Share

25. Membuka Mata Dan Pikirannya

Penulis: Ulhy Maerhan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 22:56:53

“Mas, ini aku Safina.”

Safina memberikan pesan kepada Randy. Ia berharap Randy membaca pesan dan menghubunginya kembali. Sembari menunggu kabar dari Randy, Safina duduk santai di teras rumah. Selama sudah menikah dengan Angga, Safina tidak pernah santai seperti itu.

Lagi asyik memandangi suasana depan rumah, mobil Pejero putih berhenti di depan rumah Safina.

“Dia datang lagi,” sahut Safina dengan kesal.

Pengawal turun dari mobil dan tidak melihat Merliam, Safina merasa sedikit lebih tenang.

“Mana, Ibu? Untuk apa pengawal ke sini?” tanya Safina.

Pengawal yang tidak punya ekspresi langsung mengungkapkan maksud kedatangannya.

“Nyonya, aku diperintahkan Nyonya besar untuk menagih utang anda,” ucap Pria pengawal itu.

Safina pun membalasnya dengan paras yang datar dan tidak mempersilahkan pria itu duduk.

“Sebenarnya aku tidak pernah merasa ada utang. Tapi, ya sudahlah! Tunggu, sebentar!” tutur Safina.

Safina masuk ke dalam rumah meraih tas di dalamnya ada sisa uang yang diberikan oleh tetan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   26. Kuwujudkan Impianku Sedari dulu!

    “Lupakan sejenak tuntutan mertua. Ekspresikan segala gundah gulana dalam sebuah tulisan!” Safina baru saja tiba di rumah. Tidak ada rasa lelah dalam berkarya, walaupun hampir seharian menjadi tukang cuci. “Semoga dengan kucurahkan isi hatiku, aku bisa lebih tenang!” Menulis sebuah cerita dan membukukannya adalah impian Safina sejak dulu. Namun, kesibukan pasca menikah membuatnya sulit mewujudkan impian tersebut. Mencurahkan isi hati pun hanya bisa dilakukan saat ia memiliki waktu luang dan menyendiri. “Tibalah waktunya kuwujudkan impianku sedari dulu!" tegas Safina. Berjam-jam Safina menulis, sehingga lupa memanjakan perut dan bola matanya dari kegiatan duniawi. Akhirnya, dengan semangat dan ketenangan, ceritanya sudah selesai. Selanjutnya, ia menggunakan kelincahannya mencari berbagai informasi di media sosial, agar tulisannya banyak yang membacanya. “Tulisanku sudah kubagikan di salah satu media sosial kumpulan cerita. Semoga semangatku membuahkan hasil,” tutur Safina, perasaa

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   27. Menanti Kehadiran Seseorang

    “Selama aku masih di rumahmu, aku sangat mengharapkan keajaiban datang.”Berjalan menelusuri pasar dengan tatapan kosong. Pikirannya jadi bingung, padahal di rumah sudah merencanakan apa yang ingin ia beli di pasar.Batinnya kembali bersedih.Safina menggerutu dalam hati. “Aku ingin melupakan suami yang ada di buku nikahku, tapi Ibunya selalu menghantuiku.”Hingga ada seseorang yang menyambarnya, barulah Safina sadar apa yang ingin ia beli di pasar.“Mbok! Beli telurnya sepuluh butir, yah!” pinta Safina.Mbok penjual telur menatap netra Safina yang sedang berkaca-kaca, “Neng, kok baru ke sini?”“Baru ada rezeki, Mbok,” jawab Safina dengan datar.Setelah membeli telur, ia langsung pergi. Biasanya Safina tinggal dulu bercengkerama dengan Mbok penjual telur itu. Sepanjang jalan pulang dari pasar, air keringat mengalir kencang dan jantung berdebar.“Safina! Apa itu Safina?” tanya Randy, merasa senang akhirnya menemukan Safina.Pip! Pip!Randy membunyikan klakson mobilnya. Ia turun dari mo

