya yang semakin kecoklatan terpanggang matahari.
Jared baru selesai mengeluarkan semua kuda dari dalam istal untuk dia biarkan berlarian di dalam pagar. Mateo terlihat sedang membelahkan kayu bakar di samping pondoknya.
"Tidak usah banyak-banyak Paman, aku jarang mengunakan perapian."
Jared adalah satu-satunya orang yang bisa tetap merasa kegerahan di tengah musim dingin.
"Aku juga bawakan
YUK VOTE DAN KASIH RATE BINTANG LOMA DI DEPAN KOMENIN YANG SERU-SERU BIAR YANG LAIN PENASARAN IKUT BACA ^.^
"Bagaimana jika ada yang menculikmu, apa kau tidak takut?" Jared berjalan mendekati Mara. "Bagaiman jika ada yang menyekapmu, apa kau tidak takut?" Mara masih saja menegakkan punggungnya tidak mau memperlihatkan ketakutannya walaupun ia sadar sedang berdua bersama Jared Landon di gudang jerami yang agak gelap. "Atau kau hanya takut ketika melihat kuda disembelih?" "Aku tidak takut denganmu!" tegas Mara begitu kembali bicara. "Coba pikirkan lagi!" tekan Jared yang makin merapat mendesak tubuh Mara ke tumpukan jerami. "Apa yang kau lakukan?" Mara menolak untuk disentuh tapi Jared tetap menekan bahunya. Telapak tangan pemuda itu terasa tebal, besar, dan keras. "Aku bisa melakukan apa saja dengan wanita di gudang jerami seperti ini." "Jangan coba me
"Itu dia!" tunjuk Mateo pada Jared yang baru kembali dari gudang jerami dan baru melangkah ke pintu istal. Tobias Harlot ikut menoleh mengikuti Mateo. Sebenarnya Jared tidak tahu jika Tobias akan datang hari ini, tapi Jared tahu jika tujuannya datang belakangan ini hanya untuk mendekati Mara. Sebagai pria yang sudah sama-sama dewasa tentu mereka tidak mau mempermasalahkan soal wanita. "Kemari Anak Muda, Mr. Harlot mencarimu!" teriak Mateo karena suara aktifitas para pekerja yang sedang melepas palang kuda juga cukup berisik. "Apa Anda ingin kusiapkan kuda?" Jared langsung bertanya. "Tidak, aku hanya ingin bicara denganmu." "Baiklah."
Bukannya pulang ke pondok Jared malah mengambil kuda untuk dia tunggangi ke savana. Jared pergi ke danau dan ternyata dia tetap tidak menemukan siapa-siapa. Jared masih sangat yakin jika pria yang sering pergi sendirian ke tempat ini ada hubungannya dengan kematian Anelies. Jared terus memperhatikan puntung rokok yang berceceran di sekitar batu, semuanya sama, dari orang yang sama, karena biasanya masing-masing orang memang hanya akan memilih merek tertentu. Tobias Harlot kembali memutar ulang video yang sudah hampir tiga kali dia simak. Tadi malam Tobias sengaja memberi para pekerja istal begitu banyak anggur agar mereka mabuk supaya Tobias lebih mudah mengenali karakter mereka. "Hanya Mato Biziel yang tidak terlihat menyentuh minuman sama sekali." "Setahuku dia memang tidak
Mara mengantarkan Tobias Harlot sampai di halaman. "Ingat jaga dirimu, Mara," pesan Tobias sambil memperhatikan para laki-laki yang sedang bekerja di depan halaman istal. "Jangan terlalu khawatir." "Ingat, bisa siapa saja di antara mereka!" Mara mengangguk dan membiarkan Tobias menciumnya sekali lagi sebelum pemuda itu masuk ke dalam mobil. "Aku akan merindukanmu." "Sudah sana pergi! biar kau cepat rindu," canda Mara menanggapi ucapan manis Tobias Harlot yang coba terus menggodanya. Tobias masuk ke dalam mobil yang kacanya masih dibiarkan terbuka untuk melambai pada Mara. Ma
"Kenapa lagi, Bibi?" tanya Mara yang baru turun dari tangga. "Ovennya rusak lagi." "Beli saja yang baru." "Tunggu sebentar, aku sudah menyuruh Mateo untuk memanggil Jared." "Apanya yang rusak?" "Entah, sama sekali tidak bisa dinyalakan." Mara coba memeriksa dan baru membuka pintu oven jarinya malah terjepit dan langsung menjerit kaget. "Ao!" Mara spontan mengibas-ngibaskan jarinya yang sakit berdenyut-denyut dan baru sadar jika dia juga memercikan darah segar ke lantai dan meja. "Oh Tuhan!" bibi Carolina ikut terkejut kare
Menjelang akhir musim gugur hujan semakin sering datang dan suhu udara sudah mulai turun. Beberapa kuda yang habis dilepas menjadi kotor dengan lumpur, Mateo membersihkan semua kaki kuda sebelum memasukkan mereka kembali ke dalam istal. Semua kuda harus dipastikan kebersihannya agar bulunya tetap mengkilat sebagai kuda yang sehat. Selain memberi makan kuda tugas Mateo juga membersihkan kandang dan memandikan para kuda. Jared membantu untuk menyikat kaki kuda sedangkan Mateo menyemprotkan air dari selang. Dengan suhu udara yang mulai turun seperti ini semua orang sudah enggan untuk berurusan dengan air setiap kali memang cuma Jared yang seperti tidak pernah memiliki rasa dingin, mungkin karena darahnya juga panas seperti darah kuda. Jared melihat Mara berjalan menyebrangi halaman dari rumah utama dan masuk ke dalam istal. Wanita itu sudah memakai baju berkuda dengan lengan panjang,
"Mateo benda apa ini?" teriak Gerik yang baru masuk ke bilik istal untuk mengambil pakan ternak dan malah menemukan bra wanita yang tersangkut di antara tumpukan karung. "Aku tidak tahu!" Mateo dan felix juga kaget melihat bra berwarna merah muda yang ditenteng keluar oleh Gerik. "Cuma nona Clark yang tadi kulihat keluar dari istal," kata Mateo dengan wajah tak berdosanya. "Di mana Jared?" Gerik langsung curiga. "Tadi dia membantuku memandikan kuda kemudian juga pergi ---" belum sampai Mateo menyebutkan 'istal' Gerik sudah lebih dulu memenggalnya "Oh, sial sepertinya aku kalah taruhan!" umpat Gerik.
Hari sudah mulai petang dengan hujan deras yang berangin. Mateo berlari dari istal menyeberangi halaman rumah utama. "Kenapa kau sampai basah kuyup seperti itu?" tegur Carolina begitu melihat pria tua itu berdiri di teras samping. "Mato," gugup Mateo dengan menggigil karena suhu udara yang nyaris membeku. "Mato menggali kuburan para kuda!" "Apa dia gila!" Carolina langsung melebarkan matanya sambil berkacak pinggang. "Dia menggali di tengah hujan." "Apa yang terjadi?" tanya Mara yang baru ikut keluar karena mendengar keributan di teras rumahnya. Begitu Mateo menjelaskan apa yang baru dia lihat Mara langsung mengambil payung da