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   28. Tiga Bulan Tanpa Nafkah Dari Suami

    “Rasanya, aku ingin kabur dari rumah ini.”Karena Safina berpikir sudah lama ia berbakti di keluarga Dwicahyo. Sudah banyak pengorbanan air mata dan tenaga ia keluarkan untuk keluarga tajir tersebut.“Randy, bisa gak kamu bantu aku jauh dari keluarga Dwicahyo?” pinta Safina kepada Randy.Randy masih berpikir. Apakah ia harus mengikuti keinginan Safina yang dadakan atau adakah solusi lain buat ketenangan Safina?“Kamu mau ke mana?” tanya balik Randy.Safina pun tidak tahu entah ke mana ia harus pergi. Kembali ke rumah orang tua juga tidak mungkin, sebab mereka masih mudah menemukannya.“Entah ke mana aja, Ran. Lagian mereka tidak mencariku, kok. Aku ini tidak ada artinya untuk keluarga berada seperti mereka,” jawab Safina.Mendengar jawaban Safina, Randy belum bisa membiarkan Safina meninggalkan rumah itu dan mengingat Safina belum resmi bercerai dengan Angga. Ia hanya bisa menjaga Safina dan segera ada untuknya ketika Safina meminta pertolongan.“Kamu jangan dulu keluar dari rumah itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   29. Tolong! Kamu Jangan Ke Sini Lagi!

    “Mas!”Berontak Safina tidak ada artinya untuk Angga. “Tolong, aku Rand! Oh, Tuhan kapan aku bisa menikmati duniaku dengan bahagia?” jerit Safina, air mata menemani kesedihan Safina.Angga, selain dengan watak yang angkuh, ia mempunyai kepribadian ganda. Kenapa seperti itu? Di satu sisi kata-kata dan sikapnya menunjukkan ketidakpedulian, bahkan kebencian, tetapi di sisi lain tindakannya menunjukkan bahwa dia masih membutuhkan Safina dalam hidupnya.“Setiap hari kalian harus ke sini mengawasi perempuan itu, agar dia tidak kabur dari rumah ini! Mengerti?!” tegas Angga kepada pengawal.Safina mendengarkan perintah Angga kepada pengawal. Setelah Angga berbicara, pengawal Angga memberikan kode kapada Safina.“Apa maksud isyarat pengawal tersebut?” tanya Safina, menatap dengan perasaan jijik.Walaupun Angga tidak mencinta Safina bahkan membiarkan Safina terusir dari rumah mertua dan tinggal seorang diri, setelah berpulang dari luar kota, ia memerintahkan pengawalnya setiap hari mengunjungi

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   30. Maumu Apa, Mas?!

    “Sayang?”Safina penasaran dengan maksud pernyataan Randy yang terdengar begitu serius. Belum pernah ia mendengar Randy mengucapkan hal serupa sebelumnya.“Serius gak sih Randy dengan ucapannya tadi?” tanya Safina.Safina mengggosok-gosok paras dan daun telinganya, berharap ia salah dengar. Namun, pernyataan Randy terus berputar di kepalanya, mengingat kembali sikap dan kebaikannya selama ini.Safina meluruskan pikirannya, tenang, dan bersikap seperti biasanya.Dalam hati Safina bertanya, kemudian tertawa, “Jangan pikir macam-macam kamu, Safina!”Sedangkan Randy pada saat mengemudi mobilnya, baru menyadari ucapannya kepada Safina. Ia sendiri bingung mengapa kata-kata itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya. Meskipun, tidak ada niat tertentu, tetapi dia sadar bahwa perasaannya terhadap Safina lebih dari sekadar teman.Randy menganggap Safina adalah sahabatnya yang baik dan layak diperlakukan dengan baik pula. Sehingga, sangat menyayangkan seseorang dengan mudah menyakitinya. Ia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   31. Kehadiran Bayi Cantik

    Bayi cantik dan putih. Pelengkap kebahagiaan suami dan istri keduanya. “Andai kamu ikhlas menggauliku, mungkin kamu juga punya anak dariku.” ucap Safina, mengharapkan yang tidak pasti. Ngeak! Suara tangis bayi terngiang-ngiang di telinga Safina. “Bayi cantik itu menangis. Aku pingin menggendongnya,” kata Safina, perlahan memasuki kamar Angga. Safina meremas jemari lentiknya. Bibir berusaha tersenyum. Mungkin ia terharu dan bahagia melihat bayi itu. Ia melupakan sejenak kebenciannya kepada ketiga orang yang selalu menyakitinya, karena ingin turut merasakan kebahagiaan atas kehadiran bayi di rumah. “Boleh aku menggendongnya?” tanya Safina. Sandra menoleh ke Safina. Tersenyum sinis. Safina mengira ada perubahan sikap pada Sandra setelah melahirkan. “Jangan sentuh anakku! Gak usah sok baik di situ!” gertak Sandra. Angga menyindir Safina, “Ngapain kamu di situ? Di dapur aja masak!” Pekerjaan Safina sudah selesai. Ia ingin kembali ke rumah tua kosong tersebut untuk mengambil pons

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   32. Aku Juga Sayang Bayi Itu

    “Dari mana kamu?”Merliam dan Sandra menyambut Safina. Mereka tidak senang melihat Safina bersantai tanpa mengerjakan pekerjaan rumah. Sandra memberikan tumpukan baju bayi kotor untuk di cuci manual, ia tidak ingin baju anaknya dimasukkan ke dalam mesin cuci.“Mbak! Cucikan baju anakku, yah! Jangan dicuci pakai mesin cuci nanti cepat rusak!” perintah Sandra.Safina menghelakan napasnya. Terpaksa ia harus menerima tambahan pekerjaan rumah. Lantas, Bagaimana dengan karya tulisannya? Safina tidak punya banyak waktu di sana untuk fokus menyelesaikan tulisannya.Walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang menemaninya, tetapi Merliam tetap mengharuskan Safina ikut mengerjakan pekerjaan rumah, sebab sudah menjadi perjanjian di pernikahannya dengan Angga.“Mas, di sini, kan sudah ada Mbok Inam yang membantu pekerjaan di rumah. Bisakan aku berbagi pekerjaan?” pinta Safina.Angga berdiri dengan pakaian yang sudah rapi. Ia malas untuk berdebat dengan Safina.“Bukan urusan aku. Ingat perjanjian

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   33. Istri Kedua Sakit-Sakitan

    “Kurang apalagi aku, Mas?! Bahkan, aku rela mengurus bayimu dengan cinta.” Saat ini, pengorbanan yang dilakukan Safina tidak mengharapkan lagi apa pun dari suaminya. Bahkan, ketika suami dan istri keduanya yang sakit-sakitan kerap memintanya untuk mengurus semua kebutuhan mereka, itu bukan karena ingin mendapatkan belas kasian Angga dan Sandra, melainkan untuk menepati janji. Pada saat Sandra ingin keluar kamar mengambil anaknya yang sedang bersama Safina, tiba-tiba menjerit kesakitan karena tubuhnya sangat lemas setelah berkali-kali muntah, padahal belum ada makanan yang ditelan oleh tenggorokannya. “Safina?! Mana anakku?!” teriak Sandra dengan lemas. Safina terkejut mendengar suara Sandra yang tidak biasanya berteriak dengan nada rendah. Ia meninggalkan pakaian yang sedang dilipatnya, kemudian menggendong dengan perlahan bayi Sandra. Setelah melihat Sandra berdiri dengan membungkukkan sedikit badannya dan paras kemerah-merahan. Ia cepat menidurkan kembali bayi Sandra di kamar,

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08

Bab terbaru

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   33. Istri Kedua Sakit-Sakitan

    “Kurang apalagi aku, Mas?! Bahkan, aku rela mengurus bayimu dengan cinta.” Saat ini, pengorbanan yang dilakukan Safina tidak mengharapkan lagi apa pun dari suaminya. Bahkan, ketika suami dan istri keduanya yang sakit-sakitan kerap memintanya untuk mengurus semua kebutuhan mereka, itu bukan karena ingin mendapatkan belas kasian Angga dan Sandra, melainkan untuk menepati janji. Pada saat Sandra ingin keluar kamar mengambil anaknya yang sedang bersama Safina, tiba-tiba menjerit kesakitan karena tubuhnya sangat lemas setelah berkali-kali muntah, padahal belum ada makanan yang ditelan oleh tenggorokannya. “Safina?! Mana anakku?!” teriak Sandra dengan lemas. Safina terkejut mendengar suara Sandra yang tidak biasanya berteriak dengan nada rendah. Ia meninggalkan pakaian yang sedang dilipatnya, kemudian menggendong dengan perlahan bayi Sandra. Setelah melihat Sandra berdiri dengan membungkukkan sedikit badannya dan paras kemerah-merahan. Ia cepat menidurkan kembali bayi Sandra di kamar,

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   32. Aku Juga Sayang Bayi Itu

    “Dari mana kamu?”Merliam dan Sandra menyambut Safina. Mereka tidak senang melihat Safina bersantai tanpa mengerjakan pekerjaan rumah. Sandra memberikan tumpukan baju bayi kotor untuk di cuci manual, ia tidak ingin baju anaknya dimasukkan ke dalam mesin cuci.“Mbak! Cucikan baju anakku, yah! Jangan dicuci pakai mesin cuci nanti cepat rusak!” perintah Sandra.Safina menghelakan napasnya. Terpaksa ia harus menerima tambahan pekerjaan rumah. Lantas, Bagaimana dengan karya tulisannya? Safina tidak punya banyak waktu di sana untuk fokus menyelesaikan tulisannya.Walaupun sudah ada asisten rumah tangga yang menemaninya, tetapi Merliam tetap mengharuskan Safina ikut mengerjakan pekerjaan rumah, sebab sudah menjadi perjanjian di pernikahannya dengan Angga.“Mas, di sini, kan sudah ada Mbok Inam yang membantu pekerjaan di rumah. Bisakan aku berbagi pekerjaan?” pinta Safina.Angga berdiri dengan pakaian yang sudah rapi. Ia malas untuk berdebat dengan Safina.“Bukan urusan aku. Ingat perjanjian

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   31. Kehadiran Bayi Cantik

    Bayi cantik dan putih. Pelengkap kebahagiaan suami dan istri keduanya. “Andai kamu ikhlas menggauliku, mungkin kamu juga punya anak dariku.” ucap Safina, mengharapkan yang tidak pasti. Ngeak! Suara tangis bayi terngiang-ngiang di telinga Safina. “Bayi cantik itu menangis. Aku pingin menggendongnya,” kata Safina, perlahan memasuki kamar Angga. Safina meremas jemari lentiknya. Bibir berusaha tersenyum. Mungkin ia terharu dan bahagia melihat bayi itu. Ia melupakan sejenak kebenciannya kepada ketiga orang yang selalu menyakitinya, karena ingin turut merasakan kebahagiaan atas kehadiran bayi di rumah. “Boleh aku menggendongnya?” tanya Safina. Sandra menoleh ke Safina. Tersenyum sinis. Safina mengira ada perubahan sikap pada Sandra setelah melahirkan. “Jangan sentuh anakku! Gak usah sok baik di situ!” gertak Sandra. Angga menyindir Safina, “Ngapain kamu di situ? Di dapur aja masak!” Pekerjaan Safina sudah selesai. Ia ingin kembali ke rumah tua kosong tersebut untuk mengambil pons

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   30. Maumu Apa, Mas?!

    “Sayang?”Safina penasaran dengan maksud pernyataan Randy yang terdengar begitu serius. Belum pernah ia mendengar Randy mengucapkan hal serupa sebelumnya.“Serius gak sih Randy dengan ucapannya tadi?” tanya Safina.Safina mengggosok-gosok paras dan daun telinganya, berharap ia salah dengar. Namun, pernyataan Randy terus berputar di kepalanya, mengingat kembali sikap dan kebaikannya selama ini.Safina meluruskan pikirannya, tenang, dan bersikap seperti biasanya.Dalam hati Safina bertanya, kemudian tertawa, “Jangan pikir macam-macam kamu, Safina!”Sedangkan Randy pada saat mengemudi mobilnya, baru menyadari ucapannya kepada Safina. Ia sendiri bingung mengapa kata-kata itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya. Meskipun, tidak ada niat tertentu, tetapi dia sadar bahwa perasaannya terhadap Safina lebih dari sekadar teman.Randy menganggap Safina adalah sahabatnya yang baik dan layak diperlakukan dengan baik pula. Sehingga, sangat menyayangkan seseorang dengan mudah menyakitinya. Ia tidak

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   29. Tolong! Kamu Jangan Ke Sini Lagi!

    “Mas!”Berontak Safina tidak ada artinya untuk Angga. “Tolong, aku Rand! Oh, Tuhan kapan aku bisa menikmati duniaku dengan bahagia?” jerit Safina, air mata menemani kesedihan Safina.Angga, selain dengan watak yang angkuh, ia mempunyai kepribadian ganda. Kenapa seperti itu? Di satu sisi kata-kata dan sikapnya menunjukkan ketidakpedulian, bahkan kebencian, tetapi di sisi lain tindakannya menunjukkan bahwa dia masih membutuhkan Safina dalam hidupnya.“Setiap hari kalian harus ke sini mengawasi perempuan itu, agar dia tidak kabur dari rumah ini! Mengerti?!” tegas Angga kepada pengawal.Safina mendengarkan perintah Angga kepada pengawal. Setelah Angga berbicara, pengawal Angga memberikan kode kapada Safina.“Apa maksud isyarat pengawal tersebut?” tanya Safina, menatap dengan perasaan jijik.Walaupun Angga tidak mencinta Safina bahkan membiarkan Safina terusir dari rumah mertua dan tinggal seorang diri, setelah berpulang dari luar kota, ia memerintahkan pengawalnya setiap hari mengunjungi

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   28. Tiga Bulan Tanpa Nafkah Dari Suami

    “Rasanya, aku ingin kabur dari rumah ini.”Karena Safina berpikir sudah lama ia berbakti di keluarga Dwicahyo. Sudah banyak pengorbanan air mata dan tenaga ia keluarkan untuk keluarga tajir tersebut.“Randy, bisa gak kamu bantu aku jauh dari keluarga Dwicahyo?” pinta Safina kepada Randy.Randy masih berpikir. Apakah ia harus mengikuti keinginan Safina yang dadakan atau adakah solusi lain buat ketenangan Safina?“Kamu mau ke mana?” tanya balik Randy.Safina pun tidak tahu entah ke mana ia harus pergi. Kembali ke rumah orang tua juga tidak mungkin, sebab mereka masih mudah menemukannya.“Entah ke mana aja, Ran. Lagian mereka tidak mencariku, kok. Aku ini tidak ada artinya untuk keluarga berada seperti mereka,” jawab Safina.Mendengar jawaban Safina, Randy belum bisa membiarkan Safina meninggalkan rumah itu dan mengingat Safina belum resmi bercerai dengan Angga. Ia hanya bisa menjaga Safina dan segera ada untuknya ketika Safina meminta pertolongan.“Kamu jangan dulu keluar dari rumah itu

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   27. Menanti Kehadiran Seseorang

    “Selama aku masih di rumahmu, aku sangat mengharapkan keajaiban datang.”Berjalan menelusuri pasar dengan tatapan kosong. Pikirannya jadi bingung, padahal di rumah sudah merencanakan apa yang ingin ia beli di pasar.Batinnya kembali bersedih.Safina menggerutu dalam hati. “Aku ingin melupakan suami yang ada di buku nikahku, tapi Ibunya selalu menghantuiku.”Hingga ada seseorang yang menyambarnya, barulah Safina sadar apa yang ingin ia beli di pasar.“Mbok! Beli telurnya sepuluh butir, yah!” pinta Safina.Mbok penjual telur menatap netra Safina yang sedang berkaca-kaca, “Neng, kok baru ke sini?”“Baru ada rezeki, Mbok,” jawab Safina dengan datar.Setelah membeli telur, ia langsung pergi. Biasanya Safina tinggal dulu bercengkerama dengan Mbok penjual telur itu. Sepanjang jalan pulang dari pasar, air keringat mengalir kencang dan jantung berdebar.“Safina! Apa itu Safina?” tanya Randy, merasa senang akhirnya menemukan Safina.Pip! Pip!Randy membunyikan klakson mobilnya. Ia turun dari mo

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   26. Kuwujudkan Impianku Sedari dulu!

    “Lupakan sejenak tuntutan mertua. Ekspresikan segala gundah gulana dalam sebuah tulisan!” Safina baru saja tiba di rumah. Tidak ada rasa lelah dalam berkarya, walaupun hampir seharian menjadi tukang cuci. “Semoga dengan kucurahkan isi hatiku, aku bisa lebih tenang!” Menulis sebuah cerita dan membukukannya adalah impian Safina sejak dulu. Namun, kesibukan pasca menikah membuatnya sulit mewujudkan impian tersebut. Mencurahkan isi hati pun hanya bisa dilakukan saat ia memiliki waktu luang dan menyendiri. “Tibalah waktunya kuwujudkan impianku sedari dulu!" tegas Safina. Berjam-jam Safina menulis, sehingga lupa memanjakan perut dan bola matanya dari kegiatan duniawi. Akhirnya, dengan semangat dan ketenangan, ceritanya sudah selesai. Selanjutnya, ia menggunakan kelincahannya mencari berbagai informasi di media sosial, agar tulisannya banyak yang membacanya. “Tulisanku sudah kubagikan di salah satu media sosial kumpulan cerita. Semoga semangatku membuahkan hasil,” tutur Safina, perasaa

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   25. Membuka Mata Dan Pikirannya

    “Mas, ini aku Safina.”Safina memberikan pesan kepada Randy. Ia berharap Randy membaca pesan dan menghubunginya kembali. Sembari menunggu kabar dari Randy, Safina duduk santai di teras rumah. Selama sudah menikah dengan Angga, Safina tidak pernah santai seperti itu.Lagi asyik memandangi suasana depan rumah, mobil Pejero putih berhenti di depan rumah Safina.“Dia datang lagi,” sahut Safina dengan kesal.Pengawal turun dari mobil dan tidak melihat Merliam, Safina merasa sedikit lebih tenang.“Mana, Ibu? Untuk apa pengawal ke sini?” tanya Safina.Pengawal yang tidak punya ekspresi langsung mengungkapkan maksud kedatangannya.“Nyonya, aku diperintahkan Nyonya besar untuk menagih utang anda,” ucap Pria pengawal itu.Safina pun membalasnya dengan paras yang datar dan tidak mempersilahkan pria itu duduk.“Sebenarnya aku tidak pernah merasa ada utang. Tapi, ya sudahlah! Tunggu, sebentar!” tutur Safina.Safina masuk ke dalam rumah meraih tas di dalamnya ada sisa uang yang diberikan oleh tetan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status